SURABAYA, Tugujatim.id – Pro kontra kegiatan Tunjungan Fashion Week masih menjadi polemik di Kota Surabaya. Namun, Pemkot Surabaya malah berencana menutup Jalan Tunjungan pada hari Sabtu untuk kegiatan ini agar anak muda dapat berkreativitas. Mengetahui hal itu, dua organisasi masyarakat (ormas) Islam besar se-Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, menyorotinya.
Melalui perwakilan di Surabaya, NU dan Muhammadiyah memperingatkan Pemkot Surabaya agar bisa mengawasi pagelaran Tunjungan Fashion Week. Sebab, mereka melihat fenomena ini memunculkan para pemuda yang menggunakan fashion ala wanita. Hal ini dikhawatirkan menjadi ajang sosialisasi kaum LGBT.
Ketua GP Anshor Surabaya M. Faridz Afif mengatakan, munculnya fenomena style pria memakai baju wanita atau yang ngetren disebut tulang lunak adalah bentuk melawan terhadap norma sosial dan agama. Dia mengimbau agar para pelaku fashion tetap menjaga norma sosial dan hukum agama yang berlaku.
“Seharusnya pelaku fashion itu tetap memegang teguh norma-norma kehidupan. Etika bermasyarakat itu yang pantas dan sewajarnya. Pemkot Surabaya harus mengontrol dan mengawasi wanita sewajarnya memakai pakaian wanita, kalau laki-laki berpakaian wanita, itu harus ditindak. Sebab, itu merusak moral dan generasi muda ke depannya,” ujar pria yang akrab dipanggil Gus Afif tersebut.
Sementara itu, ditanya terkait influencer atau selebgram laki-laki yang membuat konten di Jalan Tunjungan dengan menggunakan pakaian perempuan seperti Bro Jabro, Gus Afif mengatakan, seharusnya influencer mengimbau masyarakat agar tak menggunakan cara yang tidak wajar dalam menarik perhatian publik.
“Jangan yang aneh-aneh, yang normal-normal sajalah, yang perempuan pakai baju perempuan, laki-laki pakai baju laki-laki. Jangan menarik perhatian dengan menggunakan cara yang tak bermoral,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Achmad Rosyidi juga mengatakan hal serupa. Fenomena laki-laki yang berpakaian dan berperilaku seperti perempuan yang muncul di Tunjungan Fashion Week membuat resah masyarakat Surabaya.
Memang fenomena Citayam Fashion Week sudah masuk di mana-mana, bukan hanya di Surabaya. Kota-kota yang punya jalan ikonik semua ketularan. Khusus di Surabaya, dia melihat ada fenomena dibilang tulang lunak (pria yang sytle-nya kewanita-wanitaan, red) banyak bermunculan. Hal ini membuat resah masyarakat Surabaya,” tegas Rosyidi.
Dia juga mengatakan, dirinya tidak menolak Tunjungan Fashion Week untuk digelar. Justru dia mendukung karena hal tersebut bisa menjadi ajang kreativitas bagi anak muda. Namun, dia menggarisbawahi agar tidak ada penyimpangan, khususnya di aturan agama.
“Kalau dilihat dari sisi agama kan nggak papa menampilkan karya anak-anak Surabaya, tapi kalau melihat banyak pemuda yang menyerupai wanita, itu kan tidak boleh dalam agama. Berpenampilan yang layak seperti cowok, kalo dia cowok. Dan perempuan, ya layaknya perempuan pada umumnya,” imbuhnya.
Untuk diketahui, Pemkot Surabaya berencana menutup Jalan Tunjungan setiap hari Sabtu untuk memfasilitasi anak-anak muda untuk berkreativitas. Rencana tersebut diharapkan mampu menghidupkan UMKM yang ada di sekitar Jalan Tunjungan.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim