Malang -Terus naiknya jumlah pasien COVID-19 di Kabupaten Malang membuat banyak rumah sakit kekurangan alat bantu pernafasan atau ventilator oksigen.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Malang, Arbani Mukti Wibowo. Ia mengatakan jika yang penuh saat ini bukanlah ruangan, melainkan alat bantu nafas atau biasa disebut ventilator.
“Sekarang yang jadi masalah adalah ventilator, karena banyak orang butuh ventilator itu kesulitan. Untuk saat ini yang punya ventilator hanya RSUD Kanjuruhan dan Wava Husada,” terangnya saat dikonfirmasi pada Sabtu (19/09/2020).
Baca Juga: 31 Penghuni Ponpes Al Izzah Kota Batu Positif COVID-19
Sebagai informasi, hingga saat ini jumlah pasien positif COVID-19 belum menunjukkan adanya penurunan di Kabupaten Malang. Berdasarkan laporan Dinas Kominfo Kabupaten Malang, per 18 September 2020 ini saja sudah tercatat 866 pasien dinyatakan positif COVID-19. Dengan rincian 754 pasien sembuh dan 55 lainnya meninggal dunia.
Sementara pasien suspek COVID-19 sejumlah 1.412 pasien, dengan rincian 338 pasien dirawat di rumah sakit, 152 pasien isolasi mandiri, 4 pasien di gedung observasi dan 918 sembuh.
Melihat masih banyaknya pasien COVID-19 tersebut, muncul isu jika rumah-rumah sakit rujukan COVID-19 di Kabupaten Malang mulai penuh dan kewalahan.
“Jadi, yang penuh itu bukan ruangannya tapi ventilatornya. Karena kota sementara hanya punya 4 ventilator, yaitu 2 di RSUD Kanjuruhan dan 2 di Wava Husada,” terangnya.
Padahal, Sebenarnya setiap rumah sakit rujukan harusnya minimal memiliki 1 ventilator. “Makanya kemarin saya memberanikan diri agar RS di Lawang meminjamkan ventilator ke RSUD Kanjuruhan,” ujarnya.
Baca Juga: Kasus COVID-19 Terus Meningkat, Khofifah Bakal Realisasi RS Lapangan Darurat di Malang
“Tujuannya agar busa menambah kapasitas pasien di RSUD Kanjuruhan,” imbuhnya.
Artinya, 3 RS rujukan lainnya seperti RS Prima Husada, RSI Gondanglegi dan RS Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) masih belum memiliki ventilator oksigen.
Arbani mengakui pihaknya memiliki keterbatasan untuk pengadaan ventilator oksigen. “Kita ada keterbatasan di situ, kalau kita beli ventilator dan dititipkan ke RS swasta nanti kita kena aturan,” jelasnya.
Dan harga satu ventilator oksigen sendiri ternyata tidaklah murah. “Harga ventilator itu tergantung ya, tapi yang kita punya sekitar Rp 700 juta – Rp 800 juta,” sebut pria yang mengawali karir sebagai dokter gigi ini.
Ditambah, ternyata Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Makatng ternyata tidak fokus kepada permasalahan tersebut.
“Kita sudah minta bantuan ke Pemkab, tapi kita fokusnya bukan di sana. Kita fokusnya ke pencegahan/preventif dan bukan kuratifnya,” paparnya.
Kepada tugumalang.id, partner Tugu Jatim, Arbani menjelaskan fungsi ventilator oksigen ini ternyata sangat vital bagi pasien COVID-19. “Ventilator ini fungsinya untuk pasien COVID-19 yang sesak nafas tidak hanya butuh bantuan oksigen, untuk penyerapan oksigen oleh pasien itu dibantu ventilator,” jelasnya.
“Jadi, bukan hanya kebutuhan oksigen yang biasa, tapi kebutuhan oksigen yang dibantu didorong dengan ventilator,” pungkasnya. (rap/gg)