SURABAYA, Tugujatim.id – Salah satu warga Surabaya bernama Haniyah tiba-tiba terbangun dari tidurnya karena tidak kuat menahan perutnya yang kesakitan Jumat (30/07/2023), sekitar pukul 04.00. Ya, dialah salah satu korban keracunan massal di Surabaya saat itu.
“Pas Subuh, merasakan muntah, mual, berak, perut sakit sampai pukul 09.00. Kalau nggak salah sudah dua puluh kali (BAB). Sampai saya ke kamar mandi nggak bisa jalan. Kayak di lantai itu nggak kuat, akhirnya kececeran,” kata Haniyah.
Mendengar kabar bahwa para tetangga juga merasakan hal yang sama, ditambah rasa sakit yang tidak kunjung mereda akhirnya keluarganya menuju puskesmas terdekat, Tanah Kalikedinding, untuk mendapatkan perawatan intensif.
“Anak saya ngasih tahu kalau warga di sini juga pada sakit semua. Pas Magrib ada ambulans yang masuk, terus ada petugas kesehatan yang memeriksa akhirnya saya dibawa ke Puskesmas Kalikedinding,” imbuhnya.
Baca Juga: Maling Motor Berkeliaran di Bangil Pasuruan, Wanita asal Pogar Jadi Korban saat Beli Busana Muslim
Dengan mata terpejam sembari memegang perutnya, Haniyah menceritakan kembali bagaimana dia menahan rasa sakitnya.
“Kalau ada kayak gini lagi, gimana ya trauma. Sampai kemarin saya tuh sampai berpikiran. Ya Allah, kenapa nggak sekalian mati. Saking saya nggak kuat menahan sakit,” ucapnya.
Sedikit lega, bahwa putranya yang masih berusia 10 tahun ikut menjadi korban keracunan massal tidak memiliki kondisi berat sehingga bisa menjalani rawat jalan di rumah.
“Ada anak saya yang kecil, umur 10 tahun tapi dia rawat jalan sudah sembuh,” tuturnya.
Haniyah hanya bisa terlentang lemas dan beristirahat di atas bangsal Puskesmas Tanah Kalikedinding sejak Jumat malam (29/06/2033) hingga Senin (03/07/2023).
“Sekarang sudah pulang, tapi masih lemas dan berak sudah agak mending tapi kalau minum atau makan masih ndak kuat, pusing,” ungkapnya.
Dia tidak menyangka, hanya hitungan beberapa jam setelah asyik menyantap sate justru hal tak terduga terjadi. Tidak hanya menimpa dirinya, tapi juga sebagian besar orang-orang di lingkungan rumahnya.
Malam hari sebelumnya, dia merasa senang dapat menikmati olahan makanan daging kurban bersama dengan para tetangga. Guyup rukun dan kompak, menurut dia, sudah menjadi ciri khas dari warga yang tinggal di Kalilom Lor Gang Seruni II, Kenjeran Surabaya. Kekompakan itu tertular bukan hanya ketika senang, tapi juga saat susah.
“Saya akui, kalau ada yang sakit dan lahiran pasti pada bantu,” jelasnya.
Padahal, kegiatan masak dan makan bersama di perayaan Hari Raya Iduladha selalu dinantikan setiap tahun oleh para warga setempat. Namun, setelah adanya kejadian seperti ini tampaknya cukup menciptakan rasa trauma untuk kembali menggelar kegiatan yang serupa di tahun mendatang.
“Kan sehabis kurban, disembelih dibagikan ke warga habis itu ada sisa daging untuk masak-masak dan makan bersama. Biasanya memang gitu. Alhamdulillah, sudah 20 tahunan berjalan,” bebernya.
Dari pengakuannya, sebagian besar warga yang jadi korban keracunan massal mengalami sakit setelah mengonsumsi sate dengan bumbu jadi dari juru masak.
“Biasanya itu, kalau ada masakan gini dimasak bareng-bareng. Tapi kemarin tidak, jadi di-handle satu orang. Setelah bumbu jadi, dia panggil ibu-ibu yang lain untuk iris daging dan tusuk sate gitu. Bumbu dia yang handle. Daging juga kami bagikan ke Seruni Gang 1,” jelas Haniyah.
Hal ini juga selaras dari pengakuan Agus Suyono, ketua RT 12 RW 04, yang memaparkan laporan warga. Di mana sebagian besar korban keracunan massal mengalami sakit setelah makan sate hewan kurban.
“Kalau dari laporan warga kebanyakan setelah makan sate. Tapi, kami kan belum tahu dari daging atau bumbunya. Makanya kami butuh data yang akurat,” ujarnya.
Writer: Izzatun Najibah
Editor: Dwi Lindawati