Ary Cahyo P.W., Sarjana Teknik Unmer sekaligus Arek Ngalam Bangun Brand Lokal “Utapes Store” hingga Produk Diminati di Hongkong dan Turki

Dwi Lindawati

Featured

Utapes Store. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)
Ary Cahyo P.W., pemilik Utapes Store yang berada di Kota Malang, saat ditemui pada Senin (16/05/2022). (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)

MALANG, Tugujatim.id – Siapa sangka Kota Malang memiliki salah satu brand lokal yang digawangi anak muda. Melalui tangan dingin owner Utapes Store Ary Cahyo P.W., brand lokal Kota Malang ini mengudara hingga ke luar negeri, seperti Hongkong dan Turki. Bagaimana kisah perjuangan jatuh bangun dia dalam mengembangkan usaha dengan brand lokal cita rasa Malangan ini?

Saat Tugu Jatim datang ke outlet sepatu dengan nama brand ” Utapes Store” ini pada Senin siang (16/05/2022), sambutan hangat datang dari Ary yang ditemani adiknya Adi Gunawan yang biasa membantunya dalam membesarkan usaha ini. Dengan senyum ramah, mereka mempersilakan wartawan Tugu Jatim untuk memasuki ruang tokonya yang bernuansa dominan warna cokelat, abu-abu, dan hitam itu.

Utapes Store. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)
Ary Cahyo P.W. dan adiknya Adi Gunawan memperlihatkan produk UMKM-nya pada Senin (16/05/2022). (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)

Ya, dengan nama khas Malangan, brand ini diciptakan. Ary mengatakan, bersama adiknya Adi menciptakan brand “Utapes Store” karena biar ada khas Malangannya. Dia melanjutkan, kami memberi nama sepatu jadi utapes karena Kota Malang itu ciri khasnya sama bahasa walikan. Arti dari utapes adalah sepatu, hanya katanya dibalik saja. Hal itu dia lakukan agar mudah dikenal masyarakat dengan memakai bahasa walikan dan tahu brand lokal khas Kota Malang.

“Sengaja memakai nama utapes biar mudah dikenal masyarakat. Oh, ini pasti brandnya arek Ngalam (anak Malang, red) karena namanya memakai bahasa walikan,” ujar pria kelahiran Surabaya, 18 September 1982 ini.

Saat ditanya bagaimana awalnya bisa meluncurkan produk ini di tengah derasnya brand-brand luar negeri yang semakin menggerus produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Malang, suami dari Dini Andriana ini awalnya hanya tersenyum sebelum menceritakan lika-liku dalam membangun usaha. Dia pun menjelaskan, kalau bukan anak-anak muda yang terus berupaya menciptakan produk lokal, siapa lagi? Meski menurutnya tantangannya cukup besar dan sulit.

Utapes Store. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)
Produk lokal khas Malangan yang dibuat Ary Cahyo P.W. dengan nama Utapes Store. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)

Sebelum menjadi toko besar seperti sekarang, dia mengatakan, pada awalnya sekitar tahun 2018, Utapes Store berupa toko kecil yang berada di Jalan Simpang Wilis Indah, lalu berpindah tempat yang sekarang di Jalan Mayjen Panjaitan No 4 Kota Malang, Jatim, pada 2021. Hanya bermodal awal uang Rp400 ribu, Ary saat ini telah berhasil membangun toko dengan brand lokal sendiri.

“Awalnya berdiri, toko sepatu ini berada di Jalan Simpang Wilis Indah, Kota Malang. Tokonya hanya sepetak saja, di sebelahnya Toko Buku Wilis. Tapi, alhamdulillah sekarang sudah berkembang dan kami bisa menyewa toko yang lebih luas dari sebelumnya. Ini adalah bagian dari wujud sumbangsih anak muda Kota Malang untuk menciptakan brand lokal agar punya ciri khas tersendiri. Meski tantangannya cukup besar, apalagi jika bersaing dengan produk dari luar negeri,” ujarnya.

Sebelum menciptakan brand lokalnya sendiri, dia melanjutkan, awalnya iseng-iseng membuka toko sepatu dan menjual brand-brand terkenal.

Utapes Store. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)
Reyhan, salah satu customer di Izmir, Turki, yang memakai produk Utapes Store. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)

“Semua sepatu di sini orisinal, tentunya dari brand-brand terkenal. Biar tak hanya menjual brand dari luar negeri, akhirnya berkembang dengan membuat produk sendiri yang didesain secara mandiri,” ujarnya.

Dia juga menyampaikan berdirinya toko tersebut berawal dari keinginannya sebagai wiraswasta ketika usai bekerja di salah satu perusahaan kaca selama 10 tahun. Setelah resign dari perusahaan tersebut, dia memutuskan untuk mencoba berjualan dengan menjadi reseller.

“Dulu kerja di perusahaan kaca, lalu saya pengen terjun gitu ke dunia wiraswasta. Akhirnya awalnya saya mencoba untuk berjualan, ya pernah ngemper-ngemper di Pasar Minggu, lalu jualan baju secara online sebagai reseller, kemudian pernah beralih usaha jual beli motor bekas juga,” ungkapnya.

Ayah dari satu anak ini mengatakan, saat itu bekerja di perusahaan kaca selama 10 tahunan. Karena tertantang menjadi wiraswasta, akhirnya berjualan apa pun sampai ganti usaha berkali-kali gagal terus. Menurut dia, ternyata buka usaha di bidang sepatu lebih cocok hingga sekarang berkembang.

Utapes Store. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)
Lokasi Utapes Store di Jalan Mayjen Panjaitan No 4 Kota Malang, Jatim. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)

Alumnus mahasiswa Jurusan Teknik Unmer Malang itu menjelaskan, menjadi seorang penjual memang tidaklah mudah. Tapi, dia sangat senang karena menjadi wiraswasta bisa mendapatkan ilmu dan relasi yang sebelumnya belum pernah didapatkan.

“Selama membuka usaha pasti ada suka dukanya. Tapi lewat usaha ini, saya sangat bersyukur dan senang karena mendapatkan ilmu, teman, maupun relasi baru. Mulai ilmu terkait pemasarannya seperti apa dan banyak dapat cerita dari teman yang bisa saya gunakan sebagai pelajaran untuk mengembangkan usaha,” tuturnya.

Pria yang hobi di bidang otomotif itu melanjutkan, sepatu yang berada di Utapes Store juga menyediakan brand lain, seperti Nike, Adidas, Ventela, hingga produk lainnya. Tapi karena ingin mengembangkan brand lokal, dia menciptakan produk sendiri agar bisa dinikmati semua kalangan masyarakat. Tentu saja, dengan tetap mempertahankan kualitas yang bagus dengan kocek yang ramah di kantong masyarakat.

Utapes Store. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)
Lokasi Utapes Store yang strategis dengan menjual beragam produk sepatu. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)

“Kami juga menjual brand lokal lain seperti Adidas dan Ventela. Untuk Utapes Store sendiri ini kan sasarannya bukan hanya kalangan tertentu saja, tapi untuk masyarakat luas jadi kami juga menyediakan produk lokal Kota Malang,” jelasnya.

Dalam membangun usaha memang pasti ada manis getirnya, dia juga mengungkapkan pengalaman sedihnya sempat mengalami kerugian dalam merintis brand pertama sebelum menjadi Utapes Store. Jadi, produk yang dihasilkan gagal semua hingga secara cuma-cuma diberikan kepada orang lain.

“Dulu itu kami mencoba untuk menciptakan brand sendiri. Karena ada kesalahan memilih vendor, akhirnya rugi puluhan juta rupiah. Hasil produk yang gagal juga diberikan kepada orang lain secara cuma-cuma. Ini jadi pengalaman yang berharga. Namun, saya akhirnya belajar dari kesalahan jadi harus benar-benar memilih vendor yang baik dan bisa dipercaya soal kualitasnya,” ungkapnya.

Diterpa Pandemi, Omzet Terjun Bebas

Sementara itu, selama diterpa pandemi, warga Perum Istana Bedali Agung Lawang, Kabupaten Malang, ini mengatakan, memang Utapes Store mengalami penurunan omzet, bahkan bisa dibilang terjun bebas. Tapi, dia tetap bertahan mengelola usaha UMKM-nya bersama adiknya Adi.

“Jangankan kami, semua jenis usaha hampir terdampak pandemi. Tak jarang pula yang sampai gulung tikar karena mengalami penurunan omzet. Tapi, alhamdulillah kami tetap gigih berjuang meski terasa sekali dampaknya karena penurunan jumlah customer,” ujarnya.

Utapes Store. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)
Ary saat melayani customer pada Senin (16/05/2022). (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)

Akhirnya selama pandemi, dia terus berinovasi dengan menjual produknya secara online. Jadi, dia menjalankan penjualan online dan offline.

“Untuk persentase penjualan 70 persen secara online, dan 30 persennya offline. Bersyukur ternyata penjualan melalui online juga cukup banyak diminati dan untuk mempermudah transaksi karena tak boleh ada kerumunan selama pandemi. Sekarang omzet mulai kembali surplus,” katanya.

Tips Merawat dan Membedakan Sepatu Orisinal

Selain itu, Utapes Store juga melayani pemesanan sepatu custom yang ingin diberikan nama atau logo komunitas. Pastinya dia ingin memberikan fasilitas yang terbaik untuk customernya.

“Saat pelanggan ingin dibikinkan sepatu custom, kami bisa melayaninya. Seperti dikasih nama atau logo komunitasnya,” ungkapnya.

Saat diwawancarai di tempat usahanya, Ary juga sedikit memberikan tips untuk merawat sepatu dengan baik dan benar agar tidak cepat rusak.

Utapes Store. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)
Adi Gunawan, adik owner Utapes Store yang turut membantu pengembangan produk lokal khas Malangan. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)

“Pertama itu dari pemakaian ya pastinya, tergantung dari masing-masing orang. Kalau anak sekolah itu kan biasanya digunakan untuk sepak-sepak kayak gitu (seperti main sepak bola, red). Jadi ya bisa cepat rusak, pemakaiannya disesuaikan saja dengan kondisi agar awet. Kedua, soal cara penyimpanannya diusahakan tidak berada di tempat yang lembap,” ucap ayah dari M. Ali Fikri ini.

Untuk tips yang ketiga, dia menjelaskan, alangkah baiknya sepatu dicuci minimal 1 bulan sekali. Kalau tidak ingin repot, sekarang banyak tempat pencucian laundry sepatu yang biayanya juga tidak terlalu mahal.

Sedangkan untuk membedakan sepatu orisinal itu cukup mudah. Customer cukup melihat teks di lidah dan di kardus ada nomor serinya yang harus sama. Selain itu, bisa cara lain dengan melihat teks di lidah dan kardus dicek di Google.

Utapes Store. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)
Utapes Store kini tak pernah sepi pembeli usai diterpa pandemi. (Foto: Dwi Lindawati/Tugu Jatim)

“Meski model sama dan warna berbeda, biasanya nomor serinya berbeda-beda. Jadi, biar nggak dikelabui penjual saat membeli sepatu orisinal,” katanya.

Untuk saat ini, pengiriman Utapes Store telah menjangkau seluruh Indonesia dan dikirim ke luar negeri seperti Turki dan Hongkong. Ary berharap dengan adanya brand lokal ini agar masyarakat Indonesia bisa mencintai produk dalam negeri dan bisa membuka lapangan pekerjaan baru.

“Kualitas produk dalam negeri ini kan juga nggak kalah dengan produk luar negeri. Selain itu, kalau ada usaha seperti ini bisa menjadi lapangan pekerjaan baru bagi orang yang belum mendapatkan pekerjaan. Ya, semoga pemerintah juga terus men-support produk-produk lokal, seperti di Kota Malang ini karena sekarang produk UMKM juga tidak kalah dengan produk lainnya,” tutupnya.


Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim

 

 

Popular Post

Keunggulan iPhone 17.

8 Keunggulan iPhone 17 Siap Jadi Primadona Dibanding Seri iPhone 16: Lebih Canggih, Lebih Kuat, dan Lebih Tipis!

Dwi Linda

Tugujatim.id – Apple kembali menghadirkan inovasi terbaru melalui iPhone 17 yang diklaim memiliki banyak peningkatan dibandingkan seri sebelumnya. Dengan berbagai ...

Gus Fawait.

Gus Fawait Resmi Teken SK Honorer PPPK Tahap 1 dan Libur Guru, Utamakan Kesejahteraan Tenaga Kerja

Dwi Linda

JEMBER, Tugujatim.id – Bupati Jember Muhammad Fawait (Gus Fawait) menandatangani dua kebijakan vital, yaitu terkait SK honorer PPPK yang lolos ...

Pembuangan limbah tambak.

DPRD Jember dan OPD Sidak Gabungan, Serius Tangani Keluhan Warga soal Pembuangan Limbah Tambak

Dwi Linda

JEMBER, Tugujatim.id – Menanggapi aksi unjuk rasa warga beberapa waktu lalu, DPRD Jember menggelar sidak bersama beberapa organisasi perangkat daerah ...

barito renewables energy dok bni sekuritas 169 ezgif.com png to webp converter

Saham BREN, Kinerja, Prospek, dan Analisis Mendalam

ilmi habibi

Tugujatim.id – Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi salah satu emiten yang menarik perhatian investor di Bursa Efek ...

Banjir luapan.

16 Pintu Klep Tak Berfungsi Biang Banjir Luapan di Tempuran Mojokerto, Petugas Siaga Pantau lewat Drone

Dwi Linda

MOJOKERTO, Tugujatim.id – Wilayah Tempuran, Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, kembali terkena bencana banjir luapan pada Jumat (28/02/2025). Hasil asesmen ...

Puting beliung di Jember.

Angin Puting Beliung di Jember Rusak Rumah Warga Desa Jambearum, Dua Dusun Terdampak!

Dwi Linda

JEMBER, Tugujatim.id – Angin puting beliung di Jember, Jawa Timur, terjadi pada Jumat (28/02/2025). Akibatnya, sejumlah rumah warga di Desa ...