MALANG, Tugujatim.id – Hari kedua Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 2 yang digagas oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dan PT Paragon Technology and Innovation dilaksanakan pada Rabu (02/06/2021) melalui aplikasi Zoom Meeting. Jurnalis senior yang juga mantan Kepala Litbang The Jakarta Post Frans Surdiasis memberikan materi tentang bagaimana menyusun narasi berita berkualitas dan bermakna berbasis data guna mengarusutamakan isu-isu pendidikan di media massa.
“Tugas pokok wartawan adalah membantu publik memahami secara baik apa yang terjadi di lingkungan mereka. Tugas kita membantu mereka memahami apa yang terjadi di lingkungannya. Cara membantunya dengan menyampaikan fakta yang baik. Dan cara menyampaikan fakta yang baik adalah dengan data,” terangnya kepada para audiens.
Dia menegaskan, data yang wajib disampaikan harus memiliki sense of profesionalism. Artinya, data yang disampaikan harus disajikan secara profesional. Frans mengatakan, sejak dulu DNA jurnalisme tidaklah berubah, di mana jurnalis memiliki kekuatan enlightenment. Artinya, jurnalis adalah motor pencerah masyarakat.
Also Read
“Wartawan adalah profesi intelektual karena relevansi kita terletak pada kesanggupan melihat dan merumuskan persoalan, kemudian mengomunikasikan secara baik kepada publik. Profesi kita adalah pekerja perubahan karena membantu masyarakat menuju kehidupan lebih baik,” tegasnya.
“Kemudian kalau saya boleh meminjam kata-kata seorang penulis terkenal bernama Yuval Noah Hariri, dia mengatakan, modal terpenting kita dalam menghadapi masa depan yang berubah dengan cepat adalah capacity to reinventing ourselves. Karena itu, profesi kita sangat relevan untuk memilih kemampuan belajar untuk beradaptasi dengan perubahan zaman yang cepat,” tambahnya.
Frans juga menjelaskan, ada 2 disiplin pokok kerja jurnalistik, yaitu judgment dan verifikasi.
Dia juga mengatakan, European Democracy Actio Plan 2020 melakukan inisiatif untuk menyehatkan kembali demokrasi dan ruang publik. Menurut dia, ini adalah salah satu gerakan untuk memperkuat kembali jurnalisme.
“Journalism Trust Initiative dari Reporters Without Borders merupakan gerakan untuk mengembalikan dan memperkuat media jurnalistik yang dapat dipercayai,” ungkapnya.
Frans juga mengatakan pentingnya liputan pendidikan ada untuk menyoroti kinerja pejabat yang berwenang di bidang pendidikan.
“Misalnya ada problem akses (pendidikan) relatif baik, tapi kualitas masih jauh dari harapan. Lalu anggaran besar Rp 550 triliun untuk apa saja?” ungkapnya.
Dia mengatakan, berbicara pendidikan memang sangat penting, tapi sering kali kalah penting dibandingkan topik-topik politik dan ekonomi.
“Pendidikan memiliki sejumlah narasi besar, dan wartawan perlu membantu masyarakat memahami aplikasi konkretnya,” ujarnya.