BATU, Tugujatim.id – Pelaku usaha pariwisata di Kota Batu dipukul telak oleh ganasnya dampak kebijakan penanganan pandemi Covid-19. Mereka pun sudah mengalami empat kali gagal panen sepanjang Covid-19 melanda, apalagi dilakukan PPKM Darurat seperti sekarang ini.
Lantaran, pelaku usaha pariwisata telah melewatkan empat kali momen besar libur panjang sejak 2020. Momen itu, di antaranya dua liburan hari raya dan dua liburan akhir semester sekolah.
Empat momen itu tak dapat dinikmati karena juga ada kebijakan pemerintah yang digadang-gadang dapat menekan kasus Covid-19. Formula penanganan pandemi mulai PSBB, PPKM, dan PPKM Mikro berjilid-jilid nyatanya tak membuat Covid-19 pamit dari Bumi Pertiwi.
Also Read
Dan kini pelaku usaha pariwisata harus kembali berpuasa karena semua tempat wisata ditutup oleh formula baru, yaituPPKM Darurat. Pemerintah Kota Batu dengan tegas akan menutup dan mencabut izin destinasi wisata jika ketahuan melanggar aturan.
“Kami harus merasakan puasa lagi. Kami sudah empat kali gagal panen. Biasanya, bulan Juli ini adalah momen panennya tempat wisata. Karena memang bertepatan dengan libur sekolah,” ujar M. Nurul Umam, Marketing and Public Relation Batu Flower Garden.
Kenyataan pahit itu harus mereka jalani demi dapat kembali beroperasi. Di PPKM Darurat, mereka tak akan mendapati wisatawan mengantre di loket masuk wisata. Justru mereka akan menemui puluhan meter lahan parkir wisata tanpa satu pun kendaraan wisatawan yang parkir.

“Pastinya, sektor pariwisata terpukul imbas PPKM Darurat ini. Intinya ketika ditutup, maka dapat dipastikan pendapatan kami tidak ada,” ungkapnya.
Umam mengatakan, pendapatan Batu Flower Garden merosot tajam. Sejak adanya pandemi, pengunjung terbanyak hanya mencapai 200 orang per hari. Sementara sekitar 1.500 wisatawan per hari bisa dengan mudah ditemui di akhir pekan pada masa normal.
“Di situasi seperti ini, kami tidak lagi memikirkan untung, bisa bertahan dan beroperasi kembali saja sudah beruntung,” ucapnya.
Di tengah kota pariwisata ini, menurut dia, pemerintah tak memperhatikan dulu hajat hidup masyarakat luas. Penutupan tempat wisata tentu juga akan berdampak pada UMKM, layanan transportasi, perhotelan, hingga PKL, lantaran tak ada wisatawan.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu Sujud Hariadi menyampaikan, tentunya sektor wisata, perhotelan, dan restoran di Kota Batu harus merasakan dampak yang sama.
Sujud yang juga Direktur Taman Rekreasi Selecta ini mengaku hanya bisa pasrah menerima surat edaran terkait PPKM Darurat di Kota Batu.
“Kami sebagai pengelola tempat wisata bisa memahami keputusan berat yang diambil pemerintah. Keputusan ini tidak mudah, maka perlu keikhlasan dan legawa dari semua pihak. Kami sudah pasrah,” ungkapnya.
Dalam PPKM Darurat, Selecta hanya akan melakukan perbaikan dan perawatan fasilitas wahana wisata saja. Wahana terbaru, Bianglala Selecta terpaksa juga harus beristirahat lebih awal.
“Kami berharap semoga kebijakan ini adalah yang terbaik untuk menyelamatkan diri kita sendiri dan masyarakat,” ucapnya.