Tugujatim.id – Minat bersastra, adakah? Memang ada, tetapi benarkah? Pada praktiknya, keberadaan dan kebenaran minat bersastra seseorang memang dapat dipertanyakan. Alasannya, sebagai bukti kreativitas inteligensi verbal personal, eksistensi minat bersastra sulit diketahui, bahkan tidak mudah dilihat orang lain, kecuali ada aksi nyata bersastra. Secara empirik, minat bersastra terlihat saat ada puisi yang ditulis atau dideklamasikan; ada cerpen atau novel yang dihasilkan; bahkan ada naskah drama yang ditampilkan.
Pendek kata, tanpa keterlibatan dalam dunia kesastraan, minat bersastra seseorang sulit dipahami hingga perlu dibangkitkan atau diperlombakan. Dari kondisi itu, untuk menyongsong perlombaan tangkai sastra, minat bersastra mahasiswa perlu ditumbuhkembangkan sesemarak mungkin agar dapat ditemukan calon delegasi yang benar-benar mencintai dunia sastra. Tanpa minat yang kuat terhadap eksistensi sastra, kesiapan mahasiswa berlomba sastra akan hambar. Padahal, kreativitas bersastra dapat dipelajari dan dilatih dengan tekun. Oleh sebab itu, penting bila minat bersastra mahasiswa dibudayakan agar ada kesiapan berpartisipasi dalam pekan seni mahasiswa.
Setakat ini, hakikat sastra “terasa abstrak”. Akan tetapi, bidang sastra ternyata merupakan salah satu tangkai seni yang diperlombakan dalam Pekan Seni Mahasiswa Indonesia (Peksiminas) 2024. Untuk itu, setiap peserta akan menghadapi tantangan yang relatif berat karena harus mencapai prestasi puncak pada Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) di setiap provinsi. Sebelum itu, mereka harus bersaing dan bertanding dengan teman sejawat dalam kompetisi seni sastra melalui forum Pekan Seni Mahasiswa Universitas (Peksiminus) di perguruan tinggi masing-masing. Pada tahap itu, mahasiswa dari beragam program studi perguruan tinggi memiliki peluang yang sama dalam setiap tahap seleksi.
Begitu demokratisnya, melalui seleksi terbuka, mahasiswa yang berkompetisi tangkai sastra harus berjuang untuk meraih predikat sang juara unggul, lalu menjadi delegasi seni sastra dari kampus. Untuk itu, penggalian minat bersastra mahasiswa dengan strategi khusus dipersiapkan agar mahasiswa tertarik ikut berproses kreatif untuk meraih prestasi dan prestise seni sastra setinggi-tingginya.
Sebagai perguruan tinggi dengan layanan profesional kepada mahasiswa multikultur secara humanis, Biro Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, melibatkan akademisi bidang kesastraan untuk menemukan mahasiswa yang berminat ikut berlomba kesastraan. Untuk itu, koordinasi diawali dengan pembentukan kepanitiaan Peksiminus tingkat universitas. Mereka terdiri atas mahasiswa dari beragam program studi dan dosen pembimbing.
Setelah melalui komunikasi yang dinamis, baik daring maupun luring, disepakati lima bidang sastra dalam Peksiminus UNS, yakni menulis puisi; membaca puisi; menulis cerpen; menulis lakon; dan monolog. Selanjutnya, persiapan intensif dilaksanakan oleh panitia gabungan dari unsur mahasiswa dan dosen, serta pegawai Biro Akademik dan Kemahasiswaan UNS. Dari proses interaksinya, panitia telah bersiap-siap mengundang calon peserta; menata jadwal lomba; bahkan mempertimbangkan dan mengoordinasi calon juri internal dan ekternal UNS. Patut disyukuri bahwa koordinasi setiap tahap itu berlangsung lancar dan sukses. Kelancaran terlihat dari jadwal Peksiminus dan tim juri yang tertata rapi.
Untuk menelusuri minat mahasiswa pada tangkai sastra, panitia tangkai menulis dan membaca puisi menyediakan workshop mencipta dan membaca puisi. Dengan menghadirkan akademisi bidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, workshop dilaksanakan di Student Center UNS, 23 s.d. 25 Februari 2024. Kegiatan itu diikuti oleh 65 mahasiswa dari berbagai program studi di UNS. Dari pelaksanaan workshop diperoleh calon-calon peserta Peksiminus yang meminati kreativitas menulis dan membacakan puisi. Meskipun begitu, penggalian potensi mereka bersastra tetap/terus berlanjut dengan pengelompokan layanan dalam group whatsapp. Kelompok itu dibuat untuk memudahkan layanan/masukan atas problem perpuisian yang mereka alami, sekaligus menjaga minat mahasiswa berpuisi agar terus terkembangkan secara kreatif.
Seperti tersebut di awal bahwa hakikat sastra cenderung abstrak. Akan tetapi, eksistensinya dapat saja tumbuh, bahkan mungkin juga hilang dari jiwa seseorang bila tak diperkembangkan. Sebagai contoh konkret, minat berpuisi dapat berubah secara fluktuatif tanpa dikenali alasan-alasan rasional dan/atau emosionalnya.
Oleh sebab itu, mahasiswa yang berkonsultasi tentang problem perpuisian dilayani secara kasuistis, termasuk pembinaan membaca puisi secara daring. Dengan begitu, pembinaan khusus terhadap peminat puisi pun berlangsung interaktif. Selanjutnya, mereka dimotivasi agar mau mengabarkan keikutsertaannya dalam persiapan menjelang Peksiminus tangkai sastra kepada teman-teman sejawatnya dari berbagai program studi di UNS. Penggunaan strategi interaktif yang sekomunikatif mungkin dimaksudkan agar sesama mahasiswa yang belum mengenali atau kurang meminati puisi dapat tergugah kemauan dan keberaniannya untuk bersemangat, bahkan berpartisipasi aktif berpuisi pada ajang Peksiminus. Selain itu, mahasiswa yang ingin mendapatkan arahan teknis psikologis tetang pembacaan puisi pun dipersilakan berkonsultasi ke dosen pembimbing.
Semasif mungkin informasi tentang Peksiminus dipublikasikan ke mahasiswa UNS, termasuk ketersediaan dewan juri setiap tangkai kesastraan. Sebagai contoh, tangkai menulis dan membaca puisi akan diperlombakan dalam Peksiminus dengan kelaikan juri dari unsur budayawan dan sastrawan yang kreatif/produktif. Dalam hal ini, memang ada akademisi UNS bidang kesastraan yang dipersiapkan sebagai juri, tetapi komunitas profesional bidang menulis dan membacakan puisi, baik dari Jawa maupun luar Jawa pun, dihadirkan ke UNS pada minggu ke-1 Mei 2024.
Searah dengan itu, segenap ikhtiar dilakukan oleh Biro Akademik dan Kemahasiswaan UNS. Itu jelas menjadi bukti nyata bahwa aspek multientitas seni tidak boleh dipisahkan dari praktik profesionalisme akademik perguruan tinggi dalam pembentukan karakter mahasiswa. Pada satu sisi, olah rasio (daya nalar) mahasiswa menjadi perhatian yang penting untuk ditingkatkan. Pada sisi lain, olah rasa (daya peka) mahasiswa juga menjadi pemikiran yang perlu dioptimalkan. Dengan kata lain, keterpaduan daya olah rasio dan olah rasa mahasiswa perlu diberdayakan secara berimbang agar calon regenerasi yang matang dalam berpikir dan bersikap dapat terbentuk demi pemuliaan hidup bangsa multikultur yang berkarakter.
Bila dikaitkan dengan karakter sosial akademik seseorang, setiap mahasiswa memang perlu terus belajar dan berlatih menyampaikan pikiran dan/atau perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Melalui praktik menulis puisi, ide baik yang tersurat dalam pikirannya dapat diungkapkan melalui simbol-simbol kebahasaan yang elok. Melalui praktik membacakan puisi, gagasan yang tersirat dalam perasaan pun dapat disuarakan dengan ekspresi yang tepat. Dengan demikian, ide yang baik tentang realitas kehidupan sosial masyarakat dapat dibentang tanpa keraguan, apalagi ketakutan.
Sungguhpun begitu, ada hal mendasar yang dicapai oleh mahasiswa yang aktif dalam persiapan dan pelaksanaan Peksiminus, khususnya, yakni dapat terlatih dan terdidik menyuarakan gagasan baik, sesuai dengan tematik yang ditentukan oleh panitia. Senada dengan itu, ujaran mereka diharapkan terus terjaga/terhindar dari lisan yang tak bermakna, apalagi pesan/kesan yang terlepas dari konteks sosial budaya bangsanya. Betapa senangnya bila kesempatan belajar dan/atau berlatih mengungkapkan pesan-kesan kebenaran, baik secara tersirat maupun tersurat, dapat dibudayakan di lingkungan kampus. Jika terabaikan, dampak psikologis melemahnya kepatutan, apalagi keberanian berbahasa yang santun tentu akan terasa dan terlihat di masa regenerasi mendatang. Akhirnya, demi menyongsong Peksimida, apalagi Peksiminas, kepada mahasiswa UNS disampaikan selamat ber-Peksiminus bidang kesastraan (puisi).
Demi menjaga semangat mahasiswa ber-Peksiminus bidang kesastraan, tentu tidak cukup dengan bekal dan modal ucapan selamat. Sebaliknya, panitia Peksiminus UNS 2024, terus memantau dinamika prosesnya, termasuk mendampingi narasumber saat workshop berlangsung. Hal itu menandakan bahwa bukan hanya Paulina Dian Kurniawati (dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, UNS), koordinator panitia dari unsur mahasiswa yang memedulikan keterlaksanaan program pelatihan tangkai kesastraan.
Akan tetapi, panitia induk Peksiminus UNS 2024 juga mengawal workshop hingga berakhirnya kegiatan. Kebersamaan itu dimaksudkan untuk membangkitkan minat bersastra peserta. Untuk itu, fasilitas bagi peserta dan narasumber workshop, disediakan, misalnya tempat yang representatif, spanduk yang komunikatif, konsumsi yang variatif, pola layanan konsultatif, serta sertifikat bukti administratif. Bermodal kesiapan itu, pada saat workshop, Dr. Septi Yuliseptiani, M.Pd. menyampaikan strategi praktis-kreatif menulis puisi, bahkan menyediakan layanan interaktif secara luring dan daring.
Sementara itu, Dr. Sugit Zulianto menunjukkan strategi praktis-psikologis tentang pembacaan puisi yang dipraktikkan langsung. Dengan begitu, varian ekspresi membacakan larik demi larik puisi dapat memperkaya pengalaman para deklamator. Akhirnya, optimalisasi layanan panitia dan narasumber workshop diharapkan dapat menumbuhkan semangat mahasiswa berbudaya menulis dan membacakan puisi menjelang Peksiminus UNS 2024.
Begitu pedulinya Biro Akademik dan Kemahasiswaan UNS terhadap pengembangan kompetensi bersastra mahasiswa menjelang Peksiminas, Peksimida, dan Peksiminus 2024, mereka hadir dalam dialog interaktif bersama mahasiswa seiring dengan pembukaan workshop oleh Arif Wibowo, S.Sos dan Yopi Kristiawan, S.Kom. Saat itu terungkap pesan dan harapan yang edukatif kepada mahasiswa (peserta workshop) bahwa bercita-cita sukses dalam perlombaan tangkai sastra memang boleh saja. Namun, munculnya gagasan untuk berproses kreatif, misalnya melalui workshop dalam kesastraan perlu disambut dan dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Dalam segala bidang kebudayaan, dengan kesungguhan berikhtiar, peluang mendapatkan prestasi dan prestise seni yang baik akan makin terbuka. Kini, tentu sudah sewajarnya bila mahasiswa ikut aktif berpartisipasi menumbuhkan budaya minat bersastra dalam menyukseskan Peksiminus UNS 2024, sekaligus mempersiapkan lahirnya kualitas generasi Indonesia yang berkarakter unggul dalam bermultikultur saat berkehidupan humanis di masa-massa kini dan masa-massa akan datang. Salam berbudaya sastra, setulusnya.
Penulis: Dr. Drs. Sugit Zulianto, M.Pd.*
*Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan (FKIP) dan Peer Group, Pusat Unggulan Ipteks (PUI) Javanologi, Universitas Sebelas Maret (UNS).