Tugujatim.id – Baru-baru ini tim arkeolog Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur berhasil menemukan dugaan lokasi tenggelamnya kapal Van Der Wijck. Kapal mewah yang tenggelam 85 tahun lalu, pada 1936. Lokasi yang diduga menjadi letak bangkai Kapal Van Der Wijck berada di sekitar perairan Brodong, Lamongan.
Tim BPCB Jatim sudah melakukan survei di titik lokasi tengelamnya kapal tersebut sejak Bulan Juni 2021 lalu. Namun karena kondisi perairan Lamongan yang cukup keruh, survei dilakukan kembali bulan Oktober 2021. Saat ini, tim BPCB Jatim mulai mengindentifikasi dan mengumpulkan sisa-sisa bangkai kapal guna pembuktian lebih konkrit.
Tragedi tenggelamnya kapal Van Der Wijck ini melegenda di kalangan masyarakat luas. Banyak yang tidak tahu bahwa kisah ini adalah kisah nyata dan hanya menganggap cerita fiksi novel berjudul Tenggelamnya Kapal van Der Wijck yang ditulis Buya Hamka pada tahun 1938 dan diadaptasi dalam sebuah film berjudul yang sama pada tahun 2013.
Bagaimana kisah dibalik tenggelamnya kapal Van Der Wijck tersebut? Berikut penjelasannya.
Kapal Van Der Wijck merupakan kapal penumpang mewah yang fenomenal milik perusahaan Belanda bernama Koninklijke Maatschappij (KPM) yang melayani pelayaran di Indonesia.
Nama Van Der Wijck berasal dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Carel Herman Aart Van Der Wijck yang memerintah tahun 1839 hingga 1899. Kapal yang disebut sebagai Titanic dari Indonesia ini dibuat oleh Maatschappij Fijenoord, Rotterdam tahun 1921.
Ketika tenggelam, kapal yang memiliki panjang 97,5 meter, lebar 13,4 meter, dan tinggi 8,5 meter telah beropasi selama 15 tahun.
Pada 20 Oktober 1936, kapal Van Der Wijck berlayar dari Buleleng, Bali, menuju Semarang dan akan singgah di Surabaya. Namun, ketika berlayar dari Bali menuju Surabaya, kapal yang dinakhodai B.C. Akkermans, nakhoda senior dengan pengalaman selama 25 tahun, tenggelam di Perairan Lamongan, tepatnya 12 mil dari Pantai Brondong.
Tidak diketahui apa penyebab tenggelamnya kapal tersebut. Peristiwa tenggelamnya berlangsung sangat cepat hanya butuh lima menit, seluruh badan kapal dipenuhi air dan tenggelam.
Tercatat saat itu kapal membawa muatan 150 ton besi dan 5 buah konsedor dengan masing-masing seberat 3 ton. Selain muatan berat, tercatat juga sekitar 250 orang berada di dalam kapal tersebut. Meski tidak ada angka pasti karena pencatatan yang tidak sesuai. Ada banyak kuli angkut pribumi yang tidak tercatat dan kemungkinan merekalah yang banyak hilang.
Dalam catatan menyebutkan saat itu 187 warga pribumi dan 39 warga Eropa menjadi penumpang kapal Van Der Wijck. Sedangkan awak kapal terdiri dari seorang kapten, 11 perwira, seorang telegrafis, seorang steward, 5 pembantu kapal, dan 80 ABK dari pribumi.
Tercatat juga 153 penumpang selamat, 58 penumpang tewas, dan 42 lainnya hilang dalam tragedi tersebut. Sang nakhoda, Kapten Akkerman selamat dalam tragedi tersebut.
Sebagai ucapan terimakasih kepada warga yang berusaha menyelamatkan para penumpang Kapal Van Der Wijck dan untuk mengenang Kapal tersebut, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Monumen Van Der Wijck di daerah Kecamatan Brondong, Lamongan.