MOJOKERTO, Tugujatim.id – Perkembangan teknologi yang semakin masif memberi dampak perubahan kepada semua sektor, termasuk sektor keuangan.
Saat ini, tidak sulit mendapatkan informasi tentang layanan produk keuangan secara digital, termasuk investasi. Hal tersebut tentu berbeda dengan zaman sebelumnya ketika akses produk keuangan dilakukan secara konvensional dengan mendatangi lembaga keuangan seperti bank atau sekuritas secara langsung untuk mencari informasi tentang investasi. Sekarang, orang-orang cukup mengakses melalui aplikasi di telepon pintar masing-masing.
Meski informasi semakin mudah didapat, ternyata masih ada saja orang-orang tertipu investasi bodong. Investasi tersebut biasanya terjadi di mana orang menanamkan sejumlah modal dengan iming-iming mendapatkan keuntungan yang tinggi dalam waktu singkat. Bukan keuntungan yang didapat, malah kesialan yang didekap.
Also Read
Dosen Universitas Islam Majapahit (Unim) Mojokerto, Yuliasnita Verlandes SE MSM mengaku prihatin akan fenomena tersebut. Ia mengingatkan agar selalu waspada akan setiap tawaran investasi yang diterima. “Memang harus selalu waspada, jangan mau ditawari return (imbal hasil) tinggi dalam waktu singkat,” pesan Nita, sapaan akrabnya.
Nita mengingatkan perlunya mempelajari produk yang akan dijadikan investasi. Produk-produk tersebut biasanya berupa emas, saham, reksadana, obligasi, deposito, kripto, dan lainnya.
Tak hanya itu, Nita juga memberikan sedikit tips memilih investasi yang tepat, di antaranya:
1. Tentukan Tujuan Investasi
Sebelum memutuskan berinvestasi, lebih baik tentukan untuk apa melakukan investasi. Hal itu dilakukan untuk mengenali hasil akhir yang akan dicapai dari investasi. “Tentukan tujuan investasi. Itu penting karena nanti akan diketahui return yang didapatkan akan digunakan untuk keperluan sesuai tujuan,” ujar Nita.
2. Kenali Profil Risiko
Profil risiko dari setiap instrumen investasi patut menjadi perhatian calon investor. Nita menambahkan, setiap instrumen investasi memiliki risiko yang berbeda-beda.
“Misal kita investasi emas dengan membeli emas murni, tentu ada risiko, seperti risiko turunnya harga, pencurian, atau risiko lain,” jelasnya.
“Begitupun membeli saham bidang pertambangan emas seperti PT Aneka Tambang Tbk juga memiliki risiko tinggi dengan keuntungan yang tinggi pula (high risk high return)”, tambah dosen Prodi Manajemen itu.
3. Pakai Uang Dingin
Uang dingin adalah istilah di mana uang itu tidak digunakan untuk kebutuhan utama. Dalam arti lain, dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat dan bisa dipakai tanpa kuatir bila terjadi hal darurat. Nita sangat menyarankan memakai uang dingin.
Ia menambahkan setidaknya ada pemisahan dana guna kebutuhan sehari-hari (living), hiburan (playing), serta masa depan (saving), termasuk investasi.
“Sangat disarankan pakai uang dingin. Hal itu sebagai langkah antisipatif dari kondisi pasar yang tidak menentu”, sambung alumni Universitas Airlangga itu.
Untuk membantu masyarakat mengetahui berbagai informasi tentang investasi dan menentukan tempat investasi yang aman, Unim Mojokerto mendirikan Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia (GI BEI) Unim.
GI BEI Unim merupakan wadah, tempat, atau perantara untuk membantu calon investor menjadi seorang investor. GI BEI Unim memberikan berbagai informasi, pengarahan serta cara analisis terkait pasar modal dan investasi.
Berdiri sejak 2019, GI BEI Unim menempati urutan keempat Galeri Investasi Teraktif tingkat Jawa Timur dengan perputaran dana mencapai Rp3 miliar.
Tak hanya itu, galeri yang berada di Gedung Andalusia Unim itu menjadi salah satu Galeri Investasi yang mendirikan Galeri Investasi Edukasi pada Sekolah Menengah Atas. Galeri tersebur berdiri di SMAN 2 Jombang dengan nama GIE BEI SMAN 2 Jombang (Galeri Investasi Edukasi Bursa Efek Indonesia SMAN 2 Jombang) serta yang akan menyusul untuk diresmikan berada di SMAN 1 Kutorejo.(ads)