TUBAN, Tugujatim.id – Menjelang Idul Adha 1443 H/2022 perajin tusuk sate di Kelurahan Perbon, Kecamatan Tuban banjir orderan. Bahkan pesanan meningkat hingga 50 persen. Di Kampung Tusuk Sate tersebut kurang lebih ada 30 keluarga yang memproduksi tusuk yang terbuat dari bambu.
Dalam momentum kali ini, perajin mampu membuat 50 ikat tusuk sate dengan cara manual dalam sehari. Cara tersebut tidak secepat mesin, karena prosesnya lebih lama dan butuh ketelatenan.
Untuk menghasilkan seikat tusuk sate, sebatang bambu harus dipotong kecil. Kemudian, dipotong lagi menjadi beberapa bagian kecil menggunakan parang atau bendo. Selanjutnya, bambu dihaluskan dan diruncingkan.
Sebelum diambil agen, tusuk sate masih harus dijemur selama sehari penuh untuk menghindari jamuran. Sri Rejeki (39) adalah salah satu pembuat tusuk sate yang masih eksis hingga sekarang. Ia bersama ibunya Sumarni (60) di Idul Kurban kali ini telah menerima pesanan 100 ikat dari toko terdekat.
“Satu ikat tusuk sate kita jual Rp 1.000. Biasanya para agen yang datang ke rumah, sehingga kami fokus memproduksinya,” ujar Sri Rejeki.
Dia mulai belajar membuat tusuk sate saat usianya belasan tahun dari ibunya. Keahlian tersebut merupakan warisan keluarga dan mampu menjadi penghasilan harian keluarganya.
“Sejak kecil lihat ibu buat tusuk sate. Jadi, awalnya bantu-bantu dan sekarang sudah mahir,” katanya.
Untuk memproduksi tusuk sate, dalam sepekan keluarga Sri Rejeki membutuhkan 20 batang bambu yang dibelinya dari Kecamatan Semanding dan Merakurak. Untuk pemasarannya menyasar Kecamatan Palang, Tuban Kota, Jenu, dan Merakurak.
Satu batang bambu, dibeli seharga Rp 25.000. Kadang pula saat kondisi bambu sulit didapatkan harganya naik sampai Rp 35.000 per batang.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim