SURABAYA, Tugujatim.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menerapkan kebijakan tari remo masuk sebagai ekstrakurikuler wajib untuk pelajar SD dan SMP. Penerapan ini dilaksanakan setelah Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mencatat 65.946 pelajar menari remo massal di 10 ikon bersejarah dan 2 jembatan di Kota Pahlawan.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, ekstrakurikuler tari remo akan diterapkan menjelang semester genap. Menurut dia, capaian Rekor MURI ini sebagai pembuka diwajibkannya ekstrakurikuler tersebut.
“Sejauh ini sebenarnya sudah ada ratusan lebih sekolah yang mempunyai ekstrakurikuler tari remo, tapi belum diwajibkan. Setelah ini akan kami rutinkan dan pendalaman soal tari tersebut,” katanya saat dikonfirmasi Tugujatim.id, Senin (19/12/2022).
Yusuf melanjutkan, dengan diwajibkannya sebagai ekstrakurikuler, harapannya remaja Kota Pahlawan ini lebih banyak memanfaatkan waktu untuk berkegiatan positif di sekolah. Selain itu, pelajar Surabaya ke depannya akan tahu nilai-nilai budaya dan filosofi dari tari tersebut.
“Dengan cara ini, maka nilai-nilai budaya secara tidak langsung tertanam sejak dini di dalam diri para pelajar,” ujarnya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan, ketika tari remo menjadi ekstrakurikuler wajib, maka budaya asli Jawa Timur ini tidak akan mudah terlupakan. Dia yakin “Budaya Arek” bisa dipertahankan di Kota Surabaya.
“Boleh ada budaya asing di Surabaya, tapi budaya asli Jawa Timur yang menceritakan kepahlawan melawan penjajah ‘remo’ itu ada di hati mereka (pelajar). Saya yakin, kalau itu tertanam di hatinya para pelajar, maka akan memiliki pribadi yang kuat,” ucapnya.
Wali kota yang akrab disapa Cak Eri Cahyadi ini menjelaskan, peran sekolah dalam memperkenalkan dan menjaga “Budaya Arek” di Kota Surabaya, dinilai mampu memastikan bahwa tari remo adalah salah satu budaya kebanggaan Arek-Arek Suroboyo.
Dia pun berpesan, masyarakat Kota Surabaya tidak boleh lupa dengan sejarah. Yakni harus memperkuat budaya lokal, terutama tarian dan adat istiadat.
“Seperti hari ini, kenapa kami gunakan 10 bersejarah di Surabaya. Karena kami ingin menanamkan jiwa kepahlawanan, bahkan tari remo massal ini juga digelar di halaman sekolah. Sebab, tari remo bukan dilihat dari kostumnya, tapi makna dari tari itu adalah filosofinya,” ujarnya.