tugujatim.id
  • Home
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Wisata
  • Kriminal
  • Nasional
  • Internasional
  • Featured
  • Sastra & Budaya
  • Advertorial
No Result
View All Result
tugujatim.id
  • Home
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Wisata
  • Kriminal
  • Nasional
  • Internasional
  • Featured
  • Sastra & Budaya
  • Advertorial
No Result
View All Result
tugujatim.id
No Result
View All Result
Foto ilustrasi: Pixabay

Foto ilustrasi: Pixabay

“Frekuensi di Lereng Bencana”, Film Dokumenter Wartawan Kediri yang Diabadikan BNPB untuk Edukasi Warga

Redaksi by Redaksi
13 February 2021
in Featured, News, Pendidikan
0
Share on WhatsappShare on FacebookShare on Twitter

KEDIRI, Tugujatim.id – “Kelud meletus…, Kelud meletus,” teriak Ngaseri, camat Ngancar, Kabupaten Kediri itu. Suaranya dari handy talky (HT) menyeru dan menyebar ke seluruh radio di Gunung Kelud yang dikelilingi tiga kabupaten, yakni Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang. Namun, kini suara Ngaseri itu tinggallah kenangan karena dia telah meninggal dunia sejak beberapa tahun lalu.

Segala keriuhan, kepanikan, dan kecemasan masyarakat tergambar dari film dokumenter yang ditayangkan di akun YouTube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia (RI) tentang 7 tahun silam atau tepatnya 13 Februari 2014, sekitar pukul 22.50 WIB, terjadi erupsi gunung berapi setinggi 1.761 meter di atas permukaan air laut (mdpl).

You might also like

Mahasiswa UB.

Inovasi DERING ala Mahasiswa UB, Smart Headband Cegah Kecacatan pada Penderita Epilepsi

27 September 2023
Rapor pendidikan.

Rapor Pendidikan SMP Kota Mojokerto Naik, Cek Faktor Pendukungnya!

27 September 2023

Namun, siapakah di balik pembuatan film dokumenter berjudul “Frekuensi di Lereng Bencana” ini?
Mereka adalah Abdurrahman, Danu Sukendro, dan Fedho Pradistya. Ketiga wartawan ini merekam bagaimana geliat masyarakat di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

Abdurrahman, produser film dokumenter “Frekuensi di Lereng Bencana”, ini terlihat dingin. Bola matanya berkali-kali melihat ke arah sekitarnya. Dengan sedikit mengernyitkan alis, pria yang akrab disapa Rahman ini tampak mencoba mengulang kembali ingatannya. Sesekali, bibirnya tersenyum sendiri ketika melihat layar gawai yang sedang dia gunakan untuk menonton film dokumenter karyanya.

“Mencekam sekali malam itu, panik, cemas, semua jadi satu, Mas,” tutur Rahman.

Abdurrahman, produser film dokumenter "Frekuensi di Lereng Bencana". (Foto: Noe/Tugu Jatim)
Abdurrahman, produser film dokumenter “Frekuensi di Lereng Bencana”. (Foto: Noe/Tugu Jatim)

Satu per satu ingatannya pun kembali ke masa 7 tahun lalu. Rahman menerangkan, sekitar tiga bulan dia bersama rekan-rekan wartawan di Gunung Kelud. Dia melihat bagaimana kondisi masyarakat sebelum erupsi hingga usai erupsi terjadi.

Meskipun dengan kondisi panik, ketika terjadi evakuasi untuk mengungsi, masyarakat di Desa Sugihwaras dia nilai sangat tenang. Dia mengatakan, masyarakat meninggalkan rumahnya dengan tenang menuju Desa Tawang, Kacamatan Wates, dan Simpang Lima Gumul.

“Semuanya tenang waktu evakuasi, terus ke pengungsian tertib juga. Gak ada yang sampai kebut-kebutan atau saling menyalip,” terang pria bertopi cokelat ini menjelaskan kepada Tugu Jatim.

Tapi, justru itu yang membuatnya kebingungan. Pertanyaan yang muncul saat itu adalah mengapa masyarakat bisa sangat tenang ketika proses evakuasi. Ternyata, dalam perenungan tersebut akhirnya Rahman menyadari jika masyarakat telah mendapatkan bekal dengan sosialisasi dan pelatihan dari komunitas Jangkar Kelud untuk menghadapi kondisi kalau sewaktu-waktu terjadi erupsi. Termasuk Radio Komunitas Desa Sugihwaras juga ikut membantu. Jadi, masyarakat mengetahui secara persis bagaimana perkembangan aktivitas Gunung Kelud.

Bahkan, dalam film dokumenter itu juga diperlihatkan bagaimana masyarakat yang beraktivitas ke ladang tetap membawa radio untuk mendengarkan informasi dari Kelud FM.

“Ya, ke mana-mana membawa radio biar tahu setiap waktu situasi Kelud itu bagaimana,” imbuh Rahman.

Menurut dia, adanya kesadaran ini ada peranan kelompok komunitas yang bernama Jangkar Kelud yang terus berusaha memberikan mitigasi bencana secara berkala kepada masyarakat. Jadi, Rahman menilai masyarakat mampu mengevakuasi secara mandiri ketika mendengar informasi Gunung Kelud meletus.

“Mengapa mereka bisa tenang? Jawabannya karena masyarakat sudah dibekali pengetahuan dan bisa mengevakuasi secara mandiri. Kuncinya pada kata evakuasi mandiri,” sambungnya.

Kepanikan Wartawan saat Peliputan Erupsi Gunung Kelud

Di sisi lain ketika masyarakat lebih tenang, justru kepanikan terjadi dari kalangan wartawan. Rahman menyadari tidak semua wartawan pernah mendapatkan teknik peliputan saat bencana. Hal tersebut membuat wartawan kebingungan, tapi harus segera beradaptasi dengan situasi tersebut.

“Memang sebetulnya perlu edukasi. Saya rasa mereka termasuk berisiko karena di lapangan itu untuk meliput. Bekal peliputan di daerah bencana dan konflik sangat berisiko. Risikonya pun berbeda-beda. Ketika di daerah bencana seperti apa dan di daerah konflik seperti apa. Ini untuk safety seperti apa seharusnya yang dilakukan agar punya pedoman peliputan di daerah bencana maupun memiliki konflik,” papar anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri ini.

Dia mengatakan, sepertinya AJI pernah mengeluarkan buku saku untuk daerah konflik dan bencana. Meskipun secara periodik gunung meletus bisa diketahui, tapi teman-teman di lapangan membutuhkan pembekalan dan pengetahuan.

“Karena Gunung Kelud aktif, jadi kapan pun meletus sudah siap untuk menjalankan tugasnya. Bahaya datang dari mana itu hal kecil, tapi yang terpenting diketahui wartawan,” sambungnya saat diwawancarai Tugu Jatim.

Sambil memutar otak, Rahman menyadari ada kejadian 2007 silam yang tidak pernah dia lupakan. Yakni, ada seorang wartawan Kediri yang keracunan gas ketika Gunung Kelud sempat erupsi kecil yang membentuk anak Gunung Kelud yang menutup kawah. Danu Sukendro, sutradara film, ini  membenarkan bahwa ada wartawan yang keracunan.

Rahman pun berharap kampanye dan pelatihan untuk menambah pengetahuan mitigasi bencana menjadi sangat penting. Dia menambahkan, bisa juga bahan liputan wartawan dan film dokumenter ini menjadi bahan belajar bagi masyarakat, khususnya yang berprofesi sebagai wartawan.

“Wartawan semua panik, tapi masyarakat sekitar justru santai dan tenang melakukan evakuasi mandiri. Karena sudah teredukasi. Ditakutkan ada wedhus gembel hingga gas yang turun ke pemukiman warga. Dari film ini ada pelajaran yang dipetik. Pertama, masyarakat membangun kesadaran akan potensi bencana. Kedua, masyarakat bisa mandiri melakukan evakuasi ketika terjadi bencana. Mungkin di Kelud dan Merapi berbeda, kalau ada film yang mengupas itu sangat positif,” kata pria asli Malang ini.

Rahman pun mengapresiasi peran Kelud FM dan Jangkar Kelud yang berupaya membangun sistem informasi untuk warga. Jadi, apa yang diterima masyarakat desa itu valid. Secara detail, Rahman menganalisis rantai informasi yang terbentuk sangat efektif. Yakni, informasi Pos Pantau Gunung Kelud disalurkan ke Komunitas Jangkar Kelud. Setelah itu informasi diteruskan ke Kelud FM. Dari penyiar Kelud FM, informasi terbaru disiarkan melalui frekuensi radio komunitas.

“Dengan adanya informasi itu bisa dipertanggungjawabkan. Bahkan, mereka dibekali evakuasi mandiri dan berjalan efektif karena masyarakat sudah dibekali informasi kondisi perkembangan Kelud setiap 6 jam sekali. Masyarakat ke sawah sampai membawa radio untuk mendapatkan informasi dari Kelud FM,” ujar Rahman. (noe/ln)

Tags: edukasierupsiFilm dokumenterGunung KeludKedirimitigasimitigasi bencana
Redaksi

Redaksi

Related Stories

Mahasiswa UB.

Inovasi DERING ala Mahasiswa UB, Smart Headband Cegah Kecacatan pada Penderita Epilepsi

by Dwi Lindawati
27 September 2023
0

MALANG, Tugujatim.id - Gangguan epilepsi merupakan penyakit gangguan aktivitas listrik otak yang dapat terjadi pada setiap orang untuk berbagai usia....

Rapor pendidikan.

Rapor Pendidikan SMP Kota Mojokerto Naik, Cek Faktor Pendukungnya!

by Dwi Lindawati
27 September 2023
0

MOJOKERTO, Tugujatim.id - Kenaikan poin dalam rapor pendidikan tidak hanya dialami oleh jenjang sekolah dasar (SD) Kota Mojokerto. Demikian pula...

Program studi Bahasa Inggris.

Program Studi Bahasa Inggris Polinema Resmi Melakukan Kerja Sama dengan Tugu Media

by Dwi Lindawati
27 September 2023
0

MALANG, Tugujatim.id - Resmi melakukan kerja sama, Program Studi Bahasa Inggris untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional Politeknik Negeri Malang (Polinema)...

Fakultas Kedokteran Unisma.

Larang Generasi Muda Baperan, Fakultas Kedokteran Unisma Bangun SDM Miliki Resilience 2.0

by Dwi Lindawati
27 September 2023
0

MALANG, Tugujatim.id - Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar kuliah tamu di Gedung Pascasarjana Lantai 7, Senin (25/09/2023). Acara...

Next Post
Berbagi tip kecantikan bersama Wardahbeauty.malang dan tugumalang.id saat live Instagram. (Foto: Mila Arinda/Tugu Jatim)

Tugumalang.id dan Wardahbeauty.malang Berbagi Tip Make Up Flawless

Berita Populer

  • Arif Rahman Hudaifi.

    Profil Arif Rahman Hudaifi, Mantan Aktivis PMII Kota Malang Terima Program Belajar Mengajar di Jepang

    680 shares
    Share 272 Tweet 170
  • 5 Rekomendasi Sepatu Lari Brand Lokal Dengan Harga Terjangkau

    798 shares
    Share 319 Tweet 200
  • Pulang Dari Wisata, 4 Warga Malang Meninggal Akibat Kecelakaan Beruntun di Situbondo

    631 shares
    Share 252 Tweet 158
  • Diskusi Film di Unim Mojokerto, Penulis Novel Hati Suhita Cerita Perjodohan Hingga Konflik Perempuan

    628 shares
    Share 251 Tweet 157
  • Ketua Yayasan Yadika Bangil Jadi Tersangka Korupsi Sewa Aset Plaza Bangil Pasuruan

    606 shares
    Share 242 Tweet 152
  • Truk Tabrak Lari Pemotor Boncengan Tiga di Beji Pasuruan, Satu Tewas

    620 shares
    Share 248 Tweet 155
  • Gen-B Kota Mojokerto Siap Sambut Piala Soeratin 2023

    602 shares
    Share 241 Tweet 151
  • 5 Ras Anjing Terpintar di Dunia

    707 shares
    Share 283 Tweet 177
  • Asesmen Mahasiswa RPL Universitas IBU Malang Diikuti 200 Peserta

    599 shares
    Share 240 Tweet 150
  • Pesona Negeri Sayur Sukomakmur Magelang, Jam Buka dan Harga Tiket Terbaru

    694 shares
    Share 278 Tweet 174
Tugujatim.id

Merawat Jawa Timur

  • Info Kerjasama
  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Form Pengaduan
  • Pedoman Media Siber

© 2023 Tugu Jatim ID - Merawat Jawa Timur.

No Result
View All Result
  • Home
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV

© 2023 Tugu Jatim ID - Merawat Jawa Timur.