Jelang Ciputra Film Festival 2023, INARA Anjangsana Hadir di Rumah Budaya Sidoarjo

Pemutaran film Omah Omah di Rumah Budaya Sidoarjo, pada Sabtu (25/3/2023). Foto: Izzatun Najibah/Tugu Jatim

SIDOARJO, Tugujatim.id Universitas Ciputra melalui Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) menggelar screening film bertajuk “INARA Anjangsana”, di Rumah Budaya Malik Ibrahim Sidoarjo, Jawa Timur, pada Sabtu (25/3/2023) malam.

Kegiatan tersebut merupakan bagian dari serangkaian promosi Ciputra Film Festival (CFF) 2023, kompetisi film fiksi dan dokumenter.

“Ciputra Film Festival adalah sebuah festival film pendek terutama untuk pelajar dan mahasiswa yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Ciputra Surabaya sebagai ajang apresiasi, edukasi serta kolaborasi sineas muda dengan berfokus pada nilai-nilai integritas, profesionalisme, dan entrepreneurship,” kata Ketua Pelaksana CFF 2023, Gagastama Nangleres Wiryawan kepada Tugujatim.id.

Ketua Pelaksana CFF 2023, Gagastama Nangleres Wiryawan membuka acara roadshow screening film di Rumah Budaya Sidoarjo, pada Sabtu (25/3/2023). Foto: Izzatun Najibah/Tugu Jatim

Memasuki tahun kedua pelaksanaan CFF, pria yang akrab disapa Gagas tersebut menuturkan bahwa terdapat program baru pada gelaran CFF 2023. “Kalau tahun lalu, kita ada talkshow, screening dan awarding, untuk tahun ini kita ada roadshow, expert session, sama community forum,” ujarnya.

Untuk kegiatan roadshow, selain di gelar di Kota Sidoarjo dan Surabaya, Fikom UC juga menyambangi Kota Mojokerto sebagai kota tujuan.

“Kalau roadshow, jadi salah satu program pre-festival kami untuk silaturahmi kepada sineas-sineas muda di kota tersebut, sekalihus promosi CFF 2023,” tambahnya.

Sementara itu, expert session merupakan ajang talkshow bersama para expert terkait kiat-kiat dalam dunia perfilman seperti manajemen produksi film, pemasaran, dan jenjang karir sineas.

Sedangkan untuk community forum adalah ajang silaturahmi, membangun relasi antarkomunitas film di setiap kota. Sama halnya dengan tahun lalu. CFF 2023 tetap menggelar screening film dan awarding bagi film-film fiksi serta dokumenter terpilih.

Mengusung tema INARA, Gagas mengungkapkan, sebagai harapan baru bagi para sineas muda untuk tetap dapat berkolaborasi serta mampu berkontribusi dan membangun ekosistem dunia perfilman Indonesia yang lebih baik.

“CFF bermaksud untuk menjadikan festival ini sebagai cahaya harapan bagi sineas muda untuk berkembang dan berkolaborasi. Apalagi kita sudah melewati berbagai rintangan dari pandemi sampai isu-isu sosial. Jadi CFF ingin membangkitkan kembali semangat para sineas muda,” pungkasnya.

Kali ini, roadshow kedua berada di Kota Sidoarjo, screening film dan diskusi ringan bersama para pelaku seni komunitas film di Kota Udang, pada Sabtu (25/3/2023) malam.

Acara pemutaran dan diskusi film ini menayangkan Lansia lan Sopo yang diproduksi oleh Komunitas Mufis Sidoarjo, lalu Omah Omah produksi Audiovisual Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta, serta Sliyut karya Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Ciputra.

Lansia lan Sopo menceritakan tentang prinsip yang dipegang oleh seorang kakek tua bernama Mbah Kusno. Teguhan Mbah Kusno yang enggan menerima sogokan untuk mencoblos calon kepala desa. Suara Mbah Kusno yang dianggap penting, berbagai cara dilakukan oleh tim sukses untuk mendapatkan suara Mbah Kusno termasuk rela membantu cucu Mbah Kusno, Budi mencari Jamal yang dikira seseorang. Padahal Jamal sendiri merupakan ayam peliharaan Mbah Kusno. Film ini berhasil mendapatkan cerita film terpilih melalui Komisi Pemberantasan Korupsi.

Sementara Sliyut menceritakan tentang seorang pria yang dipanggil Vin. Dia mengalami fase dilema bingung memilih antara kerja atau segera menikahi sang kekasih. Suatu malam, sehabis lembur, Kevin mengalami kejadian horor, lift yang selalu berhenti dj lantai 12. Tuntutan pacar yang ingin segera menikah selalu menghantuinya. Film ini merupakan salah satu nominasi yang masuk dalam CFF 2022.

Suasana screening film bertajuk “INARA Anjangsana”, di Rumah Budaya Malik Ibrahim Sidoarjo, Jawa Timur, pada Sabtu (25/3/2023) malam. Foto: Izzatun Najibah/Tugu Jatim

Omah Omah, mempelihatkan kehidupan keluarga besar yang hidup dalam satu atap rumah kontrakan. Masalah demi masalah selalu dihadapi oleh keluarga, mulai dari bayar kontrakan, token listrik, hingga masak memasak. Semua permasalahan yang mereka hadapi berlatar belakang dari sulitnya ekonomi. Amarah mulai memuncak ketika pemilik kontrakan mulai mengusik. Ramainya suasana dalam satu atap yang dihuni oleh tiga kepala rumah tangga tak mengurangi balutan kasih sayang satu sama lain. Film ini diproduksi oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Ciputra.