SURABAYA, Tugujatim.id – Tren tagar KaburAjaDulu tengah ramai menjadi perbincangan di media sosial, terutama di kalangan anak muda. Tren ini menjadi salah satu cerminan rasa frustrasi generasi muda atas kebijakan pemerintah yang dianggap kurang berpihak pada rakyat. Sehingga, generasi muda ini tertarik untuk mencari peluang di luar negeri daripada bertahan di Indonesia.
Pengurus Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Surabaya Yashir Muhammad A mengungkapkan bahwa tren ini bukan sekadar bentuk kekecewaan, tetapi juga cerminan kebingungan anak muda dalam menilai keunggulan Indonesia dibandingkan negara lain.
“Kalau kita telaah lebih dalam, potensi negara kita sebenarnya lebih besar daripada negara lain. Justru ini adalah sebuah anomali. Di saat kita sedang menggaungkan visi Indonesia Emas 2045, malah muncul tren yang bertentangan dengan semangat tersebut,” kata Yashir saat dikonfirmasi oleh Tugujatim.id pada Selasa (25/02/2025).
Menurut dia, salah satu faktor utama pemicu tren tagar KaburAjaDulu ini adalah kurangnya keseriusan Pemerintah Indonesia dalam mengelola sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA).
Terlebih, pendidikan yang terbatas dan sulitnya mendapatkan pekerjaan, membuat anak muda mempertimbangkan untuk meninggalkan Indonesia.
“Dengan adanya media sosial justru kian mempercepat penyebaran tren ini. Pada awalnya beberapa anak muda berbagi pengalaman kerja dan studi di luar negeri, justru akhirnya memicu pola pikir membandingkan antara negara sendiri dan negara lain,” terang Founder Komunitas Rembuk Muda, Surabaya, itu.
Selain itu, Yashir juga menilai tren #KaburAjaDulu mempunyai dampak negatif pada pola pikir dan daya juang generasi muda.
“Jika kita terus melihat kesuksesan hanya dari sudut pandang negara lain, kita kehilangan daya juang. Setiap individu punya jalan masing-masing, dan yang lebih penting adalah bagaimana kita berjuang di tempat kita berada,” tegasnya.

Kendati demikian, dia pun mengajak pemuda untuk menanamkan kembali rasa patriotisme serta memahami kebijakan negara dengan lebih baik.
“Pemuda hanya diajak berpartisipasi dalam kebijakan, tetapi tidak diberi pemahaman cukup mengenai dampaknya. Pendidikan politik dan wawasan kebangsaan harus lebih diperkuat,” tuturnya.
Selain itu, Yashir menekankan pentingnya menghadapi tantangan secara kolektif, bukan dengan melarikan diri.
“Jangan hadapi tekanan hidup sendirian. Bersama-sama mencari solusi adalah kunci utama. Kita adalah bangsa yang kuat karena bersatu dalam perbedaan,” papar Yashir.
Tagar Tandingan Raffi Ahmad Bukan Solusi
Menariknya, beberapa hari lalu, tren #KaburAjaDulu mendapat respons dari Staf Khusus Kepresidenan Raffi Ahmad. Raffi menciptakan gerakan tandingan melalui tagar #PergiMigranPulangJuragan. Di mana, hal tersebut untuk mengalihkan tren KaburAjaDulu menjadi suatu yang positif untuk menambah devisa negara.
Namun, Yashir menilai bahwa langkah ini bukan solusi yang tepat.
“Jika hanya dilawan dengan tren lain, justru bisa semakin membesar. Aspirasi anak muda seharusnya didengar dan diterjemahkan dalam kebijakan nyata, bukan sekadar menciptakan narasi baru,” tekan Yashir.
Karena itu, Yashir turut mengingatkan pemuda Surabaya agar tidak mudah terbawa arus tren ini.
“Surabaya adalah Kota Pahlawan. Kita punya DNA perjuangan yang diwariskan para pendahulu. Sebagai pemuda Surabaya, kita harus menjadi motor penggerak perubahan, bukan malah memilih kabur,” ujarnya.
Pekerja Migran Indonesia Didominasi Perempuan
Di sisi lain, tren bekerja di luar negeri juga tercermin dalam data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Timur. Terlihat pada 2024, Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) terbanyak secara nasional. Yakni ada sebanyak 79.001 orang berangkat ke luar negeri.
Sementara itu, Kepala UPT P2TK Disnakertrans Jatim Sumali mengungkapkan bahwa mayoritas PMI berasal dari kalangan perempuan (76,88% atau sebesar 60.740 orang), sedangkan laki-laki berjumlah 18.261 orang (23,12%).
Selain itu, Hongkong menjadi tujuan favorit dengan 43.658 PMI, disusul Taiwan (22.501), Malaysia (4.119), Korea Selatan (2.250), dan Jepang (1.983).
“Alasan utama PMI memilih Hongkong adalah gaji tinggi dan lingkungan kerja yang lebih kondusif,” tutur Sumali saat dikonfirmasi.
Meski jumlah pekerja migran meningkat, dia mengingatkan pentingnya keberangkatan melalui jalur legal untuk melindungi hak-hak pekerja di negara tujuan.
“Kalau ingin bekerja ke luar negeri, harus melalui prosedur yang legal. Supaya keamanan dan hak PMI akan lebih terjamin. Karena saat ini PMI non prosedural juga masih banyak di luaran saya. Mereka pun menjadi buronan pihak berwajib negara yang bersangkutan,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Layla Aini
Editor: Dwi Lindawati