Tugujatim.id – Migrasi dari TV analog ke digital tidak bisa ditawar lagi. Paling akhir pada 2 November 2022 mendatang semua TV analog akan dimatikan. Artinya, TV yang masih analog tidak bisa nonton televisi lagi. Untuk itu harus segera beralih ke TV digital.
Hal ini dikemukakan oleh Dr Abdul Kharis Almasyari, Wakil Ketua Komisi I DPR RI, dalam acara sosialisasi ASO (Analog Switch Off) dan penyerahan bantuan Set Top Box (STB) yang digelar secara virtual pada Minggu (5/6/2022).
Dalam kesempatan tersebut, pria yang akrab disapa Kharis tersebut mengimbau pada semua warga terutama yang memiliki simpanan uang cukup untuk menyisihkan uangnya membeli STB. Pasalnya, hari ini STB harganya masih antara Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu.
Also Read
“Saya sudah lama menggunakan siaran digital, dengan menggunakan STB. Harganya masih Rp 200an. Masyarakat yang punya cukup uang sebaiknya mulai sekarang segera membeli,” kata dia.
Ajakan untuk segera membeli STB ini, menurut Kharis, karena bila nanti TV Analog telah dimatikan semua pada 2 November 2022 dan belum mengubah TV analognya ke digital dimungkinkan terjadi rebutan pembelian STB.
Nah, saat terjadi rebutan ini bukan tidak mungkin harganya menjadi mahal. Karena biasanya pada saat barang terbatas dan peminat banyak, pedagang menaikkan harganya.
“Biasanya kalau rebutan harganya jadi mahal. Namanya pedagang kalau sudah rebutan biasanya akan ambil untung banyak. Kalau sudah STB kosong, berapapun akan dibayar. Akhinya bisa dijual hingga Rp 500 ribu,” imbau Kharis.
Dalam kesempatan tersebut dewan dari dapil Jawa Tengah tersebut juga mengatakan bahwa migrasi ke digital ini merupakan adalah amanat dari UU Cipta Kerja yang harus dikerjakan oleh pemerintah.
“Bahwa setelah 2 tahun pasca disahkannya UU Cipta Kerja, maka ASO harus dilakukan di Indonesia. Waktu 2 tahunnya jatuh pada tanggal 2 November 2022. Jadi nanti akan mati semua analog pada tanggal itu,” kata dia.
Adapun perbedaan antara analog dan digital, menurut Kharis, sangat jauh bahkan tidak bisa dibandingkan. Gambar TV digital sangat jernih, suaranya bersih dan teknologinya canggih.
“Bahkan dibandingkan dengan TV berlangganan sekalipun, kualitas gambar TV digital masih bagusan TV Digital,” tuturnya.
“Meski gambarnya bagus bukan berarti itu bayar. Nggak sama sekali, nggak ada iuran bulanan sama sekali. Jadi kita hanya menyiapkan TV kita untuk menerima siaran itu,” lanjutnya.
Sementara, bagi yang belum digital maka perlu menyiapkan STB yang langsung disambungkan ke antena. Antena juga tidak perlu tinggi-tinggi, cukup ditempelkan ke tembok.
Lalu apa manfaatnya? Menurut Kharis saat nonton TV digital mata tidak harus melihat semut di layar TV. Juga tidak akan melihat gambar yang meliuk-liuk pada saat sedang membaca berita di televisi.
“Kecuali nonton dangdut gambarnya meliuk-liuk itu wajar, tapi kalau nonton berita gambarnya meliuk-liuk itu kurang enak,” kata dia.
Terlepas dari itu semua, kata Kharis, digitalisasi ini adalah perintah internasional. Negara-negara dunia sudah menggunakan digital.
“Kalau tidak salah tinggal 4 negara yang masih analog di dunia, termasuk termasuk salah satunya Indonesia. Jadi Indonesia termasuk yang belakang sendiri,” pungkasnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim