PASURUAN, Tugujatim.id – Es Campur Saparuwa menjadi kuliner legendaris yang wajib dicicipi ketika berkunjung ke Kota Pasuruan, Jawa Timur. Depot Es Campur Saparuwa ini terletak di Jalan Raya Kraton, Kelurahan Karangketug, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan.
Sekilas, bangunan depot tak terlihat mencolok dan justru seperti bangunan rumah lawas yang klasik. Meski begitu, Depot Es Campur Saparuwa selalu terlihat ramai, apalagi saat sore hari menjelang buka puasa.

Es Campur Saparuwa memang cocok dinikmati sebagai pelepas dahaga setelah seharian berpuasa. Rasanya yang manis punya ciri khas sendiri dibandingkan dengan es campur lainnya, yakni rasa legit dari manisan nanas yang bercampur dengan kentalnya susu dan gula.
“Yang khas di sini memang manisan nanasnya yang warnanya coklat ini. Orang-orang kadang ngiranya kurma, tapi sebenarnya nanas,” ujar generasi kedua pemilik Depot Es Campur Saparuwa, Kholifah (33), pada Minggu (2/4/2023).
Dalam satu gelas Es Campur Saparuwa, ada enam komponen toping yang berbeda-beda. Selain manisan nanas, ada irisan kelapa, cincau hitam, kolang-kaling, alpukat, serta jelly hijau atau yang disebut jomble.
Menurut Kholifah, rasa dan resep Es Campur Saparuwa tidak pernah berubah sejak 44 tahun silam. “Kalau buat ya takarannya sesuai yang diajarkan ibu saya. Gulanya juga pakai gula asli, mulai dari dulu gak boleh pakai biang gula atau pemanis buatan,” ujarnya.
Untuk satu gelas Es Campur Saparuwa dijual Rp7 ribu. Semantara apabila dibungkus dam dibawa pulang, satu bungkus Es Campur Saparuwa dihargai Rp13 ribu, tentunya dengan porsi yang lebih besar.
Es Campur Saparuwa ini juga biasanya dinikmati dengan cemilan tahu yang dijual dengan harga Rp2 ribu.
Menurut Kholifah, selama bulan ramadan, penjualan Es Campur Saparuwa mengalami kenaikan. Dalam sehari, dia paling banyak bisa menjual hingga seribu bungkus. “Apalagi pas bulan puasa ini kan cuacanya pas panas ya, jadi banyak dari pondok-pondok dan masjid-masjid yang beli buat takjil saat berbuka,” ungkapnya.
Salah satu penerus usaha Es Campur Saparuwa, Muhammad menambahkan bahwa usaha keluarganya ini sudah didirikan sejak 1979 silam.
Kala itu, almarhum ibunya, Nur Hayati membuka usaha sampingan es campur untuk membantu suaminya, Muhammad Cholil yang berkerja sebagai pedagang es balok keliling.
“Dulu pernah buka usaha lain, kayak jualan bakso, nasi campur, tapi kalah laris, yang rame tetep es campurnya,” kenang Muhammad.
Asal nama Es Campur Saparuwa sendiri merupakan paduan dari dua nama bulan dalam kalender Jawa, yakni bulan Sapar dan bulan Ruwah. “Orang-orang sering ngiranya saparuwa dari bahasa Madura. Padahal aslinya dari Sapar dan Ruwah. Sapar itu bulan kelahiran saya sebagai anak pertama, kalau ruwah itu bulan berdirinya usaha es campur ini,” ungkapnya.
Pembeli Es Campur Saparuwa, Wempi (40) mengaku sejak remaja sudah menggemari Es Campur Saparuwa.
Menurut warga Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan itu, Es Campur Saparuwa punya rasa yang khas dan unik dibanding dengan es campur lainnya. “Ada sesuatu yang beda di dalamnya, kayak ada yang manis-manis gitu. Memang legendaris dan segernya pas sekali buat buka puasa,” ucapnya.