TUBAN, Tugujatim.id – Akhir pekan menjadi waktu tersibuk bagi Fitrah Faradisa, warga Kelurahan Sidorejo, Kabupaten Tuban. Di sela-sela merawat anak, wanita berusia 42 tahun itu menyempatkan waktu membuat kerajinan ecoprint.
Fitrah Faradisa memperoleh bahan dari tanaman yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Terkadang bahan ditemukan tanpa sengaja saat jalan-jalan bersama keluarganya.
Contohnya bunga atau daun kenikir, bunga kamboja, kembang/daun jati, jarak lanang, ekor kucing, serta bagian tumbuhan yang mengandung zat tanin.
“Bahan-bahan tanaman yang mudah didapat di Tuban itu ada bunga kenikir, daun jati, daun lanang, dan lain-lainnya saya ambil di pinggir jalan,” kata pemilik brand kerajinan ecoprint Annabae kepada Tugu Jatim yang datang meliput beberapa waktu lalu.
Sepintas melihat prosesnya, pembuatan kerajinan ecoprint ini gampang-gampang susah. Awalnya tata bahan-bahan yang digunakan pada selembar kain putih polos.
Proses ini membutuhkan imajinasi dan kreativitas karena akan menentukan corak yang dihasilkan. Selanjutnya gulung kain menggunakan tongkat dan plastik hitam, lalu dikukus selama beberapa jam. Setelah itu, kain diangkat dan dijemur di bawah sinar matahari.
Seluruh proses langsung dikerjakan Fitrah sendiri. Namun untuk menjadi produk siap pakai, Fitrah bekerja sama dengan penjahit atau perajin lain.
“Produknya sekarang ini beragam, dari awalnya kain, kini ada kemeja, jaket, tas sepatu, tempat pensil, dan fashion lainnya,” imbuhnya.
Harga dipatok cukup terjangkau mulai Rp25.000 untuk tempat pensil, Rp1.300.000 untuk produk tas. Sementara kain dijual antara Rp300.000-Rp700.000, bergantung bahan dan ukurannya.
“Harga termurah yang saya jual yaitu masker Rp20.000, kemeja Rp350.000, kain Rp300.000 sampai Rp700.000, ada tas kulit mulai Rp750 ribu sampai satu juta rupiah ke atas,” ungkap Fitrah.
Usaha rumahan ini digeluti sejak 2019 atau empat tahun lalu. Berawal dari hobi membuat kerajinan, ibu 3 anak ini mencoba belajar kerajinan ecoprint. Dari tangan kreatifnya, tercipta berbagai kerajinan bernilai jual tinggi dan banyak diminati konsumen.
Memanfaatkan media sosial untuk pemasaran, produknya telah mampu menembus luar negeri. Di antaranya pernah mengirim pesanan ke Australia dan Brunei Darussalam.
“Pemasaran mulai lokal Tuban juga luar daerah. Ada dari Bangka, Sumatera, juga Australia dan Brunei Darussalam,” ungkapnya.
Keterbatasan waktu dan tenaga memaksa Fitrah harus membatasi jumlah produksi maksimal 15 kain per pekan. Namun demikian, dari penjualan produk setidaknya Fitrah mampu menghasilkan cuan sambil mengurus rumah dan anak-anak.
“Satu bulan penjualan mencapai 70 pcs, tempat pensil, topi, dan tas, serta baju,” ujarnya.
Writer: Mochamad Abdurrochim
Editor: Dwi Lindawati