SURABAYA, Tugujatim.id – Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur mengungkapkan penyebab beras langka di sejumlah daerah belakangan ini. Stok beras yang menipis belakangan mengakibatkan harga melambung tinggi hingga Rp85 ribu per lima kg untuk premium sampai mendapat banyak sorotan warga.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Dydik Rudy Prasetya menjelaskan kekosongan stok beras yang sempat terjadi di beberapa daerah pasar tradisional dan retail modern di Jawa Timur karena produksi padi yang menurun.
“Itu ada penurunan luas panen dan tanah, tapi secara keseluruhan kami panen Januari, produksinya hanya sekitar 289.791 ton GKG (Gabah Kering Giling),” katanya pada Senin (26/02/2024).
Jawa Timur yang menjadi lumbung padi juga sempat surplus pada Februari 2023. Yakni mencapai 600 ribu ton produksi. Lalu, jika dikonversi dengan stok tahun lalu totalnya menjadi 3,2 juta ton.
“Kami masih surplus 2.890.844 ton. Kalau kami hanya memperhatikan Januari, kurang memang tapi kami masih stok tahun lalu,” tuturnya.
Namun, dia menjelaskan, beras langka kemungkinan karena memasuki musik hujan dengan produksi menurun. Faktor lainnya, dia mengatakan, biaya produksi yang juga ikut naik.
“Kesulitan kemarin itu untuk (pupuk) bersubsidi alokasinya berkurang. Tahun lalu saja urea 92 persen, kemudian NPK sekitar 84 persen. Tahun ini malah lebih berkurang dari tahun lalu. Ureanya sekitar 500 ribu sekian, NPK sekitar 300 ribu sekian,” terangnya.
Kondisi tersebut mengharuskan para petani untuk membeli pupuk non-subsidi dengan harga yang relatif mahal.
“Katakanlah urea, HIP (harga indeks pasar) sekitar Rp2.300 pupuk subsidi. Kalau non subsidi bisa lebih dari Rp6.000. Itu dari satu pupuk, belum NPK, pestisida, mengalami kenaikan,” paparnya.
Dydik menuturkan, pasokan pupuk subsidi menjadi wewenang pemerintah pusat. Sedangkan tingkat kabupaten/kota bertanggung jawab atas usulan dan alokasi.
Baca Juga: Mobil Listrik Maut Seruduk Petugas Kebersihan Kota Mojokerto, Satu Korban Tewas
“Subsidi pada 2024 itu berkurang dari 2023 mungkin karena kemarin pemerintah memandang anggarannya nggak cukup. Tapi, presiden dan menteri sudah menyampaikan ini nanti subsidinya ditambah Rp14 triliun. Sehingga kekurangan awal 2024 ini nanti akan ditambahi setelah terbit keputusan menteri yang baru surplus dan kalau terjadi kenaikan harga. Kami juga bingung karena pemerintah pusat juga impor,” jelasnya.
Untuk ongkos tenaga kerja yang naik di wilayah tertentu, dia mengatakan, juga turut menyumbang faktor kenaikan harga beras. Sebab, hal itu juga berpengaruh dari biaya transportasi.
“Kalau diakumulasi biaya produksi mulai dari dari on farm, benih naik juga, pupuk, pestisida, tenaga kerja, transportasi sehingga itu yang mendorong kenaikan harga beras. Ini analisis kami,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Izzatun Najibah
Editor: Dwi Lindawati