Oleh: Asha Haula Salsabila dan Alviolita Afyk Anida Putri*
Tugujatim.id – Satu perayaan penting di bulan Oktober akan segera tiba, yaitu Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia yang setiap tahunnya dirayakan bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober. Sejarah Sumpah Pemuda telah memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Sebagai pemuda Indonesia, kita seharusnya bukan hanya mengetahui kapan hari kelahiran bahasa Indonesia, tetapi juga harus mengerti sejarah bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa. Kita juga harus mengetahui bagaimana perayaan bulan Bahasa pada tahun ini dan harapan apa yang ingin diwujudkan oleh bangsa dan negara melalui bulan Bahasa?
Hal tersebut sekaligus menunjukkan alasan mengapa bulan Bahasa menjadi esensial untuk dirayakan dan bagaimana upaya rekonstruksi bangsa dalam menjawab tantangan zaman yang sangat berdampak pada pemertahanan bahasa Indonesia.
Sejarah Bahasa Indonesia
Para cendekiawan Indonesia macam Sutan Takdir Alisjahbana, Hamidy, Umar Junus, Anton M. Moeliono, Harimurti Kridalaksana, maupun cendekiawan asing seperti A. Teeuw, Van Ophuijsen, dan Coolhas, menyimpulkan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa yang digunakan masyarakat di daerah Riau, dan kepulauan sekitarnya sebagai bahasa ibu. Pada tahun 1865 bahasa Melayu secara de facto menjadi lingua franca dan mengalami peningkatan status menjadi bahasa resmi kedua setelah bahasa Belanda (Tim MPK bahasa Indonesia Unesa, 2016).
Puncak perwujudan perasaan nasionalisme bangsa Indonesia terhadap bahasa Melayu terjadi ketika Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada Kongres Pemuda II di Jakarta tanggal 28 Oktober 1928 (Tim MPK bahasa Indonesia Unesa, 2016). Hal tersebut, diperkuat oleh Repelita (2018) bahwa bahasa Indonesia pertama kali diakui sebagai bahasa nasional bertepatan dengan sebuah peristiwa bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia, yaitu Sumpah Pemuda. Salah satu isi Sumpah Pemuda yang merealisasikan peresmian bahasa Indonesia yaitu butir ketiga, “Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
Kehadiran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, memudahkan masyarakat Indonesia untuk saling berkomunikasi di tengah 718 bahasa daerah di Indonesia. Hal tersebut, selaras dengan pernyataan Kelana (2018) bahwa bahasa Indonesia diciptakan untuk memelihara persatuan, menghubungkan antar suku agar dapat berkomunikasi menggunakan bahasa yang sama dan merobohkan sekat-sekat perbedaan serta menjadikan kesatuan bangsa sebagai indentitas nasional.
Kuantitas versus Kualitas
Jika kita menyatakan dengan kuantitas, maka tidak terasa usia bahasa Indonesia kini akan beranjak ke 93 tahun. Usia yang tidak muda lagi tersebut membuat bahasa Indonesia dapat diibaratkan sebagai seseorang yang telah memiliki banyak pengalaman. Sehingga, bahasa Indonesia sudah sepatutnya tertanam di lubuk para pemiliknya dan mengakar dengan kuat.
Lalu bagaimana jika dilihat dari segi kualitasnya? Sudahkah bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar? Kenyataannya, perkembangan zaman sekarang ini telah mengikis harapan-harapan bangsa. Bukan hanya kurangnya penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar tetapi juga mengikis rasa bangga pemuda Indonesia terhadap bahasa Indonesia sehingga mereka lebih memilih menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul yang menurut mereka lebih keren dan modern. Jelas, kenyataan tersebut menunjukkan sikap negatif pemuda Indonesia, yaitu kurang bangga terhadap bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya menyadari bahwa kedudukan bahasa Indonesia bersifat vital sehingga patut dibanggakan dan dilestarikan. Salah satu caranya, yaitu memanfaatkan momen perayaan bulan Bahasa dengan menikmati bahkan meluncurkan berbagai karya hebat bangsa.
Bulan Bahasa Tahun Ini
Bulan Bahasa pada tahun ini bertema “Berbahasa Sehat, Indonesia Tangguh.” Perayaan ini kembali diadakan secara daring. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat para pecinta bahasa Indonesia untuk berkontribusi sebagaimana tema yang telah ditetapkan tahun ini. Melalui penggunaan bahasa Indonesia yang sehat, maka Indonesia akan lebih tangguh.
Badan bahasa dalam postingan Instagramnya membagikan informasi berbagai lomba untuk merayakan bulan Bahasa tahun ini, seperti lomba cerdas mengulas buku, mendongeng untuk anak penyandang disabilitas netra, dan debat bahasa antar mahasiswa Indonesia. Ada juga festival virtual pembacaan naskah lakon, video padanan istilah, musikalisasi puisi, pesan pujangga, simulasi kebahasaan dan kesastraan, bedah buku bahasa dan sastra, bincang-bincang kebangsaan dalam perspektif kebahasaan, kesastraan, dan sebagainya. Sehingga, tidak salah jika Oktober adalah bulan untuk berpesta karya.
Selain itu, seperti yang diungkapkan dalam postingan Instagram Badan Bahasa Kemendikbud, ada juga rangkaian kegiatan Menjalin Indonesia. Kegiatan dari 30 Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa tersebut akan menyajikan ragam kegiatan seputar kebahasaan dan kesastraan yang dapat disaksikan melalui kanal YouTube Badan Bahasa dari tanggal 4–22 Oktober 2021 setiap pukul 15.00 dan 20.00 WIB.
Faktanya, tidak hanya Badan Bahasa saja yang menyuguhkan berbagai kegiatan untuk memperingati bulan Bahasa dan Sastra Indonesia tetapi hampir seluruh kampus maupun sekolah dari Sabang sampai Merauke memberikan kesempatan bagi para pemuda generasi bangsa untuk belajar maupun menunjukkan kemampuan mengenai bahasa Indonesia.
Berbagai kegiatan pun serasa menjadi cahaya yang bertebaran di malam hari, menerangi sekitarnya yang rindu akan festival bulan bahasa Indonesia. Kegiatan tersebut di antaranya, yaitu pelombaan cipta dan baca puisi, musikalisasi puisi, menulis cerpen, esai, desain poster, pantun, pidato, bercerita, debat bahkan seminar-seminar mengenai pengetahuan bahasa Indonesia, PUEBI dan sebagainya. Adanya kegiatan tersebut menjadi kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan oleh para pemuda Indonesia.
Asa Adanya Bulan Bahasa
Lalu, asa seperti apa yang diharapkan melalui kegiatan-kegiatan di bulan Bahasa? Salah satu harapan yang besar, yaitu dapat menjawab berbagai permasalahan kebahasaan di Indonesia, seperti menghadapi permasalahan tergerusnya bahasa Indonesia karena pengaruh bahasa asing maupun bahasa gaul. Pengaruh tersebut dapat mengancam eksistensi bahasa Indonesia karena tidak sesuai dengan butir ketiga Sumpah Pemuda. Maka seharusnya para generasi kini memprioritaskan bahasa Indonesia pada kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan bahasa lainnya.
Selain itu, melalui berbagai kegiatan kebahasaan dan kesastraan yang diselenggarakan untuk meramaikan bulan Bahasa dan Sastra Indonesia 2021, diharapkan dapat menjadi ajang untuk berkarya atau berekspresi, menambah pengetahuan dan rasa cinta pada bahasa Indonesia serta meningkatkan kualitas berbahasa Indonesia. Mendukung hal tersebut, Kusumawati (2019) menyatakan bahwa melalui perayaan bulan Bahasa dan Sastra dengan berbagai macam lomba literasi dapat menambah pengetahuan dan keterampilan siswa serta menanamkan karakter nasionalisme cinta bangsa.
Melalui bulan Bahasa, diharapkan para pemuda dapat mensyukuri anugerah bahasa Indonesia sebab tidak semua negara memiliki bahasanya sendiri. Bukan hanya bersyukur, mereka juga harus bangga menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar melalui karya-karya terbaiknya. “Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing,” begitulah pesan dari Badan Bahasa Kemendikbud pada foto profil Instagramnya.
Dengan demikian, kehadiran bulan Bahasa melalui berkarya menjadi salah satu cara untuk membangkitkan rasa bangga para pemuda kepada bahasa dan sastra Indonesia sehingga dapat kembali pada jati dirinya, yaitu sebagai pemilik sah bahasa Indonesia. Para pemuda bangsa dituntun untuk memiliki rasa cinta terhadap bahasa Indonesia dari hati nurani mereka sendiri dan membiasakan menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, baik secara lisan maupun tertulis. Melalui bulan Bahasa, kita dapat bersatu mewujudkan Indonesia yang lebih baik dengan menjaga bahasa Indonesia agar tetap menjadi bahasa persatuan bahkan menjadi bahasa Internasional untuk kedepannya. Ayo, para pemuda sudah saatnya kita bangkit! Wujudkan Berbahasa sehat, berbangsa kuat!
*Kedua penulis adalah mahasiswa aktif prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya.