SURABAYA, Tugujatim.id – Juni dikenal sebagai bulan Bung Karno. Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono ingin agar semangat perjuangan dari Presiden RI pertama di Indonesia tersebut tetap terawat dan terjaga.
Menurut Adi, semangat inilah yang harus digelorakan untuk modal menumbuhkan kesejahteraan bagi masyarakat.
“Seperti pesan Bung Karno, kita warisi apinya! Jangan abunya,” kata Adi Sutarwijono melalui keterangannya.
Sebagai orang yang berada di jajaran Pemerintahan Kota Surabaya, Adi ingin menularkan semangat perjuangan tersebut melalui kebijakan.
“Kebijakan yang memiliki nilai pemikiran Soekarno di antaranya pembebasan biaya pendidikan dan bantuan seragam untuk keluarga siswa miskin, baik di tingkat SD maupun SMP,” ujarnya.
Selain bidang pendidikan, layanan maksimal yang harus diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat adalah soal kesehatan.
“Biaya pengobatan sudah gratis dan kualitas pelayanan kesehatan juga harus ditambah,” ucapnya.
Ketua DPC PDI Perjuangan tersebut juga berharap agar masyarakat iku berjibaku membantu masyarakat dalam mengentaskan masalah kemiskinan.
“Ada pembenahan kampung-kampung, perbaikan rumah layak hunu, dan membuka ruang publik untuk masyarakt,” ucapnya.
Hal ini juga selaras dengan prinsip yang ditekankan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam melakukan pembangunan. Mengedepankan asas toleransi dan gotong rotong.
“Surabaya harus tumbuh dan tetap dijaga sebagai kota yang maju, nyaman, dan layak huni,” ungkapnya
Sebagai daerah yang berjuluk Kota Pahlawan, Surabaya dikenal begitu dekat dengan sosok Ir Soekarno atau Bung Karno. Disebut-sebut, presiden pertama Indonesia ini lahir pada 6 Juni 1901 di Kampung Pandean, Surabaya. Rumah kelahirannya itu kini menjadi wisata sejarah.
Selain itu, Soekarno juga sempat mengenyam pendidikan di Kota Surabaya dan menempati indekos bersama tokoh nasional HOS Tjokroaminoto yang berada di kawasan Peneleh.
Baca Juga: Shin Tae-yong: Tidak Menyerah Bawa Mimpi Indonesia ke Piala Dunia
“Bung Karno Arek Suroboyo. Beliau lahir dan tumbuh dengan kultur masyarakat egaliter, blak-blakan dan penuh persaudaraan. Karakter inilah yang membentuk pemikirannya,” jelasnya.
Adi juga menyebut Bung Karno pernah mengatakan Surabaya adalah dapur nasionalisme Indonesia. Kota ini yang membentuk gagasan Indonesia di era kolonial Belanda.
“Ada banyak peristiwa di Kota Surabaya, salah satunya pertempuran 10 November 1945 yang diperingati setiap tahun sebagai Hari Pahlawan,” ucapnya.
Pertempuran besar itu terjadi di Hotel Yamato, yang sekarang menjadi Hotel Majapahit. Hotel ini masih berdiri kokoh di Jalan Tunjungan, Kota Surabaya.
“Surabaya menyimpan banyak kisah perjuangan, kepahlawanan dan narasi kebangsaan. Inilah yang menjadi modal untuk membangun kesadaran nasionalisme,” ujar pria yang akrab disapa Cak Awi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Izzatun Najibah
Editor: Dwi Lindawati