Oleh: Chintya Maulini, Siswi SMAN Sumatera Selatan.
Kasihan atmaku yang terlihat gelebah berpura-pura
Ia diterpa badai setiap harinya, bahkan hujan turun di setiap jamnya
“Baik-baik saja,” ucapnya berpura-pura
Entah sampai kapan akhirnya
Jikalau yang lain dalam masalah sinyal, tidak begitu dengan naluriku yang berkhayal
Ia ingin keluar, jauh dari amarah dan bentakan sekitar
Padahal usianya masih sangat kecil, untuk menerima itu semua
Ia … atma luar biasa yang jauh dari kata “baik-baik saja”
Hatinya terluka, dalam dan tersiksa
Namun, ia sadar dan tahu betul, Tuhan menyayanginya
Ia yakin bahwa Tuhan tahu bahwa semua itu bisa dihadapinya
Tak jarang atsaku bengkak, airnya tumpah
Ia juga lelah menatap layar yang memerah karena baterai lemah
Namun ia tutupi semua
Dengan kesibukan dan amanah
Dengan beberapa layer yang dibagikannya
Ia masih terlihat baik-baik saja
Itulah mengapa ia terasa begitu diam, hanya untuk menutupi banyak cerita kelam yang menyiksa batinnya
Ia kecil, tapi dipenuhi banyak beban di bahunya
Ia sendiri, itulah mengapa ia berkarya agar karyanya bangkit saat ia mati
Ada cerita panjang di balik karyanya
Tetapi ia tak bisa menyuratkan ceritanya
Palembang, 01 Juli 2021
*Chintya Maulini adalah seorang pelajar asal Palembang. Dia mengikuti sekolah berbasis internasional dengan sistem asrama. Salah satu anggota aktif komunitas Inovasia-ID Pondok Inspirasi ini terseleksi menjadi duta U-Report UNICEF Indonesia 2021 dan progresif dalam berkarya. Melalui “MY CLOUD”—novel pertama best seller-nya, dia mengangkat kehidupan remaja dan self improvement. Chintya beberapa kali menjadi kontributor majalah sekolah dan komunitas, hingga berpartisipasi di lebih dari 10 buku antologi nasional.
“Terus semangat berkarya, raihlah mimpi dengan rida Ilahi,” motto hidup jurnalis muda tersebut.
Jumpai penulis di:
IG: @chintyamaulni5