TUBAN, Tugujatim.id – Suasana Pemkab Tuban tampak berbeda dari biasanya pada Kamis (19/08/2021). Sebab, ada deretan mobil dengan sound system, rombongan Waronggono berkumpul, dan seniman lainnya membawa spanduk berhenti di depan gerbang kantor Pemkab Tuban. Mereka datang ke sana untuk curhat terkait keluh kesahnya selama pandemi Covid-19.
Hal yang menarik saat itu pada salah satu sudut, meski suhu hari itu terasa cukup panas, seniman Waranggono (sinden nyadran atau tayub) berdandan layaknya melakukan pementasan.
Para Waranggono membentangkan kain putih sepanjang dua meter bertuliskan” Bapak, kata-kata ramasalah, PPKM sampai 2024, gak masalah, tapi izinkan kami para pekerja seni untuk beraktivitas, ojo nganti ambyar anak bojoku”. Nampak sekali dari guratan wajah mereka yang ber-makeup itu lelah dengan kondisi yang mereka hadapi saat ini.

Bagaimana tidak, hampir dua tahun sudah para seniman di Bumi Wali ini terpaksa berhenti nyeni akibat pandemi Covid-19. Mereka pun terpaksa hanya meratapi nasib karena tidak bisa bekerja.
Salah satunya seniman Waronggo bernama Sriyatmi, 40, warga asal Desa Ngampelrejo, Kecamatan Bancar, yang menceritakan kisahnya selama pandemi hingga adanya pembatasan pementasan, dia praktis hanya bisa berdiam di rumah. Dia beraktivitas sehari-hari dengan menjadi ibu rumah tangga.
“Kalau dulu saya sekali pentas, rata-rata mendapatkan Rp 2,5 juta,” kata Sriyatmi dengan nada pasrah.
Karena tidak ada pemasukan atau pendapatan selama masa pandemi, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya selama ini, hanya mengandalkan dari penjualan perhiasan yang dia miliki. Bahkan, dia harus meminjam uang kesana kemari.

Tak hanya Sriyatmi, teman satu profesi dengannya, Mursiati, 35, warga asal Desa Trantang, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, juga mengungkapkan hal yang sama. Dia tak bisa berbuat apa-apa. Sebab, selama ini untuk memenuhi kebutuhan kelima anggota keluarganya yang serumah dengannya, hanya mengandalkan penghasilan dari bekerja menjadi seniman.
“Gelang, kalung, dan BPKB digadaikan, juga sertifikat. Karena memang tidak ada pemasukan selama dua tahun,” ujarnya.
Aksi yang mereka lakukan itu adalah bentuk kesabaran yang telah mencapai batas dan penantian akan turun tangannya pemerintah kepada nasib para seniman di Tuban tak kunjung datang.