SURABAYA, Tugujatim.id – “Sedekah bumi kan tanah agraria, terus kita tanya ke para orang-orang tua di Tambak Bayan dan dari mereka kita tahu di Kampung Pecinan juga ada sedekah bumi,” kiranya itu yang menjadi jawaban tokoh masyarakat Tambak Bayan, Suseno Karja, saat ditanya bagaimana pelaksanaan tradisi Jawa ini digelar oleh warga Tionghoa, pada Sabtu (19/8/2023).
Hakikatnya Indonesia tak lepas dari nilai akulturasi. Beragam kebudayaan, suku, tradisi, dan ras mewarnai kehidupan kelompok masyarakat di suatu wilayah.
Di tengah kota, di dalam wilayah gedung-gedung yang heritage, berdiri satu perkampungan kecil yang penuh sejarah dihidupi oleh sebagaian besar masyarakat keturunan Tionghoa, tepatnya di Tambak Bayan Tengah, Alun-alun Contong, Kecamatan Bubutan, Surabaya, Jawa Timur.

Kerukunan dan kegembiraan terpancar pada setiap wajah warga Tambak Bayan dalam perayaan sedekah bumi. Kata dia, ini kali pertama warga Tambak Bayan menggelar tradisi yang lazimnya dilakukan oleh masyarakat Jawa. “Kalau di Tionghoa itu ya untuk imlekan itu (sama dengan sedekah bumi), itu awal untuk bercocok tanam, akhirnya kita padukan budaya Tionghoa dan Jawa. Ini baru yang pertama kali,” jelasnya.
Sedari pagi, warga antusias menggunakan kostum berwarna merah. Bagi Indonesia, merah yang artinya berani, bagi mereka mereka artinya keberuntungan dan kebahagiaan.
Bila dipadukan, perayaan sedekah bumi yang juga bertepatan dengan Bulan Kemerdekaan Indonesia membuat suasana makin hidup. Makna perjuangan dan pelestarian tradisi rasanya menjadi satu kalimat utuh sebagai gambaran.

“Ini seperti puncaknya. Pas tanggal 17 Agustus kemarin kita juga menggelar upacara bendera. Lalu kemarin ada banyak workshop. Terus jni sedekah bumi. Ada nanti tari tradisional dan wayang, banyak,” ucap pria yang akrab disapa Om Seno itu.
Alunan tabuhan drum dan pukulan tambur mengundang warga lainnya untuk menonton. Tak mau ketinggalan, atraksi barongsai yang lekat dengan kebudayaan khas Tionghoa ini seakan menjadi ikonnya.

Di susul, di barisan belakang, tumpeng dengan setinggi 1,5 meter dengan diamater satu meter, dibalut sayur-sayuran, jajanan tradisional, dan buah, hasil tanam jerih petani membentuk gunungan.
Mereka sama-sama diarak melewati gang-gang kecil yang hanya muat dua orang dewasa membuat pengarak cukup kesulitan membawa tumpeng.

Lalu, sebelum menuju Gang Tambak Bayan Tengah, warga dan tokoh masyarakat melepas bibit ikan lele, mujair, dan kutuk di Sungai Kalimas. “Ini sebagai bentuk memberikan harapan atau kehidupan untuk makhluk lain. Ikan juga makhluk jadi ada ekosistem di situ,” ucapnya.
Selain itu, menurut Om Seno, acara yang menggandeng sejumlah komunitas ini cukup menggambarkan kehidupan guyup rukun.
Baginya, banyak hal yang wajib disyukuri dalam hidup. Meski saat ini masalah sengketa terus membayangi, warga Tambak Bayan tetap bersyukur atas segala hal yang datang di dunia.
“Mensyukuri kehidupan, kita hidup di negara Indonesia, terlepas kita ada masalah sengketa atau nggak, kita harus syukuri karena hidup ini masih ada kesempatan, kita tetap harus bersyukur, pembaruan tetap ada, semoga kehidupan lebih baik lagi setelah ini. Merekatkan,” tandasnya.
Reporter: Izzatun Najibah
Editor: Lizya Kristanti