MALANG, Tugujatim.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang era Wali Kota Malang, Drs H. Sutiaji dan Wakil Wali Kota Malang, Ir H Sofyan Edi Jarwoko di tahun 2018-2023 membukukan tujuh capaian pembangunan yang dibilang fantastis. Sebuah kemajuan pembangunan infrastruktur yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Yang pertama adalah megaproyek Jembatan Kedungkandang. Jembatan dengan konstruksi menjulang sepanjang 330 meter dan lebar 14 meter tersebut mampu menopang beban kendaraan maksimal 50 ton.
Banyak masyarakat merasakan efektifitas dari Jembatan Kedungkandang tersebut. Jembatan yang mampu mengurai kemacetan hebat saat belum dibangun. Saat ini, kemacetan di area Kedungkandang cepat terurai karena akses jembatan tersebut.
Bahkan, Jembatan Kedungkandang cukup sukses dan efektif menjadi koneksi yang mendukung distribusi logistik, barang dan jasa, serta geliat investasi di kawasan timur Kota Malang.
Yang kedua adalah Islamic Center. Gedung yang dibangun di Kecamatan Kedungkandang ini menjadi area perkantoran pelayanan publik yang dekat dengan masyarakat bagian timur Kota Malang. Hal itu dijelaskan Sutiaji, sebagai bentuk pemerataan pelayanan publik dan pengembangan kawasan Kota Malang bagian timur.
Gedung Islamic Center ini diresmikan Pemkot Malang pada akhir 2020 lalu. Tahapan pembangunan gedung serba guna ini masih terus berlanjut. Meski begitu, gedung megah yang diproyeksikan menjadi khasanah peradaban Kota Malang tersebut sudah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan strategis.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPR-PKP) Kota Malang, Dandung Djulharjanto menyampaikan bahwa selama ini gedung tersebut telah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan besar di Kota Malang.
“Seperti tes seleksi PPPK dan CPNS, kemudian ada pembekalan ASN, pembekalan jemaah haji, pengajian, hingga refleksi akhir tahun Pemerintah Kota Malang,” ujarnya.
Yang ketiga adalah Jembatan Tunggulmas. Jembatan ini menjadi penghubung wilayah Tunggulwulung dan Tlogomas. Jembatan yang diresmikan pada 2022 ini memiliki panjang 314 meter dengan lebar 12 meter. Dengan adanya jembatan tersebut, waktu tempuh kedua wilayah tersebut terpangkas sekitar 15 menit.
Yang keempat adalah Malang Creative Center (MCC). Gedung megah yang dibangun mulai 2021 dan rampung pada 2022. Keberadaan Gedung MCC telah menjelma menjadi rumah dan wadah bagi pelaku ekonomi kreatif Kota Malang. Terdapat 17 subsektor ekonomi kreatif yang memanfaatkan gedung itu.
Gedung delapan lantai itu juga telah dimanfaatkan untuk memperkuat ekosistem, kreasi, konservasi, produksi, pemasaran produk, hingga kolaborasi para pelaku ekonomi kreatif di Kota Malang. Setidaknya, 1.357 event penggerak ekraf telah digelar di MCC pada periode Desember 2022 hingga Juli 2023.
Geliat pemanfaatan Gedung MCC pendorong pertumbuhan ekraf itu ditengarai juga menjadi bagian dari kebangkitan pertumbuhan ekonomi Kota Malang. Di mana pertumbuhan ekonomi Kota Malang mencapai 6,32 persen pada 2022 lalu. Angka itu meningkat jika dibandingkan 2021 sebesar 4,21 persen dan 2020 sebesar -2,26 persen (masa pandemi Covid-19).
“MCC memang didesign untuk mencetak insan kreatif berdaya saing. Jadi kami menyiapkan MCC bukan hanya untuk Kota Malang saja, tapi untuk membangun sistem ekonomi kreatif yang baik dari Malang untuk Indonesia dan dunia,” kata Sutiaji.
Yang kelima adalah Kawasan Kayutangan Heritage. Penciptaan kawasan ikon wisata tengah kota ini dinilai mampu memberikan perwajahan yang elok untuk Kota Malang. Pemkot Malang sendiri telah menggarap kawasan Kayutangan mulai dari pedestrian, zona heritage, pertokoan dan kuliner, juga area pertunjukan, sejak 2020 dan terus dikembangkan hingga saat ini.
Kini, pedestrian Kayutangan Heritage menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan. Di tempat ini, pengunjung bisa menikmati gemerlap dan hiruk pikuk suasana jantung kota sembari menikmati wisata kuliner atau pertunjukan musik dari ratusan grup band lokal Malang Raya yang dihadirkan secara terjadwal bergantian setiap hari.
Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang mencatat bahwa tiket masuk wisata tematik yang ada Kampoeng Heritage Kajoetangan telah terjual sebanyak 39.154 tiket sepanjang Januari-Juli 2023. Jumlah itu tentu menjadi penyumbang tingkat kunjungan wisatawan di Kota Malang.
“Kalau jumlah kunjungan di destinasi wisata Kota Malang semester I 2023 sudah melebihi target. Sudah ada 1,2 juta wisatawan berkunjung, lalu dari wisatawan mancanegara ada 12 ribu,” kata Kepala Disporapar Kota Malang, Baihaqi.
Yang keenam adalah reviltasi Pasar Rakyat. Sejumlah pasar di Kota Malang yang dulunya dianggap kumuh, disulap Pemkot Malang menjadi pasar modern. Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang mencatat 16 pasar rakyat dari total 26 pasar rakyat yang berhasil direvitalisasi dan dimodernisasi sepanjang 2018 hingga 2023.
Pasar rakyat yang direvitalisasi itu adalah Pasar Klojen, Pasar Gadang Lama, Pasar Bunul, Pasar Sukun, Pasar Sawojajar, Pasar Mergan, Pasar Kasin, Pasar Kedungkandang, Pasar Madyopuro, Pasar Kota Lama, Pasar Lesanpuro, Pasar Kedungkandang. Sedangkan yang sedang proses Pasar Wilis, Pasar Kebalen dan Pasar Modyopuro (tahap 2).
Pasar tersebut memiliki berbagai sarana perdagangan yang kompetitif, ada penguatan kearifan lokal, mengedepankan keamanan dan kenyamanan pembeli dengan berbagai kelengkapan fasilitas seperti penataan kios yang baik dan bersih, toilet, tempat ibu menyusui, dan sirkulasi udara yang baik.
Bahkan, dua pasar yakni Pasar Oro-Oro Dowo dan Pasar Kasin telah dinobatkan sebagai pasar berstandar nasional atau SNI.
Pasar rakyat di Kota Malang menjadi tumpuan perekonomian sejumlah warga. Berdasarkan data Kota Malang Dalam Angka tahun 2022, setidaknya ada 10.904 pedagang yang menggantungkan hidupnya di 26 pasar rakyat di Kota Malang.
Kini, revitalisasi pasar rakyat di Kota Malang juga terus digencarkan. Di 2023 ini, setidaknya ada tiga pasar rakyat yang sedang dalam progres pelaksanaan revitalisasi yakni Pasar Wilis, Pasar Kebalen, dan Pasar Madyopuro.
“Kita ketahui, pasar-pasar yang telah direvitalisasi terbukti mampu membangkitkan ekonomi. Dengan pasar yang bersih, indah, dan nyaman tentu meningkatkan jumlah pengunjung atau pembeli. Dampaknya, pendapatan pedagang meningkat,” kata Kepala Diskopindag Kota Malang, Eko Sri Yuliadi.
Yang ketujuh adalah Sanitary Landfill TPA Supit Urang. TPA yang terletak di Supit Urang, Kecamatan Sukun itu kini dikelola dengan teknologi yang canggih sebagai sistem pengelolaan sampah ramah lingkungan.
Sanitary landfill di TPA Supit Urang telah dioperasikan sejak 2021. Pembangunan sanitary landfill dilakukan di Kota Malang melalui program Emission Reduction in Cities – Solid Waste Management (ERiC-SWM) atas kerja sama antara Kementerian PUPR, Pemerintah Jerman, dan Pemkot Malang.
Teknologi sistem pengelolaan sampah yang dibangun di atas lahan seluas 35 hektare itu mampu meminimalisir dampak pencemaran lingkungan, baik air, tanah, maupun udara.
TPA Supit Urang juga memiliki mesin yang dilengkapi dengan teknologi pemilah sampah organik dan anorganik sebelum diolah di sanitary landfill.
Adapun infrastruktur utama sanitary landfill ini dibangun sedemikian rupa hingga memiliki tiga lapis perlindungan lingkungan. Lapisan pertama yakni tanah yang dipadatkan diberi geosynthetic clay liner sebagai penahan kebocoran air lindi agar tak mencemari tanah. Lapisan kedua dan ketiga menggunakan geomembran dan geotextile. Tiga lapisan itu kemudian dilapisi batu koral sebagai penyaring air lindi.
Setelah itu, sampah-sampah ditumpuk di atas lapisan tersebut dan ditimbun dengan tanah sekitar 1-2 meter agar tak dihinggapi lalat sekaligus pencegah kebakaran sampah. Selanjutnya, air lindi yang tersaring akan ditampung di instalasi pengelolaan lindi untuk dimurnikan hingga bisa dibuang secara aman, berstandar, dan tak menimbulkan aroma tak sedap.
TPA Supit Urang memiliki luas area sekitar 35 hektare dengan kapasitas tampung mencapai 953.340 meter kubik sampah. Setidaknya, ada sekitar 500 ton sampah masuk ke tempat ini setiap harinya. Adapun zona timbun sanitary landfill itu sendiri memiliki luas area sekitar 5,2 hektare.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, Noer Rahman Wijaya menjelaskan bahwa TPA Supit Urang sejauh ini mampu menghasilkan berbagai produk-produk bernilai guna tinggi seperti pupuk kompos hingga gas metan. Produk-produk itu disalurkan ke masyarakat sekitar yang berhak dan membutuhkan.
Rahman menyampaikan bahwa TPA Supit Urang mengakomodir pengolahan sampah dari 72 TPS yang tersebar di seluruh wilayah Kota Malang. Pihaknya telah menggencarkan gerakan pilah sampah dari rumah atau hulu untuk memudahkan proses pengolahan sampah yang masuk di TPS dan TPA.
“Sebagaimana seperti yang dicanangkan Wali Kota Malang bahwa Kota Malang di 2028 nanti harus bersih dari sampah,” ucapnya.
Menurutnya, program pemilahan sampah dari hulu baik di rumah warga maupun TPS telah menekan jumlah sampah yang masuk ke TPA Supit Urang hingga 26 persen per hari. “Jadi sampah-sampah itu sudah banyak yang terpilah, sisanya atau residunya baru dibuang dan dikelola di TPA,” tukasnya.
Sutiaji menilai, semua capaian yang lakukan Pemkot Malang semata untuk kemajuan masyarakat Kota Malang itu sendiri. “Sering saya bilang, semua pembangunan ini kan dampaknya ya untuk masyarakat Kota Malang itu sendiri,” pungkasnya.(ads)
Reporter: M Sholeh
Editor: Lizya Kristanti