Oleh: Nurwahid Dimas Saputro*
Tugujatim.id – Kuliah daring dengan beban tugas dari dosen yang beragam selama masa pandemi membuat mahasiswa mengalami sindrom burnout akademik. Sindrom ini diperkenalkan Herbert Freudenberger, psikolog klinis yang melakukan praktik di New York. Istilah ini digunakan secara publik tahun 1973 dalam jurnal psikologi yang memang membahas sindrom burnout.
Burnout adalah kondisi emosional di mana seseorang merasa lelah dan jenuh secara fisik sebagai akibat tuntutan dari tugas yang terus bertambah.
Menurut Diaz dan Budiman dalam Burnout Akademik selama Pandemi Covid 19 (2019), faktor yang menyebabkan burnout antara lain kurangnya dukungan sosial, faktor demografis, konsep diri, role conflict and role ambiguity, isolation, dan kelebihan beban kerja (baik kuliah, organisasi, pekerjaan), serta kurangnya kontrol. Selain itu, juga dapat disebabkan karena terganggunya sistem komunitas dalam pekerjaan.
Adapun karakteristik burnout seperti kelelahan fisik yang ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur dan kurangnya nafsu makan. Kelelahan emosional yang ditandai dengan depresi perasaan tidak berdaya, merasa terperangkap dalam tugasnya, hingga mudah marah dan tersinggung. Selain itu, ada rasa rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri dan merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang memuaskan.
Burnout akan sangat berbahaya bagi seseorang yang memiliki aktivitas penting, seperti sedang menempuh pendidikan dan bekerja. Jika tidak teratasi akan berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Maka, perlu adanya langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah burnout. Berikut ini ada beberapa tips mencegahnya.
1. Buat prioritas
Skala prioritas digunakan agar tugas maupun pekerjaan dapat lebih terukur. Pekerjaan dapat dikelompokkan berdasarkan penting dan kurang penting serta mendesak dan tidak mendesak, sehingga kita dapat memilih untuk mengerjakan yang mana terlebih dahulu.
2. Komunikasi
Cobalah untuk membangun komunikasi dengan orang lain. Misalnya, ketika kamu berada dalam suatu organisasi dan mendapatkan tugas dengan jumlah yang banyak, komunikasikanlah dengan ketua divisi, coba sampaikan apa yang kamu rasakan. Orang lain pasti akan mengerti.
3. Beri reward diri dan minimalisir ekspektasi
Tugas berat yang diselesaikan membutuhkan usaha yang lebih dan tenaga yang ekstra. Akan tetapi, tugas-tugas kecil juga perlu mendapatkan apresiasi dari diri sendiri setelah berhasil melakukannya. Selain itu, coba fokus pada proses dan tidak perlu terlalu memikirkan terhadap hasil, sehingga hal ini bisa membantu mengurangi tekanan dan burnout dalam pekerjaan
4. Jaga keseimbangan hidup
Waktu untuk bersantai di satu hari sangat diperlukan, bahkan hanya sekedar duduk minum teh di teras rumah. Pekerjaan yang terus-menerus berdatangan memang menyita waktu, sehingga perlu ada waktu untuk diri sendiri meregangkan tubuh dan pikiran. Buatlah waktu santai di setiap harinya dan pikiranmu akan kembali jernih dan juga segar.
5. Gaya hidup sehat
Gaya hidup yang tidak teratur sangat berpotensi menyebabkan burnout. Mulailah makan makanan bernutrisi sehingga asupan gizi terpenuhi dengan baik. Olahraga juga dibutuhkan untuk memiliki tubuh yang bugar dan tidak mudah lelah. Pola tidur yang baik juga berpengaruh terhadap pola pikirmu.
Burnout menjadi problem yang sering terjadi, khususnya pada mahasiswa. Kondisi membahayakan ini harus dicegah agar tidak berdampak pada aspek kehidupan yang lainnya. Dengan meningkatkan pemahaman kita tentang burnout ini, kita seperti membentengi diri dari faktor-faktor yang menyebabkan sindrom tersebut.
*Penulis adalah member Pondok Inspirasi.