Oleh: Isnanik Juni Fitriyah (Mahasiswa S-3 Pendidikan IPA Universitas Sebelas Maret)
Tugujatim.id – Pemanasan global menjadi isu yang semakin mendesak di tengah meningkatnya konsumsi energi di berbagai sektor. Salah satu kontributor utama dari permasalahan ini adalah gas metana yang memiliki efek rumah kaca 21 kali lebih besar dibandingkan karbon dioksida (CO2). Namun, solusi dari permasalahan ini dapat ditemukan dalam pemanfaatan biogas sebagai sumber energi terbarukan.
Untuk diketahui, biogas merupakan produk dari fermentasi anaerobik bahan organik seperti limbah pertanian, kotoran hewan, limbah makanan, sampah organik perkotaan, serta limbah industri. Proses fermentasi ini melibatkan mikroorganisme yang mengurai bahan organik menjadi metana (CH4) dan CO2. Dengan komposisi metana mencapai 54% dan CO2 sebesar 27%, biogas dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang efisien.
“Pemanfaatan biogas menjadi sangat penting saat ini. Selain mengurangi emisi metana ke atmosfer, biogas juga dapat digunakan sebagai sumber energi ramah lingkungan pengganti bahan bakar fosil,” ungkap pengamat energi dari Universitas Indonesia (UI) Prof Sentot Budi Rahardjo.
Proses produksi biogas relatif sederhana dan dapat dilakukan secara mandiri. Bahan baku berupa kotoran ternak dicampur dengan air dengan perbandingan 1:1 hingga membentuk lumpur. Campuran ini kemudian dialirkan ke dalam digester anaerob yang kedap udara.
Penambahan starter diperlukan untuk memulai proses fermentasi. Setelah 10-14 hari, biogas sudah dapat dimanfaatkan untuk keperluan memasak atau kebutuhan energi lainnya. Fermentasi biogas berlangsung dalam tiga tahap utama: hidrolisis, pengasaman, dan metanogenesis.
Pada tahap hidrolisis, bahan organik kompleks seperti selulosa, polisakarida, dan lemak dipecah menjadi senyawa yang larut dalam air. Selanjutnya, bakteri penghasil asam mengubah senyawa tersebut menjadi asam asetat, hidrogen, dan CO2 pada tahap pengasaman.
Tahap terakhir melibatkan bakteri metanogenik yang mengubah senyawa sederhana menjadi metana dan CO2. Keberhasilan produksi biogas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dalam digester.
Kondisi anaerob mutlak diperlukan karena keberadaan oksigen dapat menghambat pertumbuhan bakteri metanogenik. Rasio karbon dan nitrogen (C/N) pada bahan baku juga harus diperhatikan dengan nilai optimal sekitar 30:1. Suhu digester sebaiknya dijaga pada rentang mesofilik (25-37°C) untuk mendukung aktivitas bakteri.
Derajat keasaman (pH) yang optimal untuk produksi biogas berada pada kisaran 6,5-7,5. Penggunaan starter yang efektif dapat mempercepat proses fermentasi dan menjaga stabilitas populasi mikroorganisme dalam digester. Pengadukan secara berkala juga diperlukan untuk menjaga homogenitas lingkungan dan mencegah akumulasi produk metabolisme yang dapat menghambat kinerja bakteri.
Selain kondisi lingkungan, ketersediaan nutrisi juga memainkan peran penting dalam produksi biogas. Bakteri anaerob membutuhkan nutrisi seperti sulfur, kalsium, magnesium, serta sejumlah logam seperti tembaga, seng, dan nikel. Namun, konsentrasi nutrisi yang terlalu tinggi justru dapat menghambat proses fermentasi. Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi terbarukan memberikan banyak manfaat, baik secara ekonomi maupun lingkungan.
Biogas dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, menekan emisi gas rumah kaca, serta mengatasi permasalahan limbah organik. Sisa hasil pengolahan biogas berupa lumpur atau sludge juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang kaya nutrisi.
“Yang menarik, lumpur sisa produksi biogas juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik berkualitas. Jadi selain menghasilkan energi, proses ini turut mengatasi masalah limbah,” imbuh Prof Sentot.
Meski demikian, pengembangan biogas masih menghadapi beberapa tantangan. Diperlukan teknologi yang tepat dan terjangkau untuk memfasilitasi produksi biogas secara efisien. Pembiayaan yang memadai juga diperlukan untuk mendukung investasi dalam infrastruktur biogas. Manajemen limbah yang efektif dan sistem distribusi yang baik juga menjadi faktor penting dalam memperluas pemanfaatan biogas.
Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat perlu bersinergi untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Kebijakan yang mendukung pengembangan biogas, insentif finansial, serta program edukasi dan sosialisasi dapat mempercepat adopsi biogas sebagai sumber energi alternatif. Kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan juga diperlukan untuk membangun rantai nilai biogas yang kuat dan berkelanjutan.
Potensi biogas sebagai solusi energi terbarukan dalam mengatasi efek rumah kaca sangatlah besar. Dengan memanfaatkan limbah organik yang melimpah, kita dapat menghasilkan energi bersih sekaligus mengurangi emisi gas metana yang berbahaya bagi lingkungan. Biogas juga memberikan peluang untuk meningkatkan kemandirian energi di tingkat lokal dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, kita perlu mengubah cara pandang kita terhadap sumber energi. Biogas menawarkan solusi yang ramah lingkungan, efisien, dan dapat diimplementasikan secara luas. Dengan dukungan dari berbagai pihak dan komitmen yang kuat, kita dapat mewujudkan masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan melalui pemanfaatan biogas.
Sudah saatnya kita beralih dari ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang semakin menipis dan beralih ke sumber energi terbarukan seperti biogas. Dengan memanfaatkan potensi biogas secara optimal, kita dapat berkontribusi dalam memerangi perubahan iklim, menjaga kelestarian lingkungan, dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Biogas bukan hanya sekedar alternatif energi, tetapi juga solusi yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan limbah, polusi, dan ketahanan energi. Mari kita bersama-sama mendukung pengembangan biogas dan menjadikannya sebagai bagian integral dari sistem energi kita.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat, cita-cita Indonesia mandiri energi bersih kian terbuka lebar. Biogas, si energi hijau masa depan, siap mengambil peran penting dalam mewujudkan mimpi itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Editor: Dwi Lindawati