Tugujatim.id – Apakah kamu berencana untuk bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di Taiwan? Sebelum kamu mengambil keputusan tersebut, ada beberapa hal penting yang perlu kamu perhatikan. Mulai dari persyaratan biaya yang harus dipenuhi hingga risiko kerja yang mungkin kamu hadapi, pemahaman yang baik tentang proses kerja di Taiwan sangatlah penting.
Dalam artikel ini, kami akan memberikan informasi yang perlu kamu ketahui agar dapat mempersiapkan diri dengan baik dan menghadapi tantangan sebagai TKI di Taiwan dengan lebih siap.
Biaya Apa Saja yang Diperlukan untuk Kerja di Taiwan?
Berdasarkan Indonesia proposes employment fee policy to Taiwan, Taipei Times, biaya-biaya yang dibutuhkan oleh TKI yang ingin kerja di Taiwan adalah tiket pesawat pulang-pergi, biaya visa, biaya jasa perantara, biaya verifikasi kontrak kerja, biaya tempat tinggal sebelum berangkat dari Indonesia, biaya pembuatan paspor, tes Covid-19, cek kesehatan, dan sertifikat catatan kriminal.
Baca Juga: Simak! 4 Tempat Wisata di Dubai yang Wajib Dikunjungi
Usulan kebijakan ini dibuat untuk membantu melindungi TKI agar tidak kena biaya yang terlalu banyak. Meski begitu, ada perbedaan pendapat soal biaya tempat tinggal yang diusulkan karena Jakarta tidak menentukan standar kualitas dan durasi tempat tinggal. Kementerian Ketenagakerjaan bakal terus diskusi buat ngebahas empat jenis biaya lainnya yang diperlukan.
Berapa Minimum Gaji Kerja di Taiwan? Ternyata Segini!
Gaji TKI kerja di Taiwan telah mengalami kenaikan setelah revisi upah minimum yang berlaku sejak 1 Januari 2023. Upah minimum naik dari NTS25.250,00 menjadi NTS26.400,00 per bulan. Selain itu, ada perkiraan upah TKI sektor domestik di Taiwan pada 2020 sekitar NT$20.222, dengan mengikuti pertumbuhan upah minimum Taiwan dari 2015 hingga 2019 sebesar 5% dan 2020 sebesar 3%.
Perkiraan tersebut menunjukkan peningkatan upah TKI sektor domestik sebesar 3,4% per tahun, mencapai sekitar NT$20.093 pada 2020 jika mengikuti tingkat pertumbuhan rata-rata indeks harga konsumen Taiwan dari 2015 hingga 2020 sebesar 3,4%.
Selain itu, ada rencana kenaikan upah minimum bulanan bagi tenaga kerja asing yang berprofesi sebagai asuh dan pembantu rumah tangga di Taiwan dari NTS17.000 menjadi NTS20.000.

Perundingan antara Taiwan dan Indonesia telah mencapai kemajuan, mengingat Indonesia merupakan negara asal sebagian besar tenaga kerja asing di Taiwan. Rencana ini akan diajukan ke komite manajemen dana keamanan kerja Kementerian Ketenagakerjaan sebelum kenaikan upah secara resmi diperkenalkan.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan TKI, serta memastikan bahwa mereka diperlakukan secara adil dan mendapatkan gaji yang layak atas pekerjaannya.
Harapannya masyarakat dapat memahami bahwa gaji TKI kerja di Taiwan telah meningkat dan ada perkiraan upah berdasarkan berbagai faktor. Rencana kenaikan upah minimum sedang dibahas untuk meningkatkan kondisi dan perlindungan tenaga kerja asing. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik, di mana TKI diperlakukan secara adil dan mendapatkan gaji yang pantas.
Resiko Kerja di Taiwan dan Pengalaman Para TKI
Jika berbicara tentang risiko TKI kerja di Taiwan, penting untuk diingat bahwa semua pekerjaan pasti memiliki risikonya sendiri. Dalam konteks ini, menjadi TKI di Taiwan juga melibatkan sejumlah tantangan dan pengalaman yang mungkin berbeda bagi setiap individu. Meski begitu, ada beberapa pengalaman yang dapat memberikan wawasan mengenai dinamika kerja dan tantangan yang dihadapi oleh para TKI di Taiwan.
Dalam diskusi mengenai pengalaman menjadi TKI di Taiwan, ada berbagai cerita yang diungkapkan melalui platform Quora. Salah satunya adalah mengenai pentingnya menguasai bahasa Mandarin agar dapat berkomunikasi dengan baik di Taiwan.

Para TKI juga menghadapi tantangan dalam mencari pekerjaan, seperti harus membeli lowongan pekerjaan dari broker agar mendapatkan kontrak kerja resmi. Beberapa TKI juga menghadapi kesulitan terkait hak-hak pekerja, seperti kesulitan mendapatkan cuti meski telah diatur dalam kontrak kerja.
Pengalaman lainnya datang dari seorang pekerja pabrik yang mengungkapkan bahwa penghasilan yang diterima masih mengalami potongan dan dia mengalami pemulangan dini dengan alasan tertentu.
Dia juga membagikan pengalaman tentang perubahan negatif dalam perlakuan majikan, termasuk ketidakadilan dalam pembagian biaya makan siang. Bagi mereka, pengalaman menjadi TKI di Taiwan bukanlah hanya tentang pekerjaan, tapi juga melibatkan adaptasi dengan perbedaan budaya, adat istiadat, dan bahasa yang berbeda.

Di sisi lain, ada juga pengalaman yang menyatakan keinginan untuk pulang karena adanya ketidakpuasan dengan sifat pelit majikan yang semakin bertambah. Beberapa TKI merasakan bahwa mereka harus membeli sendiri makan siangnya meski seharusnya biaya makan siang termasuk dalam tanggung jawab majikan.
Pengalaman ini menyoroti perubahan dalam hubungan antara TKI dan majikan, yang mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi atau perubahan dinamika keluarga majikan.
Baca Juga: Inspirasi Korean Blouse Elegan ala Selebriti, Outfit Kece buat Kamu Ngantor atau Kuliah!
Secara keseluruhan, pengalaman TKI di Taiwan mencerminkan tantangan komunikasi, keterbatasan hak dan perlindungan, serta perubahan dalam perlakuan majikan. Pengalaman-pengalaman ini memberikan wawasan mengenai berbagai aspek kehidupan kerja TKI di Taiwan dan memperlihatkan bahwa pengalaman setiap individu dalam bekerja di luar negeri dapat berbeda-beda.
Artikel ini harapannya mampu memberikan informasi yang berguna bagi calon TKI Taiwan dan TKI yang sedang atau pernah bekerja di sana. Dengan pemahaman yang baik tentang biaya, gaji, dan risiko kerja, kamu dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik dan memaksimalkan pengalaman kerja di Taiwan.
Writer: Rizal Kautsar (Magang)
Editor: Dwi Lindawati-Imam A. Hanifah