MOJOKERTO, Tugujatim.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kelas I Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, menelurkan rilis beberapa daerah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem.
Beberapa daerah tersebut di antaranya Kota Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kota Malang, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jember, Kabupaten Kediri, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Batu, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk, dan Kabupaten Ponorogo.
Beberapa daerah tersebut, menurut keterangan BMKG, berpotensi terjadi bencana hidrometeorologi (hujan lebat, tanah longsor, puting beliung, hujan es, dan genangan air) pada periode 7 Juli hingga 13 Juli 2023.
Meski wilayah Kabupaten Mojokerto tidak tertulis dalam keterangan BMKG, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap segala kemungkinan perubahan cuaca.
“Dari laporan BMKG memang belum terlihat Kabupaten Mojokerto masuk dalam keterangan tersebut. Tapi bukan berarti harus kendor, tetap waspada tentunya,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto, Abdul Khakim, pada Minggu (9/7/2023).
Khakim menambahkan, meski belum masuk daftar daerah berpotensi bencana hidrometeorologi, beberapa kawasan di Kabupaten Mojokerto terpantau sempat mengalami hujan. Hal ini tentu menjadi anomali saat masuk musim kemarau.
“Beberapa hari terakhir memang sempat terjadi hujan, padahal musim kemarau. Kami kira itu masih masuk tahap wajar. Musim kemarau bukan artinya tidak ada hujan sama sekali,” tambah Khakim.
Dengan demikian, Khakim mengingatkan bencana hidrometeorologi bisa saja mengintai 18 kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Termasuk, beberapa kecamatan turut berpotensi mengalami bencana longsor.
Setidaknya, terdapat lima kecamatan yang masuk kategori rawan bencana longsor. Daerah tersebut adalah Pacet, Trawas, Jatirejo, Gondang, dan Ngoro. “Bahkan lima kecamatan yang sudah disebutkan tadi rawan bencana longsor,” beber Khakim.
Selain itu, upaya mitigasi juga ditempuh BPBD Kabupaten Mojokerto bersama elemen masyarakat. Sosialisasi, simulasi, hingga alat deteksi dan peringatan bencana sudah dipasang di beberapa tempat.
“Kami gandeng seperti kelompok relawan atau elemen masyarakat lain. Juga beberapa alat deteksi bencana terpasang di beberapa daerah yang berkategori rawan,” tandas Khakim.
Reporter: Hanif Nanda
Editor: Lizya Kristanti