Tugujatim.id – Ada ungkapan yang sering kita dengar, “Membaca adalah jendela dunia”. Ya, dengan membaca buku memberikan kita pengetahuan baru akan sebuah sudut pandang dalam kehidupan dan keilmuan. Semakin bertambah umur seorang manusia, perkembangan menuju kematangan secara emosional dan pemikiran sangatlah diharapkan. Dan membaca adalah salah satu cara untuk mencapai titik tersebut. Karena itu, Tugu Jatim akan beri rekomendasi buku untuk self improvement. Tujuannya untuk membantu memotivasi diri agar lebih berkembang.
Sebab, tak hanya berguna untuk menambah pengetahuan dan kemampuan dalam berpikir, membaca juga memberikan manfaat terhadap kesehatan. Dilansir dari The Expert Editor, secara scientific membaca dapat mengurangi tingkat stres, mencegah depresi, dan mencegah alzheimer. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa membaca mampu mengurangi tingkat stres hingga 68% lho.
Dengan membaca banyak pengetahuan dan hal baru yang diterima dan diingat oleh otak. Hal ini membantu otak untuk menciptakan ruang baru dalam bagian ingatan dan memperkuat bagian yang lama. Demikian short-term memory otak serta kemampuan mengingat menjadi meningkat. Karena itu, simak ya rekomendasi buku untuk lebih self improvement Anda!
1. Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat-Mark Manson
“Cuek dan masa bodoh adalah cara yang sederhana untuk mengarahkan kembali ekspektasi hidup kita dan memilih apa yang penting dan apa yang tidak.”
Mark Manson memulai karirnya sebagai blogger dan menerbitkan buku dengan judul asli “The Subtle Art of Not Giving a F*ck” pada 2016. Buku ini menggarisbawahi bahwa bersikap bodo amat membantu kita untuk menyelamatkan diri dari dunia dan tidak terlalu pusing terhadap masalah yang menerpa.
2. I Want To Die But I Want To Eat Tteokbokki-Baek Se Hee
“Katanya kau ingin mati, kenapa malah memikirkan jajanan kaki lima? Apa benar kau ingin mati?”
Isu kesehatan mental adalah isu sensitif dan cukup tabu. Hingga saat ini isu ini belum mendapatkan perhatian penuh, bahkan masih banyak yang belum sadar akan pentingnya masalah ini.
Buku ini menceritakan perjalanan sang penulis yang berjuang melawan persistent depressive disorder atau distimia selama kurang lebih 10 tahun. Dalam buku ini penulis menuangkan pengalamannya, dari bagaimana dia merasa tidak baik-baik saja. Kemudian meminta pertolongan ahli, perjalanan pengobatannya, dan bagaimana sang penulis bangkit dan melawan masalah kesehatan mentalnya.
3. Filosofi Teras-Henry Manampiring
Pada 2017, Henry Manampiring didiagnosa mengidap Major Depressive Disorder. Di masa pengobatannya, Henry menemukan sebuah buku berjudul How to Be a Stoic karya Massimo Pigliucci. Buku tersebut berisikan ajaran stoisisme yang membantu Henry untuk mengendalikan emosinya dan menemukan ketenangan. Hal ini yang akhirnya menjadi motivasi Henry untuk menulis buku “Filosofi Teras; Filsafat Yunani Romawi Kuno Untuk Mental Tangguh Masa Kini”.
Buku ini cocok sebagai pengantar bagi yang ingin mempelajari filosofi stoisisme secara mendalam. Karena pengemasannya yang ringan dan disertai contoh-contoh permasalahan yang relevan dengan kaum milenial.
4. Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja-Alvi Syahrin
Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja. Bagaimana caranya aku bisa mencintai diriku ketika yang kulakukan kepada diriku adalah kesalahan-kesalahan bodoh tanpa hentinya?
Dalam rekomendasi buku ini, Alvi Syahrin ingin mengajarkan bagaimana cara mencintai diri sendiri, memperbaiki diri, mengenal diri sendiri, dan menjadi bahagia dengan hal tersebut.