BOJONEGORO, Tugujatim.id – Seorang guru Taman Kanak-Kanak (TK) di sebuah desa kecil di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur berhasil mencuri perhatian lewat karyanya. Tatik (51) menciptakan motif batik unik yang diberi nama Kembang Sambiloto.
Tatik mengaku tertarik pada dunia batik sejak lama, terutama berurusan dengan motif dan cerita di balik motif kain tradisional tersebut. Ketertarikannya itu semakin mendapat kesempatan, saat suatu waktu mendapat tawaran pelatihan membatik.
“Dulu ngontel. Karena memang ingin mempunyai teman banyak dan berkreasi untuk menghasilkan karya,” kisah Tatik.
Hingga akhirnya dari pelatihan tersebut berdirilah kelompok dengan mengajak keluarga, tetangga dan teman untuk belajar membatik bersama-sama. Seiring berjalannya waktu, setiap karya yang dihasilkan berusaha dijajakan kepada pembeli untuk sekaligus memperkenalkan kepada khalayak.
Namun, saat Pandemi Covid-19 tidak mendapat pemasukan, karena barang yang dihasilkan tidak terjual. “Kelompok juga sempat bubar mas. Karena tidak pemasukan sama sekali,” terangnya.
![Guru TK di Bojonegoro Ciptakan Motif Batik Kembang Sambiloto, Karyanya Mendunia 2 Batik Kembang Sambiloto](https://tugujatim.id/wp-content/uploads/2024/06/batik_bojonegoro.jpg)
Kabar baik menghampirinya, saat mendapat informasi dari Pemerintah Desa setempat bahwa PF Pertamina EP Field Sukowati memberikan dampingan dan pelatihan untuk pengembangan ekonomi masyarakat desa. Saat itu diberi pelatihan, modal dan pemasaran.
“Untungnya kita dapat angin segar. Dapat bantuan juga pendampingan untuk bisa bangkit lagi,” terangnya.
Kecintaannya pada batik semakin mendalam ketika Tatik menjadi guru TK di desanya. Ia melihat bahwa anak-anak tidak hanya perlu diajari membaca dan menulis, tetapi juga diperkenalkan pada kekayaan budaya lokal. Karena itu kemdudian diperkenalkan butik tulis lewat kelas kepada anak-anak dan masyarakat lainnya.
“Membuat kelas batik kepada anak sekolah. Menularkan pengetahuan budaya batik,” tandasnya.
Inpirasi motif Batik Tulis kembang Sambiloto
Inspirasi motif batik Kembang Sambiloto berasal dari tanaman Sambiloto, yang banyak tumbuh di desa. Sambiloto sendiri dikenal dengan khasiatnya sebagai obat herbal dalam pengobatan tradisional. Tanaman Sambiloto memiliki bunga indah dan unik, yang kemudian menjadi inspirasi Tatik menjadikan sebagai motif batik.
“Banyak tumbuh di sekitar kita yang namanya Sambiloto itu, mengambil nilai filosofi dari daun sambiloto yang bisa dijadikan obat. Selain itu Kelompok batik Sambiloto mengenalkan desa juga produk batiknya,” terangnya.
Proses produksi awal batik motif Kembang Sambiloto membutuhkan waktu berbulan-bulan dari mengamati bentuk dan struktur bunganya. Berbagai sketsa dibuat hingga menemukan pola yang tepat.
Selama proses tersebut, Tatik melibatkan murid-muridnya. Anak-anak didiknya diajak untuk mengenal tanaman Sambiloto, menggambar bentuk-bentuk bunga, bahkan mencoba membuat batik sederhana.
“Kami ingin anak-anak tidak hanya mengenal budaya batik, tetapi juga memahami pentingnya alam dan tanaman lokal. Dengan cara ini, mereka belajar mencintai dan melestarikan warisan budaya dan lingkungan mereka sendiri,” ujarnya.
Motif Kembang Sambiloto mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan. Pemerintah Daerah Kabupaten Bojonogoro memberikan apresiasi kepada Tatik atas usahanya melestarikan budaya lokal. Motif tersebut juga dipamerkan dalam berbagai acara kebudayaan, termasuk festival batik nasional.
“Alhamdulillah kita sudah punya hak paten merk batik kembang Sambiloto. Serta hak cipta 9 motif batik khas Bojonegoro,” terangnya.
Saat ini kelompok sanggarnya telah menjadi salah satu outing kelas batik di Bojonegoro bagi pelajar. Karya batiknya juga semakin dikenal, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi merambah pasar internasional.
Tatik berharap dapat mengajarkan teknik membatik dan memperkenalkan motif ini kepada lebih banyak orang, terutama generasi muda. Sehingga seni batik tidak hanya dilestarikan, tetapi juga terus berkembang dan berinovasi.
“Kami ingin batik Kembang Sambiloto menjadi salah satu simbol kekayaan budaya Bojonegoro. Melalui batik, kita bisa menceritakan banyak hal tentang sejarah, alam, dan kehidupan sehari-hari kita. Saya berharap motif ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus berkarya dan mencintai budaya kita,” katanya.
Sementara itu, SM Relation Regional 4 Pertamina EP, Erika Fitri menyampaikan perusahaannya selalu berupaya memberikan nilai manfaat semaksimal mungkin kepada pemangku kepentingan, termasuk masyarakat di sekitar wilayah operasi. Perusahaan ingin operasi Migas memberikan multiplier effect termasuk pengembangan ekonomi dan kemandirian masyarakat berbasis potensi lokal.
“Saya sangat bangga saat ini ibu-ibu anggota kelompok memiliki kegiatan produktif dan bisa mendukung perekonomian keluarga,” sambungnya.
Kegiatan ini juga mendorong masyarakat untuk guyub dan rukun sehingga menjadi modal social dimana mereka saling tolong menolong satu dengan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter: Mochamad Abdurrochim
Editor: Darmadi Sasongko