TUBAN. Tugujatim.id – Di Tuban terdapat camilan tradisional turun temurun yang menarik untuk dibahas. Jika biasanya camilan identik dengan bahan dasar tepung, lain halnya dengan ampo yang berbahan dasar tanah liat.
Makanan ini sendiri diketahui menyimpan sejarah yang menyedihkan di balik cerita pembuatannya. Ampo ternyata juga diyakini oleh masyarakat memiliki beberapa manfaat, namun apakah itu dapat dibuktikan oleh medis? Yuk cari tahu.
Sejarah kelam nenek moyang
Camilan dengan bentuk menyerupai coklat serut ini, dulunya tercipta karena masa sulit yang melanda warga Tuban akibat dari penjajahan kolonial Belanda dan juga kemarau berkepanjangan yang terjadi selama setahun penuh.
Selama paceklik, masyarakat tidak memiliki apapun yang dapat mereka panen untuk dimakan hingga mereka mencoba endapan lumpur yang berada di tepi sungai Bengawan Solo yang saat itu juga mengalami penyusutan volume air, tanah tersebut biasa disebut sebagai tanah aluvial.
Tidak semua jenis tanah dapat dipakai
Dalam pembuatan ampo tidak semua jenis tanah dapat dipakai. Jika sebelumnya menggunakan lumpur di Sungai Bengawan Solo, kini produsen ampo yang masih ada menggunakan tanah endapan yang ada di sawah. Tanah jenis ini dipilih karena teksturnya yang lembut dan tidak terdapat partikel kecil seperti pasir, kerikil, ataupun batuan.
Tanah liat yang diperoleh nantinya akan dibentuk dan dipadatkan berbentuk kotak kemudian akan melewati proses pendiaman selama seharian agar didapatkan permukaan yang halus. Tak berhenti di situ saja, nantinya tanah akan diserut menggunakan bilah pisau bambu dan akan diasapi selama sejam hingga nantinya siap menjadi ampo.
Manfaat yang diyakini
Makanan ini dikenal baik untuk dikonsumsi saat hamil karena diyakini bisa memperkuat janin. Dikatakan juga bahwa ampo dapat menguatkan sistem pencernaan karena menghasilkan efek yang dapat membuat kondisi perut jadi nyaman, juga membantu melindungi tubuh manusia dari serangan virus dan bakteri.
Ampo juga dipercaya oleh masyarakat dapat digunakan sebagai obat tradisional. Melansir dari Kartinian, untuk meredakan panas dalam Anda cukup merendam ampo yang sudah matang dalam segelas air. Selain sebagai konsumsi, ampo juga dapat digunakan sebagai penawar gatal dengan melumuri pada permukaan kulit.
Hasil Penelitian
Dalam istilah ilmiah, keinginan untuk memakan tanah liat disebut sebagai geofagi. Melansir dari Healthline, beberapa penelitian menunjukkan bahwa memakan tanah dapat memungkinkan terkena parasit, bakteri, dan logam berat beracun. Sekalipun diklaim bebas dari racun dan telah melewati berbagai proses.
Mereka juga mengganggu kemampuan mencerna nutrisi dalam tubuh karena sifatnya yang dapat mengikat zat besi, seng, dan nutrisi lainnya. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Direktur Klinik Rumah Sakit Mpilo, Dr Solwayo Ngwenya, melansir dari Chronicle. “Konsumsi tanah yang berlebihan dapat menyebabkan penyumbatan usus, yang membutuhkan pembedahan karena tanah akan menghalangi makanan untuk lewat,” kata Dr Ngwenya.
Menurut penelitian tahun 2003, ditemui banyak wanita hamil di seluruh dunia makan tanah liat untuk membantu meringankan gejala mual di pagi hari. Namun terlepas dari keyakinan sebagai obat tradisional dari suatu budaya, tetapi manfaat ini sebagian besar bersifat anekdot dan belum terbukti secara meyakinkan.
Variasi makanan dari tanah liat
Makanan yang sudah ada sejak dulu dan turun menurun ini, tak hanya ada di Indonesia. Melansir dari berbagai sumber, ternyata kebiasaan ini memang telah dilakukan oleh beberapa masyarakat yang tinggal di daerah tropis dan hangat.
Salah satunya yang masih eksis hingga sekarang adalah kue lumpur Haiti atau Bonbon Tè. Berbeda dengan ampo yang tidak menggunakan campuran apapun, Bonbon Tè menggunakan mentega hingga garam dalam pembuatannya yang kemudian dijemur di bawah sinar matahari.
Bagaimana, apakah kalian tertarik ingin mencobanya?