SURABAYA, Tugujatim.id – Sampah plastik dari eksportir Amerika Serikat dan sekian negara maju seperti New Zealand, Inggris, dan Uni Eropa masih dijumpai di desa-desa kawasan Sidoarjo, Mojokerto, dan Malang. Temuan “Envigreen” melalui catatan yang dikirim Ecoton pada Sabtu (27/03/2021). Mereka melihat gunungan sampah plastik impor ditemukan di Desa Sumberrejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, pada kawasan pabrik kertas PT Ekamas Fortuna.
“Masih banyak ditemukan gunungan sampah plastik (impor dari Amerika Serikat dan negara maju, red), serpihan plastik dan kertas itu ada di sekitar kawasan pabrik kertas PT Ekamas Fortuna, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang,” terang Alaika selaku Koordinator Envigreen melalui rilis dari Ecoton yang diterima Tugu Jatim Sabtu pagi (27/03/2021).
Sampah-sampah plastik dari negara maju tersebut umumnya masih diekspor sebagai bahan baku produksi kertas di Indonesia, termasuk PT Ekamas Fortuna. Tapi, masih ditemukan sampah-sampah plastik hasil limbah pabrik yang tidak bisa didaur ulang hingga akhirnya terpaksa dibakar.

Captain River Warrior Indonesia Thara Bening Sandrina mengatakan, pemerintah tampak masih setengah hati dalam mengendalikan datangnya sampah plastik impor dari Amerika Serikat, New Zealand, Inggris, Uni Eropa, dan negara maju lainnya.
“Seharunya ada keseriusan dari pemerintah Indonesia agar negeri ini tidak dijadikan tempat sampah plastik (oleh negara-negara maju, red),” jelas Thara melalui daring Sabtu pagi.
Di sisi lain, temuan sampah plastik juga masih terlihat menggunung di Desa Bangun, Kabupaten Mojokerto, dan Desa Gedangrowo, Kabupaten Sidoarjo. Sebagian masyarakat sekitar justru memakai momen itu untuk lahan pekerjaan sebagai “petani plastik”, termasuk warga di kawasan PT Ekamas Fortuna Malang.
“Ironis, karena masyarakat (masih, red) merasa untung dengan menjual plastik impor agar bisa membiayai kehidupan sehari-hari, termasuk bisa membeli motor. Tapi, sebenernya mereka rugi karena mempertaruhkan kesehatan diri sendiri dan mencemari lingkungan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Thara menjelaskan, plastik dipakai untuk bahan bakar tungku batu gamping oleh masyarakat, sementara plastik sendiri bakal berbahaya jika dibakar. Thara melanjutkan, hasil pembakaran plastik akan menghasilkan senyawa dioxin yang memicu penyakit kanker.
“Terus limbah dari proses pengolahan plastik impor mengandung mikroplastik. Itu mencemari air sungai untuk warga. Plastik yang ditimbun di pekarangan rumah juga terkena hujan, panas matahari, bisa jadi mikroplastik yang meracuni tanah,” tandasnya.
Ecoton: Tolak Sampah Impor Amerika Serikat!
Lebih dalam, Ketua Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau “Ecological Observation and Wetlands Conservation” (Ecoton) Prigi Arisandi menanggapi bahwa menemukan kandungan dioxin 80 kali lebih tinggi pada salah satu lokasi pembakaran sampah plastik impor di Jawa Timur.
“Pemerintah mengabaikan dampak lingkungan akibat salah urus sampah impor. Temuan Ecoton menyebutkan ada kandungan dioxin 80 kali lebih tinggi pada daerah Tropodo yang menjadi salah satu lokasi pembakaran sampah impor. Namun, hingga kini belum ada upaya serius pemerintah dalam merehabilitasi kawasan terdampak akibat kontaminasi dioxin,” respons Prigi saat dihubungi secara daring Sabtu pagi.

Prigi menegaskan agar pemerintah bersikap tegas pada sampah impor dan negara eksportir diminta bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan dari sampah hasil pengiriman ke Indonesia.
“Pemerintah harus lebih tegas bersikap untuk menolak sampah impor dan mendorong negara eksportir untuk ikut bertanggung jawab atas dampak sampah impor, masuknya sampah plastik dari Amerika Serikat di Pelabuhan Belawan merupakan sikap arogan USA (Amerika Serikat, red) yang harus disikapi serius pemerintah Indonesia dengan menolak dan merekspor sampah plastik ke USA,” tutupnya. (Rangga Aji/ln)