TUBAN, Tugujatim.id – 1.000 tahun silam, di pesisir utara Pulau Jawa, beragam jenis kapal dari penjuru negeri hilir mudik ke sana kemari. Ramai. Riuh. Nama tempat itu adalah Tuban. Kota pesisir di ujung timur Pulau Jawa yang begitu maju dengan pelabuhan besarnya yang mendukung perdagangan masa itu. Nama Pelabuhan Tuban pun menjadi terkenal dan tercatat di catatan-catatan sejarah.
Mengutip dari beragam sumber sejarah, Pelabuhan Tuban merupakan tempat bersejarah masa-masa kerajaan di Jawa, khususnya Jawa Timur. Tapi, roda terus berputar. Pelabuhan Tuban yang dulunya megah pada masanya itupun pada akhirnya harus meredup, dan sekarang hilang dimakan zaman.
Dalam buku berjudul “Catatan Sejarah 700 Tahun Tuban” karya R Soepomo yang juga mengutip kitab Pararaton, menjelaskan bahwa Pelabuhan Tuban sudah ada sejak masa Raja Airlangga, raja sekaligus pendiri Kerajaan Kahuripan. Yakni antara tahun 1019-1041.
Masih dalam buku yang sama, Raja Airlangga merupakan penguasa wilayah termasuk daerah Tuban. Ia mengatur pemerintahannya dengan rapi dalam hal perniagaan.
Untuk perdagangan antar pulau di Nusantara, tercatat dipusatkan di Pelabuhan Ujung Galuh. Sedangkan untuk pelabuhan internasional, dipusatkan di Pelabuhan Tuban.
Untuk mendapatkan keamanan dan mendapat kebebasan membayar pajak, para saudagar yang berlabuh di Pelabuhan Tuban mendapatkan cap stempel Murkha dari Kerajaan Kahuripan. Bukti itu tertulis di prasasti Kambang Putih yang berada di Kota Tuban saat ini.
Sementara iitu, dalam buku Sultan Fattah Abdur Rahim mencatat Pada awal tahun 1275 M, keberadaan Pelabuhan Tuban sangat berperan penting dalam berdirinya kerajaan.
Di mana menurut catatan, Pelabuhan Tuban didatangi utusan dari Kubilai Khan yang bernama Meng Qi. Utusan Kubilai Khan datang ke Jawa bertujuan untuk menyampaikan pesan agar kerajaan Singosari yang dipimpin oleh Raja Kertanegara tunduk ke Kubilai Khan.
Namun usaha itu gagal karena Raja Kertanegara menolak permintaan itu, dan merusak wajah Meng Qi beserta memotong telinganya.
Mengetahui hal itu, Kubilai Khan sangat marah atas pelecehan tersebut. Kemudian Pada tahun 1292 M, Kubilai Khan mengerahkan pasukannya secara besar-besaran ke Jawa untuk menuntut balas dendam yang dipimpin oleh tiga panglima perang yaitu, Ika Mese, Shi Bi, dan Gaoxing. Sampainya pasukan Kubilai Khan di Jawa dibagi menjadi dua bagian, ada yang berlabuh lewat Pelabuhan Tuban dan sebagiannya berlabuh di Pelabuhan Gresik.
Pelabuhan ini juga pasukan Tartar berhasil dipukul mundur oleh pasukan Raden Wijaya. Yang berhasil dikalahkan oleh Raden Wijaya dengan diracun memakai pohon Jinu yang mampu memabokkan, kemudian diserang dengan keadaan tidak sadar. Tetapi sebagian dari pasukan Kubilai Khan berhasil kembali ke Mongol.
Raja Kertanegara Pada tahun 1292 akhir mempunyai keinginan untuk mempersatukan Nusantara. Melihat kekuasaannya yang sudah kuat di Jawa, Ia menugaskan Kebo Anabrang sebagai pemimpin dalam ekspedisi tersebut. Ekspedisi tersebut bernama Ekpedisi Pamalayu, karena ingin mempersatukan daerah Melayu yang notabenya adalah Nusantara.
Kebo Anabrang mempersiapkan pasukannya untuk memulai Ekpedisi Pamalayu di mulai dari Pelabuhan Tuban yang peristiwa tersebut diabadika dalam prasasti yang dibangun pada tahun 2010 oleh Bupati Tuban.
Dari beberapa tersebut dapat disimpulkan bahwa Pelabuhan Tuban sudah ada sejak abad ke-11.
Lalu, yang menjadi pertanyaan, kenapa Pelabuhan Tuban hilang? Kemudian kapan hilangnya?
Hal tersebut sangat sulit dilacak. Namun, setidaknya ada beberapa sumber literasi sejarah yang dapat dibuat pijakan dalam penelusuran.
Masih dalam buku Catatan Sejarah 700 Tahun Tuban dan beberapa sumber yang dikumpulkan Tugu Jatim, kejayaan Tuban berangsur-angsur padam dimulai dari masa Majapahit akhir abad 15. Hal itu disebabkan oleh keadaan yang berbalik.
Sumber Cina menyebut bahwa Tuban telah berubah sebagai sarang lanun, perompak, atau bajak laut. Kapal-kapal dagang lebih memilih singgah di Gresik dan Surabaya yang kondisinya kini lebih kondusif.
Penyebab lain adalah ekspansi militer Mataram, yang merupakan negara agraria, yang mengubur kota-kota pelabuhan makmur berbasis maritim di Jawa timur. Pada awal peperangan, Tuban, Surabaya dan aliansinya terbilang amat tangguh dan sulit ditaklukkan. Strategi sultan Agung berhasil mengganggu komunikasi musuh yang berujung pada terpecah belahnya kepercayaan anggota aliansi tersebut.
Sultan agung di tahun 1614 M, menyerang habis-habisan berhasil memukul mundur lasem sehingga wilayah Wira Saba (Maja Agung) Setahun berikutnya, berturut-turut Pasuruan dan Tuban berhasil dikalahkan.
Setelah kekalahan Tuban dan bergulingnya Adipati Tuban Pangeran Arya Dalem (Trah Raden Dandang Wacono). Hirarki kepemimpinan Tuban ditentukan Mataram. Di sinilah Pelabuhan Tuban benar-benar meredup. Hingga memasuki masa Kolonial Belanda, Pelabuhan Tuban akhirnya mengalami stagnasi dan menghilang.
(Agus Set/gg)