SURABAYA, Tugujatim.id – Pandemi Covid-19 harus diakui membuat berbagai sektor ekonomi goyah. Tak jarang, beberapa pebisnis bahkan perusahaan kaliber raksasa pun terpaksa gulung tikar. Namun, sepertinya cerita itu tak berlaku bagi sosok Zainal Alim ini. Sebab, pebisnis sapi yang juga pengurus DPC Gerindra Surabaya ini justru bisa meraup untung dari bisnis jual beli sapi madura yang ia tekuni.
Ya, Zainal, mengaku jika penjualan sapi setelah Hari Raya Idul Fitri beberapa waktu lalu justru meningkat. Sedikitnya, dirinya mengaku bahwa pada rentang waktu tersebut dirinya telah sukses menjual sekitar 150 ekor sapi. Bukan tanpa alasan, sebab naiknya angka penjualan tersebut juga mengingat Idul Adha yang akan tiba sebentar lagi.
“Ini tahun lalu sampai terjual 366 ekor sapi,” terang pria yang akrab disapa Cak Zainal ini.
Ketika ditemui Tugu Jatim, pria yang memulai bisnisnya sejak 2010 lalu ini pun membeberkan kisah awal merintis usahanya tersebut. Yakni dengan menyebar brosur, pamflet di sekitar Surabaya hingga Sidoarjo.
“Karena saya jualannya lewat online aja, promosi awalnya dengan sebar brosur dan pamflet itu di sekitar tahun 2013. Aplikasi WhatsApp juga masih sangat jarang digunakan (saat itu, red), jadi memang susah untuk kirim foto. Apalagi video ke calon pembeli,” beber pria asli Madura tersebut.
Namun, kini, dengan adanya WhatsApp, ia merasa lebih mudah berkomunikasi dan mempermudah calon pembeli untuk melihat foto dan video sapi-sapi yang ia jual.

“Emang dulu itu susah. Awal tahun sebenarnya dari tahun 2010 terjual 1 – 2 ekor, 2014 terjual 18 ekor sapi. Nah itu dari tahun ke tahun naik terus, terjual 50 ekor, 96, lalu yang terakhir (tahun 2020) laku 366 ekor,” rincinya.
Ia mengaku bahwa penjualannya berkat ia bisa menjaga kepercayaan dari konsumen. Sehingga promosinya pun tersebar dari mulut ke mulut.
“Jadi pelanggan ini kita jalin terus silaturahminya, dan jadi percaya ke saya. Makanya dari mulut ke mulut saya direkomendasikan, makanya selalu laku dan ada pelanggan,” imbuhnya.
Cak Zainal menyampaikan bahwa sapi-sapi madura ini dibeli dengan sistem DP langsung kepada peternak-peternak sapi yang ada di desa Kokop, Kabupaten Bangkalan, Madura.
“Itu kita deal harga sapi dan pegang blantiknya juga. Contohnya langsung minta harga 16juta, terus di DP berapa juta. Itu sekaligus biaya rawatnya ke mereka (peternak sapi) sampai hari H pengiriman,” tuturnya.
Sapi madura ini, menurut penuturan Cak Zainal, mempunyai perbedaan dengan sapi jwa. Di mana sapi jawa memiliki serat yang besar, sedangkan sapi madura seratnya tipis dan perawakannya tidak begitu tinggi, tapi gemuk. Sedang sapi jawa, perawakannya tinggi namun lebih banyak lemaknya. Secara kasat mata, dapat dilihat kulit sapi madura cenderung berwarna merah atau coklat, untuk sapi jawa kulitnya berwarna putih.
“Ini kan juga tergantung pakan, kalau sapi madura makannya rumput. Sapi jawa makannya dicampur dedhek, sehingga dagingnya jadi lebih berair, bahkan mudah berpenyakit. Kalau kelebihannya ya ini, sapi madura makanannya alami, rumput sama dedaunan,” ia menjelaskan.
Saat pandemi Covid-19, Cak Zainal mengaku malah mendapatkan keuntungan dan kenaikan penjualan.
“Menangnya kita ya ini, lewat Whatsapp saja. Apalagi ada langganan dari tahun ke tahun. Karena penjual stand pinggir jalan itu yang mati saat pandemi gini, kalau dari harga sapi, saya yakin harga sapi di stand-stand jauh lebih mahal dari harga sapi yang saya jual. Itu wajar karena mereka perlu sewa tempat kan mahal, biaya operasional tinggi, risikonya juga besar. Belum lagi masih bawa sapi dari desa ke kota, masih dirawat di stand, bayar biaya karyawan, biaya pakan, sewa terop, sehingga ini yang membuat harga sapi jadi mahal. belum lagi masalah sapi yang stres jadi nggak mau makan dan membuat sapi mudah kurus dan susut,” kelakarnya.
Terlebih, meski sepenuhnya berjualan via online, pelanggan Cak Zainal ini selain masjid-masjid, sapi kurban juga dijual ke sekolah-sekolah dari tingkat SD sampai SMA di Surabaya dan Sidoarjo. Sedangkan untuk luar daerah pelanggannya juga ada dari Malang, Jombang, Pasuruan bahkan pernah ke Bojonegoro.

Untuk servis ke calon pelanggan, Cak Zainal juga kadang memenuhi permintaan survei langsung untuk melihat sapi-sapi tersebut, dan juga membebaskan biaya ongkir saat pengiriman sapi.
“Makanya kan saya jual ke pembeli itu langsung kena harga totalnya aja, contohnya Rp 17 juta. Itu juga sama biaya ongkirnya. Biar gak ribet. Karena biaya sapi untuk keluar dari Madura itu per ekor kena Rp 25 ribu, belum biaya truknya, bensin, biaya tol, dan sopir. Jadi biar pembeli tahunya biaya lengkap ya Rp 17 juta aja, nggak ribet,” jelasnya.
Untuk diketahui, sapi madura yang akan keluar dari Madura baik melalui jalur darat dan laut juga dikarantina karena perlu pengecekan untuk mencegah perdagangan sapi betina.
Cak Zainal menyebutkan terdapat hukum larangan pemotongan sapi betina produktif yang didasari UU No 18 Tahum 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 18 ayat (2). Bahwa ternak ruminansia betina produktif dilarang disembelih karena merupakan penghasil ternak yang baik, kecuali untuk keperluan penelitian, pemuliaan atau untuk keperluan pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan.
Dengan pengalaman bertahun-tahun ini pula, Cak Zainal yang pernah menjadi mahasiswa angkatan 2004 dari Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Surabaya ini juga memiliki tim untuk memasarkan bisnis sapi Madura ini.
“Ada 20 orang tim yang membantu saya menjual sapi, iya semacam makelar lah, mereka macem-macem, yang paling produktif bisa menjual 10-20 ekor, yang biasa aja bisa menjual sekitar 5 ekor lah, mereka bisa dapat 250-500 ribu dari tiap sapi yang terjual,” terangnya.
Disinggung soal keuntungan dari bisnis jual sapi madura untuk hari raya Idul Qurban, Cak Zainal menyampaikan karena dia berani mematok harga sedikit di bawah pasaran dengan dasar memiliki keunggulan tidak adanya biaya operasional untuk membuka stand bisa meraup sekitar Rp 1 – 2 juta kotor per ekor.
“Kita sengaja ambil untung tidak banyak per ekornya Cuma kalau lakunya banyak, untungnyakan juga pasti akan banyak”.
“Karena sapi yang saya jual saya lihat harganya bisa ada selisih Rp 2-5 juta dari sapi yang ada di stand pinggir jalan, jadi jelas lebih murah kita. Kalau di stand Rp 25 juta, kita bisa jual dengan harga Rp 20 juta. Dan alhamdulillah itu sudah dapat untung,” pungkasnya.