MALANG, Tugujatim.id – Menjadikan Fakultas Psikologi UM sebagai tuan rumah, Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia (APPI) menggelar seminar nasional bertajuk Strategi Pencegahan dan Penanganan Bullying dengan Pendekatan Psikologi Pendidikan, Kamis (11/01/2024).
Dalam acara yang bertempat di Aula Lantai 2 Gedung B7 Psikologi UM tersebut menghadirkan beberapa pembicara. Di antaranya Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang Suwarjana SE MM dan Psikolog Ketua APPI Indonesia Dr Weny Safitry MSi. Selain itu, akademisi psikologi UM Dr Hetti Rahmawati SPsi MSi dan psikolog dari Universitas Sumatera Utara Tarmidi PHd juga didapuk sebagai pembicara.
Dalam sambutan pembuka acara, Ketua APPI Jatim Dr Nur Eva SPsi MSi menyebut jika tema kali ini sengaja dipilih karena merupakan salah satu isu penting dalam dunia pendidikan yang perlu mendapat perhatian.

“Tema ini dipilih karena menjadi topik serius yang mengancam dunia pendidikan,” jelas perempuan yang juga menjabat wakil dekan I Fakultas Psikologi UM ini.
Sementara itu, Disdikbud Kota Malang Suwarjana SE MM dalam materinya mengungkapkan bahwa walaupun kasus bullying di Kota Malang tidak banyak, tapi masih terjadi. Oleh karena itu, pemerintah Kota Malang melalui disdikbud telah memberi arahan pada para guru agar membangun suasana sekolah yang nyaman sehingga anak-anak bersemangat untuk pergi ke sekolah.

Untuk mengantisipasi agar kasus bullying tidak kembali terjadi, disdikbud juga telah membentuk satgas anti bullying di sekolah-sekolah.
“Kami membuat di SD SMP ada satgas anti bullying. Di setiap sekolah yang tentunya dikawal oleh guru BK karena bullying bisa terjadi kapan pun dan di mana pun,” tegasnya di hadapan para akademisi, praktisi psikologi, serta perwakilan guru-guru yang hadir.
Tak Hanya Fisik, Bullying di Ruang Siber Perlu Diwaspadai
Dalam sesi berikutnya, Ketua APPI Indonesia Dr Weny Savitry mengungkapkan, saat ini fenomena bullying tidak hanya terjadi secara fisik, namun juga ada di ruang-ruang dunia digital atau siber.
“Yang sekarang marak yakni cyber bullying. Tidak kalah dengan kasus kekerasan yang ketemu langsung atau fisik,” papar Windy.
Menurutnya, kesulitan dari orang tua siswa untuk melacak kasus siber bullying karena akun-akun tersebut bisa di-private atau terjadi dalam grup-grup tersendiri. Bahkan tidak jarang yang dulunya jadi korban di kemudian hari menjadi pelaku bullying.
“Yang sangat berpengaruh pada anak adalah guru, teman sebaya, dan orang tua,” imbuhnya.
Windy berharap para praktisi psikologi pendidikan bisa mengajak orang tua dan guru untuk penguatan karakter positif anak dan mendorong peran orang tua. Peran kepala sekolah dan guru pun ditekankan oleh Windy memiliki peran yang amat penting dalam pencegahan bullying ini.
Akademisi Psikologi UM Hetty Rahmawati juga menjelaskan siber bullying kerap terjadi dengan pelaku teman sebaya.
“Perundungan siber juga bisa terjadi yang awalnya mereka adalah teman. Berdasarkan riset, 6 dari 10 remaja pernah mengalami cyber bullying dan sebagian besar pelakunya adalah teman mereka sendiri,” akademisi lulusan UGM ini.
Hetti juga menyebut adanya pola hit and run, di mana bullying atau perundungan di dunia maya bisa berlanjut di dunia nyata secara fisik maupun sebaliknya. Apalagi kini juga muncul fenomena siber stalking di mana seseorang biasa menelusuri akun orang lain untuk maksud tertentu.
“Jadi online ini juga bisa episode kelanjutan dari kasus offlinenya,” sebutnya.
Bullying Psikogis Punya Dampak Berkepanjangan daripada Fisik
Sesi seminar yang juga diikuti oleh peserta dari seluruh Indonesia melalui ruang virtual zoom.
Terhubung dari Sumatera Utara, dosen Psikologi USU Tarmidi menjelaskan, bullying psikologis memiliki dampak yang berkepanjangan daripada kasus bullying fisik.
“Dari sisi jenisnya juga ada bullying fisik dan psikologis. Berbeda dengan fisik, bullying psikogis ini efeknya bisa panjang,” jelasnya.
Tarmidi pun memaparkan data Programme for International Student Assessment (PISA) terbaru tahun 2022, yang mengungkapkan ada 5% anak mengalami bullying seminggu sekali dan 10% di antaranya mengalami setahun sekali.
“Walau terlihat kecil persentasenya, tapi jika populasinya berapa ribu siswa maka akan sangat banyak,” ungkapnya.

Tarmidi pun menekankan jika salah satu penyebab bullying yang sering terjadi adalah karena adanya perbedaan.
“Misal suku yang berbeda, agama, atau secara fisik sehingga kita perlu memahamkan ada yang namanya perbedaan,” imbuhnya.
Menanggapi beberapa pertanyaan yang muncul dari perwakilan guru sekolah, Nur Eva selaku ketua APPI Jatim menjelaskan, kasus perundungan dan bullying di lingkungan pendidikan memang memiliki level tertentu.
“Kalau ternyata sampai batas pelanggaran hukum ya pasti laporan ke pihak berwajib. Perundungan itu kan sebenarnya selama ini hanya dianggap perilaku tidak sopan. Nah, ini dalam penjelasan di berbagai level yang bel komprehensif. Kalau tindakan kriminal ya memang perilaku yang tidak boleh dilakukan,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia juga menjelaskan, saat ini memang definisi kalau perundungan kan belum ada batasan yang jelas.
“Kita mengolok-olok dengan mengejek dan memang pemahaman masyarakat belum sampai ke sana.
Nah, inilah APPI Jatim diharapkan bisa berkontribusi secara nyata,” ujarnya.

Sebelum ditutup dengan sesi foto, dilaksanakan peluncuran buku saku pencegahan bullying untuk siswa dan orang tua oleh APPI Jawa Timur.
“Kami mendedikasikan ini untuk Indonesia untuk siswa untuk orang tuanya. Dan kami akan follow up dengan seminar yang lain, dengan konseling,” jelas Eva selaku Ketua APPI Jatim sekaligus wakil dekan I Fakultas Psikologi UM.
Acara juga diikuti dengan prosesi MoA antara APPI Jawa Timur dengan beberapa kampus di Jawa Timur.
Beberapa universitas yang hadir dan turut menandatangani MoA di antaranya Universitas Airlangga, Ubaya, UIN Malang, UMM, Universitas Wisnuwardhana, Universitas 17 Agustus Surabaya, Universitas 45 Surabaya, Unmer Malang, Universitas Widyamandala, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Universitas Yudarta Pasuruan, IAI Tribakti, UIN Sunan Ampel Surabaya, serta salah satu universitas dari Gresik.
Writer: Imam A. Hanifah
Editor: Dwi Lindawati