TRENGGALEK, Tugujatim.id – Setelah sempat terjadi miskomunikasi karena pihak pemerintah Kecamatan Panggul belum merasa diajak koordinasi dengan pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Trenggalek mengenai wacana penetapan eks Kawedanan Panggul menjadi situs cagar budaya. Kini, kedua belah pihak saling mendukung mewujudkan Heritage Panggul setelah silang pendapat.
Diketahui, disparbud mewacanakan eks Kawedanan Panggul akan ditetapkan sebagai situs cagar budaya. Dan wacana itu mendapat persetujuan dari TACB Provinsi Jatim. Jadi, prosesnya kini tinggal menunggu rekom TACB untuk pemkab bisa menetapkan situs cagar budaya tersebut, Senin (03/05/2021).
Di samping itu, tahapan yang sudah melibatkan TACB, ternyata belum diketahui pemerintah kecamatan. Jadi, pemerintah kecamatan belum dapat berkomentar ketika eks Kawedanan Panggul akan menjadi situs cagar budaya. Persoalan itu seiring memudar setelah kedua pihak saling koordinasi sampai menemukan kesepakatan.
Camat Panggul Agus Dwi Karyanto mengakui sudah berkoordinasi dengan pihak disparbud pada Kamis (29/04/2021). Dan kekhawatirannya selama ini terjawab, yakni saat dilakukan pemugaran eks Kawedanan itu tidak mengubah bentuk aslinya. Dimulai dengan tetap mempertahankan balok-balok kayu atau struktur dari bangunan tersebut.
Alasan itu muncul ketika melihat perenovasian yang dilakukan pada Balai Rakyat Panggul. Menurut dia, perenovasian itu mengurangi nilai kesejarahan eks Kawedanan Panggul peninggalan kolonial Belanda. Sebab, ada beberapa yang sudah diubah, meski tidak secara struktur bangunan.
“Kami setuju, karena ini adalah bangunan peninggalan sejarah Kolonial Belanda. Dan ini menjadi ikon Panggul. Namun, kami tekankan dalam pemugaran untuk tetap mempertahankan bentuk aslinya, jangan sampai nanti dikurangi yang justru menghilangkan keasliannya,” jelasnya.
Lebih lanjut mengenai Heritage Panggul, Agus mengatakan, nuansa kolonial akan menjadi ciri khas utama Kecamatan Panggul, ketika eks Kawedanan itu ditetapkan menjadi situs cagar budaya. Menurut dia, bukan hanya di lingkup eks Kawedanan Panggul yang menjadi pusat pemerintahan kecamatan saja. Dalam mendukung konsep bertema sejarah, kantor pemerintahan kecamatan nanti juga mengusung tema bangunan kuno. Jadi, tema-tema infrastruktur tersebut tetap berkaitan dengan konsep little Jogja Bupati.
“Saya harap nanti Panggul menjadi daerah yang menarik,” ujarnya.
Di sisi lain, menurut Agus, ketika Kecamatan Panggul dikenal luas memiliki nilai kesejarahan, maka dapat menambah sektor pariwisata baru, selain wisata alam: Pantai Pelang, Jokerto, dan Konang. Sehingga, masyarakat dapat merasakan dampak positifnya.
“Mulai peningkatan ekonomi masyarakat, menambah nilai seni, sosial, dan budaya,” sambungnya.
Agus mengaku, tidak dapat memelihara empat bangunan eks Kawedanan Panggul: penjara, gudang, dapur, dan kamar kuda. Hanya balai rakyat saja yang selama ini terawat.
“Kami merawat dalam arti bangunan yang kondisinya bagus. Selebihnya untuk bangunan lama yang kondisinya rusak, itu kami belum berani melakukan pemeliharaan karena dari sisi teknis, kami tidak memiliki kewenangan dan kemampuan itu (biaya, Red),” ungkapnya.
Meski pemerintah kecamatan tidak memiliki kewenangan untuk perbaikan atau pemugaran empat bangunan eks Kawedanan Panggul, pihaknya sudah berupaya untuk mengajukan perbaikan salah satu bangunan dalam musrenbang. Agus berencana, salah satu bangunan itu akan difungsikan untuk rumah literasi atau perpustakaan.
“Masyarakat sudah ada yang menggelar pameran buku di taman setiap Minggu. Seandainya nanti bangunan lama dipugar, kemudian kami manfaatkan untuk edukasi literasi. Mulai literasi PAUD, SD, SMP, alangkah indahnya masyarakat bisa membaca di taman balai rakyat untuk meningkatkan daya baca generasi penerus,” tuturnya.
Empat bangunan eks Kawedanan Panggul rusak, bagunan serta barang-barangnya sebagian besar masih terselamatkan (tidak hilang, Red). Agus mengatakan, selama dia menjabat menjadi camat sekitar 1,5 tahun, pihaknya tidak menemukan laporan kehilangan barang-barang eks Kawedanan Panggul. Menurut dia, hal itu karena di lingkungan balai rakyat sering dikunjungi masyarakat dari segala usia sekitar mulai sore hingga dini hari.
Selain itu, pemerintah kecamatan juga menugaskan empat petugas kebersihan sekaligus keamanan yang menjaga lingkungan eks Kawedanan selama 24 jam.
“Kesadaran masyarakat itu sudah baik, jadi tidak ada risiko (kehilangan, red),” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Disparbud Sunyoto mengaku, sudah berkoordinasi dengan Kecamatan Panggul terkait rencana eks Kawedanan Panggul akan ditetapkan sebagai situs cagar budaya. Dalam koordinasi itu, dia mengatakan, memang pihak kecamatan juga memiliki harapan-harapan. Namun, setelah mendapat rekom TACB Provinsi Jatim, pihaknya tetap memberikan keputusan kepada Bupati Trenggalek.
“Nanti ada perumusan pemerintah Kecamatan Panggul akan dipindah, tapi tetap sesuai keputusan Pak Bupati,” ucapnya.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin membenarkan, dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan, salah satunya dengan mengembangkan pariwisata dengan melestarikan budaya. Dalam tahapannya, dia mengatakan, pemerintah kabupaten (pemkab) masih menginventarisasi situs-situs kebudayaan di Kabupaten Trenggalek. Salah satunya eks Kawedanan Panggul yang direncanakan untuk ditetapkan sebagai situs cagar budaya.
“Kami juga menjalin kerja sama dengan Pemprov Jateng, Yogyakarta, maupun pihak Keraton. Kami ingin Jogja-Trenggalek bisa menjadi poros ekonomi yang bermanfaat untuk masyarakat,” jelasnya.