SIDOARJO, Tugujatim.id – Gunungan sampah plastik tampak masih ditemukan di beberapa sungai di wilayah Sidoarjo. Hal tersebut seakan menunjukkan bahwa upaya pengendalian pembuangan sampah di Sidoarjo masih rendah. Banyaknya limbah plastik tersebut terpantau dalam “Ekspedisi Sungai Nusantara” yang dilakukan oleh para pegiat lingkungan di 7 sungai di Sidoarjo.
Koordinator Brigade Evakuasi Popok Azis SH menegaskan bahwa 7 sungai yang dipakai sebagai tempat ekspedisi, semua telah tercemar sampah plastik dan rumah tangga. Hal itu membuat perlu menerapkan desa ‘zero waste’.
“Dari 7 sungai yang terpantau dalam Ekspedisi Sungai Nusantara menunjukkan semua sungai (di Sidoarjo, red) dipenuhi dengan sampah plastik. Sehingga perlu menerapkan ‘Zero Waste’,” tegasnya, Jumat (09/06/2021).
Di sisi lain, Azis juga menjelaskan bahwa banyak dari warga Sidoarjo yang masih membuang sampah di kali, sungai, atau bantaran perairan di Sidoarjo. Hal itu, menurut Azis, justru merupakan dampak dari rendahnya kepedulian pemerintah dalam menyediakan tempat sampah yang ideal untuk warga.
“Warga membuang sampah tersebut karena pemerintah tidak menyediakan sarana pembuangan dan tempat sampah bagi warga. Sehingga warga membuang sampah ke sungai,” ungkapnya.
Lebih jauh, Azis mengungkapkan bahwa di tingkat pedesaan di Sidoarjo harus ada pengelolaan sampah dalam sistem TPS 3R. Pembagian tempat sempah semacam itu bermanfaat agar lebih mudah memberi kategori pada sampah yang bisa didaur ulang dan dapat melakukan pengelolaan limbah rumah tangga dengan baik.
“Harusnya di setiap desa menyediakan sarana pengelolaan sampah. Misalkan seperti tempat sampah terpilah, transportasi, dan tempat pengolahan, pemilahan dan pamanfaatan sampah,” jelasnya melalui daring pada Tugu Jatim.
Dilanjutkan oleh Delegasi Koordinator River Warrior Indonesia Aeshnina Azzahra bahwa dirinya dan berbagai organisasi yang peduli lingkungan sudah menegaskan dan menyampaikan aspirasi pada pemerintah untuk menangani sampah plastik semacan itu.
“Kami sudah mengingatkan pemerintah untuk lebih serius menangani sampah plastik sekali pakai yang banyak keleleran di sungai, tanggul dan pinggir jalan,” ungkapnya.
Selanjutnya, Nina pun memberi pengakuan bahwa beberapa bulan yang lalu, telah mengirim surat kepada pemerintah untuk memperhatikan timbunan sampah ilegal di Sidoarjo. Tapi, hingga kini masih belum mendapat respon dan jawaban.
“Dalam suratnya River Warrior Indonesia, merekomendasikan 3 hal untuk mengendalikan sampah plastik di sungai-sungai Sidoarjo,” jelasnya.
“Pertama, perlunya membuat kebijakan pelarangan atau pengurangan pemakaian plastik sekali pakai (tas kresek, sedotan, sachet, botol plastik, styrofoam dan popok, red),” imbuhnya.
Selain itu, Nina juga menegaskan poin kedua yakni mendorong desa untuk menjalankan program ‘zero waste’ dengan membangun sistem pengelolaan sampah di desa-desa tepi sungai, sehingga sampah warga akan terangkut dan terkelola di TPS 3R.
“Mengembangkan wisata-wisata di lokasi pedesaan, dengan basis pelestarian sungai (berbagai aliran air yang ada di wilayah tersebut agar terbebas dari pencemaran sampah plastik, karena bakal ada perawatan lokasi wisata secara rutin, red),” pungkasnya.