MALANG, Tugujatim.id – Sejak 2 hari terakhir, nampak sebuah tenda yang berdiri di perempatan Dusun Krajan, Desa Majang Tengah, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, dipenuhi anak-anak yang dengan ceria bermain meskipun kondisi rumah mereka banyak yang roboh akibat gempa M 6,1 di Malang Selatan.
Posko tersebut adalah Posko Trauma Healing yang didirikan oleh Kementerian Sosial sejak Senin (12/04/2021).
“Ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Kementerian Sosial, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Daerah untuk korban gempa. Jadi ini khusus untuk anak-anak usia di bawah 18 tahun,” terang Juli Abidin selaku Satuan Bakti Psikososial Kementrian Sosial saat dikonfirmasi pada Rabu (14/04/2021).
Posko Trauma Healing ini sendiri didirikan untuk mensupport anak-anak korban gempa di Malang agar tetap ceria seperti anak-anak pada umumnya.
“Kami melakukan pemulihan psikis dan sosial anak-anak agar mereka bisa kembali seperti biasa, agar tidak takut menghadapi situasi bencana,” tegasnya.

Materi yang disampaikan kepada anak-anak sendiri diantaranya mulai dari pentingnya protokol kesehatan, kemudian pemahaman terkait bencana dan mengahadapinya seperti apa.
“Kalaupun ada indikasi berat dalam menyikapi (bencana) itu akan lebih intens untuk konseling. Kalau tidak kita kumpul bersama mereka untuk bermain agar berkegiatan seperti anak-anak pada umumnya dan melupakan yang sudah terjadi,” jelasnya.
Saat ini sudah ada 25 anak yang ditampung di Posko Trauma Healing di Dusun Krajan, Desa Majang Tengah, Kecamatan Dampit.
“Di sini ada sekitar 25 anak yang ditampung, kita berharap semua anak yang terdampak di sekitar sini terdampak semua. Dan kita berharap pemulihan psikis anak ini bisa segera intens kita Lakukan kepada semua anak,” jelasnya.
Terakhir, Juli mengatakan jika ada beberapa anak yang secara psikis mengalami trauma karena kejadian gempa yang menghancurkan rumahnya.
“Sesuai hasil wawancara dengan anak-anak bahwa ada yang memiliki rasa takut setelah kejadian bencana kemarin. Tapi ada juga beberapa yang sudah berani untuk kembali ke dalam rumah atau tidur di dalam rumah,” pungkasnya.