Tugujatim.id – Gerakan Pemuda (GP) Ansor resmi berusia 90 tahun pada hari Rabu, 24 April 2024 lalu. Sudah tidak terhitung, puluhan ribu atau mungkin ratusan ribu, tokoh yang lahir dari rahim organisasi andalan Nahdlatul Ulama’ (NU) ini. Di semua tingkatan, mulai dari tingkat kecamatan, kota, provinsi, dan nasional, kader GP Ansor mampu mewarnai.
Tidak hanya di wilayah politik praktis, kader muda GP Ansor juga eksis di wilayah strategis seperti guru, dosen, pengusaha, dokter dan lain sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa GP Ansor sudah berhasil menjadi “rumah kepemimpinan” yang mampu mengantar kadernya unggul di berbagai sektor kehidupan.
Jika tepat setahun yang lalu, saya menulis catatan berjudul “Peran Strategis GP Ansor di Abd yang Berlari”, saat itu penulis memaparkan bahwa di abad yang berjalan begitu cepat dengan internet, blockchain, artificial intelligence (AI), dan lain sebagainya, di tahun ini penulis ingin membedah peran strategis GP Ansor dalam menjadi pusat transformasi anak muda.
Singkatnya seperti ini, setiap orang mempunyai era bertransformasi dalam hidupnya. Misal ada sebuah keluarga yang sudah bertahun-tahun penghasilan di keluarga tersebut hanya Rp12 juta selama setahun. Pemasukan di keluarga itu hanya Rp1 juta dalam satu bulan.
Orang tua yang berpenghasilan pas-pasan itu, tentu saja tidak bisa membangun rumahnya secara layak karena pemasukannya hanya cukup untuk makan. Sembari menabung, orang tua ini berusaha dengan sangat keras, menyekolahkan anaknya hingga sarjana.
Setelah Sarjana, sang anak diterima di perusahaan multi nasional. Gaji anak tersebut meski baru, mencapai Rp12 juta dalam satu bulan. Keluarga yang awalnya sangat sederhana tersebut, lantas membaik keadaannya karena ada satu anggota keluarga, yang gajinya selama satu bulan, setara dengan gaji orang tuanya selama satu tahun.
Inilah yang disebut transformasi. Disitu ada perubahan. Ada lompatan menuju ke arah yang lebih baik. Ada lompatan yang tidak linier. Lompatan yang tidak linier tersebut, biasanya diciptakan karena ada pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berhasil. Dengan membina SDM, lompatan dan transformasi anak muda, bisa memantul dengan tinggi.
Di sinilah peran strategis GP Ansor sebagai organisasi kepemudaan dengan jumlah anggota mencapai 8-10 juta. Dengan sistem pengkaderan yang sistematis, serta skill leadership yang terus diasah selama berproses, GP Ansor bisa menjadi pusat transformasi anak muda. Seperti contoh yang saya sebutkan di atas.
Dalam struktur jenjang kaderisasi, biasanya anak muda yang bergabung GP Ansor adalah dia pemuda yang sudah lulus kuliah. Atau lebih detail lagi, mayoritas adalah dia yang sudah pernah aktif di organisasi ekstra kampus atau yang sudah menjadi alumni dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU).
Dengan pengalaman organisasi yang didapat anak muda tersebut, mereka yang bergabung di GP Ansor sudah mempunyai kemapanan intelektual, kemapanan emosional dan yang tak kalah penting adalah kemapanan finansial. Dengan modal yang dimiliki para anak muda tersebut, diharapkan anak muda yang tergabung dengan GP Ansor, lebih mudah bertransformasi dan melakukan lompatan-lompatan besar dalam hidupnya.
GP Ansor sebagai pusat transformasi anak muda, tampaknya sudah mulai digagas oleh Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharuddin yang baru terpilih. Beberapa kegiatan yang dia gagas, terlihat sangat anak muda dan ingin mendekati anak muda dari berbagai sektor.
Diantaranya adalah buka puasa bersama dan pengajian yang digelar di tempat anak muda nongkrong. Salah satunya di warung apresiasi, yang selama ini dikenal dengan tempat lahirnya tokoh seni. Selain itu juga event gowes sepanjang 90 kilometer untuk mengenang perjuangan GP Ansor dalam membangun peradaban.
Dalam salah satu sambutannya, Addin menyebut bahwa GP Ansor ingin membangun peta jalan generasi muda Indonesia. Menurut Addin, GP Ansor ingin menciptakan anak muda yang gigih dan penuh kompetensi. Jika hal itu terjadi, diharapkan kader GP Ansor benar-benar bisa menjadi pemuda yang berkualitas dan menang dalam mengayuh peradaban.
Jika kader-kader Ansor mampu bertransformasi, bisa dibayangkan berapa orang yang terangkat. Singkatnya, jika satu kader Ansor hidup bersama 3 orang keluarga inti, maka akan ada sekitar 40 juta orang yang hidupnya berkualitas dan bertransformasi.
Untuk menjadikan Ansor sebagai pusat transformasi anak muda tersebut, GP Ansor harus mempunyai banyak pemimpin yang transformatif, yakni pemimpin yang memberdayakan. Yang membina bukan yang membinasakan. Pemimpin yang membangkitkan optimisme, tidak menakut-nakuti. Itulah pemipin transformatif.
Sikap dan mindset transformatif tersebut, jika dijadikan pegangan akan luar biasa untuk GP Ansor. Terlebih, GP Ansor selama ini menerapkan collective genius yakni kepemipinan kolektif yang menggabungkan orang-orang genius.
Dalam salah satu artikelnya di Harvard Bussines Review, tiga penulis kenamaan yakni Linda A Hill, Greg Brandeau, dan Emily Truelove menyebutkan bahwa pemimpin yang sukses menelurkan inovasi-inovasi keren, adalah kepemimpinan yang tidak satu arah. Melainkan pemimpin yang menjadi dirigen, terhadap tumbuh kembangnya inovasi di organisasi tersebut.
Karena inilah, jika GP Ansor ingin konsisten menjadi organisasi kepemudaan yang relevan terhadap perkembangan zaman, maka diperlukan kejeniusan kolektif yang diciptakan.
Bagaimana orang-orang terbaik, bekerja dalam satu kesatuan untuk tujuan organisasi, bukan bekerja sendiri-sendiri, untuk tujuan diri sendiri. Inilah yang disebut kejeniusan kolektif.
Kejeniusan kolektif akan menjadi lebih luar biasa lagi, dengan konsep keberkahan yang sama-sama kita yakini.
Sebagaimana ungkapan Yaqut Cholil Qoumas, mantan Ketua Umum GP Ansor yang menyebutkan bahwa bukan GP Ansor yang membutuhkan kita, tapi kitalah yang membutuhkan GP Ansor. Lantaran, GP Ansor penuh dengan keberkahan.
Mari tumbuh dan berkembang bersama GP Ansor. Menjadikan anak muda lebih berdaya, lebih inovatif serta tidak lupa bertransformasi, sembari tidak meninggalkan keberkahan dengan Khidmah kepada alim ulama’. Selamat Harlah GP Ansor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Mahdi El Kherid
Penulis Adalah Ketua Badan Siber Ansor Jawa Timur