MALANG, Tugujatim.id – Insiden petugas pemulasaraan jenazah Covid-19 salah kubur alias tertukar di Kota Malang sempat berbuntut panjang hingga terancam dipidana. Terbaru, pihak pelapor kasus ini melunak dan memutuskan mencabut laporannya di kepolisian.
Sebelumnya, 2 orang ditetapkan menjadi tersangka karena melawan petugas, dalam hal ini petugas penanganan wabah, yakni PSC 119 Dinkes Kota Malang. Keduanya yakni MNH, 21, dan BHO, 24, telah melakukan pemukulan terhadap petugas, LA alias Alfa, hingga pingsan.
Keduanya kini telah dibebaskan dari tuduhan kasus penganiayaan oleh Polresta Malang Kota. Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Leonardus Simarmata mengatakan, pembebasan dilakukan karena kedua belah pihak telah melakukan iktikad damai.
“Kedua belah pihak sepakat berdamai. Sudah ada surat perdamaian dan pencabutan perkara. Kedua belah pihak juga sudah menemukan solusi berdamai,” ungkap dia Minggu (31/01/2021).

Leo melanjutkan, sejak awal pengusutan kasus ini sudah dilakukan berdasarkan prinsip ultimum remidium. Artinya, penegakan hukum adalah jalan terakhir jika tidak bisa diselesaikan baik-baik.
Menurut Leo, langkah penyelesaian kasus melalui iktikad perdamaian ini juga sah secara hukum. Sebab, langkah itu juga sudah diatur dalam mekanisme hukum alternative dispute resolution (ADR).
“Artinya, bisa jadi contoh pembelajaran agar tidak terjadi lagi hal serupa. Bagaimanapun siapa yang melakukan kekerasan ataupun ancaman kepada petugas pemulasaraan bisa ada ancaman pidananya,” ujarnya.
Lebih jauh, kedua orang yang sempat dijadikan tersangka itu kini sudah dipulangkan ke rumahnya masing-masing. Sementara itu, korban pemukulan juga sudah mulai pulih dan boleh pulang dirawat di kediamannya.
Sebelumnya, MNH dan BHO sempat terancam pidana kurungan penjara selama 5 hingga 12 tahun sesuai Pasal 170 KUHP tentang tindak pidana kekerasan secara bersama-sama di muka umum. (azm/ln)