MALANG, Tugujatim.id – PTK (Penelitian Tindakan Kelas) biasa sering dilakukan oleh para guru di sekolah. Hanya saja tak sedikit guru yang merasa bahwa PTK itu hanya untuk kenaikan pangkat, padahal itu adalah produk riset dan ilmu yang dihasilkan oleh guru.
Demikian pemaparan Prof. Dr. Sa’dun Akbar, M. Pd, guru besar Universitas Negeri Malang dalam acara pelatihan dan workshop “Guru Ramah Karya Ilmiah” oleh Gerakan Edukasi pada Sabtu (14/08/2021).
Pria yang akrab disapa Sa’dun itu menjelaskan bahwa guru harus melakukan refleksi secara mandiri. Perlu berfikir ulang tentang praktik-praktik pembelajaran yang telah dilaksanakan. Apakah praktik pembelajarannya sudah berjalan secara optimal dan sesuai tuntutan zaman. Hal tersebut dilakukan agar memunculkan inovasi.
“Guru yang profesional dituntut mengajar setiap hari harus mampu meningkatkan kualitas layananan. Bagaimana guru bisa melayani murid dan masyarakat secara profesional,” kata dia.
Dalam menjalankan perannya, guru harus mampu menjalankan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang inovatif. Inovasi yang dilakukan mencakup pada model pelaksanaan pembelajaran. Apalagi di saat pandemi seperti saat ini, tekanan dan perubahan dalam praktik pembelajaran sangat besar.
“Maka guru diharapkan bisa berkolaborasi dengan guru yang lain dalam meningkatkan inovasi pembelajaran,” tuturnya.
Merancang model kegiatan pembelajaran aktif merupakan kunci. Guru diharapkan bisa lebih banyak membuat model kegiatan yang berbasis pada proyek atau pemecahan masalah yang melibatkan daya penemuan, integrasi, kooperasi, dsb.
Hanya saja, permasalahan yang sering ditemukan pada praktik PTK adalah masih banyaknya guru yang berpikir bahwa menjalankan PTK bertujuan untuk kenaikan pangkat.
“Jadi mereka kurang berorientasi pada proses, hanya fokus pada hasil. Kemudian guru juga memiliki tendensi menyajikan PTK dalam bentuk kuantitatif, padahal seharusnya disajikan dalam bentuk kualitatif,” imbuh dia.
Sementara itu, pembicara kedua Angga Teguh Prasetyo, M. Pd, dosen UIN Malang, menjelaskan tentang materi terkait best practice guru dalam pembelajaran daring.
Saat pelajaran daring, menurut Angga, para guru menghadapi masalah utama yaitu pemerataan materi antara siswa satu dan lain yang sulit bisa dilakukan.
“Hal ini karena faktor kemampuan jaringan di mana siswa berada tidak sama. Banyak siswa yang stres dan mengalami kecemasan sangat tinggi akibat pembelajaran yang kurang kondusif,” kata dia.
Maka untuk itu, salah satu cara yang baik adalah membangun interaksi komunikasi yang manusiawi antara guru dan siswa. Misalnya, tetap mengupayakan bisa guyon dan tetap embangun komunikasi yang cair, serta memberikan pembelajaran yang efektif.
Di akhir acara, salah satu peserta M. Kafabi mengatakan sangat senang dengan acara tersebut. Karena memberi wawasan yang penting bagi dirinya terutama soal pembelajaran.
“Selama ini kita memang kesulitan dalam mengajar, dam tadi kita diberikan prinsip-prinsipnya yang penting buat kita,” kata dia.