SURABAYA, Tugujatim.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya mengungkapkan bahwa penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Surabaya terbukti bisa menurunkan penyebaran wabah COVID-19. Meski tak signifikan, jumlah tersebut ditaksir menurun 9,5 persen dari sebelum diterapkannya PPKM.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinkes Surabaya, Febria Rachmanita dalam sesi Dialog Penanganan COVID-19 yang dihadiri oleh jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Surabaya yang digelar di Balai Kota Surabaya, Senin (8/2/2021) pagi.
“Mulai ada penurunan kasus walaupun belum stabil. Bila dibandingkan 3 minggu yang lalu (sebelum PPKM di Surabaya, red). Kasus sebelum PPKM terdapat 264 kasus. Sebelumnya, bisa sampai 63 kasus per hari, sekarang turun menjadi 57 kasus per hari,” terang Febria Rachmanita, Senin (08/02/2021). Artinya, di sana terjadi penurunan antara 9-10 persen.
Also Read

Febria juga menjelaskan catatan data mengenai pasien terkonfirmasi COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit (RS) Asrama Haji yang sebelumnya 245 pasien positif, sekarang berkurang di bawah angka tersebut. Mengingat, jumlah bed yang disediakan untuk uang isolasi di RS Asrama Haji sebanyak 1.000 bed.
“Seperti kita ketahui, RS Asrama Haji Surabaya disediakan ruang isolasi pasien yang terkonfirmasi COVID-19 sebanyak 1000 bed. Pada bulan lalu, terdapat 245 pasien yang dirawat di asrama haji, untuk angka saat ini sudah berkurang (di bawah 245 pasien terkonfirmasi COVID-19, red),” lanjutnya.
Selain itu, Febria juga menerangkan soal tracing lapangan yang perlu ditingkatkan lagi untuk menekan penyebaran dari satu orang ke orang lainnya. Febria juga menyebut ada 8 kluster penyebaran yang berkembang di Kota Surabaya.
“Semakin banyak kontak erat yang kita ‘tracing’ (melakukan Swab Test pada masyarakat, red) kasus di lapangan semakin baik, dari hasil ‘tracing’ yang ditemukan ada 8 kluster di Kota Surabaya. Ini hasil tracing dari tempat kerja, keluarga, tempat ibadah, luar kota, tempat umum, pasar, sekolah dan juga dari luar negeri,” tegasnya.
Untuk klaster keluarga, jelas Febria, sudah semakin meningkat karena ada beberapa keluarga tidak mau melakukan isolasi di RD Asrama Haji. Rumah yang ditinggali dimungkinkan sudah memenuhi syarat untuk isolasi mandiri. Sedangkan untuk kasus tertinggi ada di Surabaya Timur, Surabaya Selatan, Surabaya Barat, Surabaya Utara, dan Surabaya Pusat.
“Kalau kita melihat dari lapangan, wilayah Surabaya Selatan itu memang ketat sekali untuk pengawasa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, red). Pada pukul 8 malam sudah sepi, tapi di wilayah Surabaya Timur masih buka dan maaih ada aktivitas jadi tertinggi kasusnya. Untuk kasus konfirmasi tertinggi di wilayah Tambaksari,” lanjutnya.
Febri menyampaikan untuk kasus aktif yang tertinggi saat ini adalah Rungkut, sedangkan untuk kelurahan dengan kasus tertinggi ada di Kelurahan Karah. Angka kesembuhan Kota Surabaya memiliki presentase 92,60 %. Untuk Cost Recovery Rate (CRR) tertinggi di wilayah Lakarsantri. Untuk Case Fatality Rate (CFR) terendah wilayah Lakarsantri juga. (Rangga Aji/gg)