SURABAYA, Tugujatim.id – Hidup di wilayah eks lokalisasi, tidak membuat pria yang akrab disapa Kang Semut ini berhenti menyebarkan semangat pendidikan, khususnya di bidang kesenian, kepada anak-anak. Kegiatan itu dia tekuni sejak 2017 lalu hingga sekarang.
Bangunrejo, Kelurahan Dupak, Kecamatan Krembangan. Pada tahun 1960-an, kawasan itu terkenal sebagai tempat prostitusi. Walau sudah tidak aktif sejak lama, tapi sematan itu masih saja melekat di benak banyak kalangan.
Melihat kawasan tempat tinggalnya yang masih saja terkenal dengan eks lokalisasi, membuat Kang Semut tidak ingin anak-anak di lingkungan sekitarnya merasakan trauma yang mendalam. Karena itu, dia lebih fokus bergerak di bidang pendidikan untuk anak-anak.
“Tempatku tinggal, Bangunrejo itu dulu tempat eks lokalisasi. Di mana punya dampak besar terhadap anak-anak karena mereka adalah generasi masa depan. Jadi yang harus diselamatkan dulu adalah anak-anak,” katanya.
Dia tidak seperti guru formal pada umumnya. Tak ada pelajaran matematika, IPA, IPS, atau bahkan agama yang diajarkan. Bagi dia, belajar kepekaan sosial yang mesti ditularkan pada anak-anak di lingkungannya.
“Saya ngajarin anak-anak tari tradisional, khusunya remo. Dengan menggandeng banyak anak muda untuk membantu menjadi pelatih, mereka ngajari tentang teater, musik, film, literasi, jurnalistik, fotografi, bikin karya batik, topeng menggambar,” ucapnya.
Saat ini, setidaknya ada sekitar 30-an orang yang berhasil dia ajak untuk membantu mengajar 60 siswanya. Tanpa embel-embel upah, Kang Semut mengaku tidak pernah memaksa mereka untuk turut terlibat secara sukarela.
“Dulu ditanggung swadaya oleh Paseduluran Jati (kelompok sosial yang dia tekuni). Tapi karena pandemi, ekonomi kami terdampak jadi tidak memaksa teman-teman yang melatih untuk nyumbangno awake dewe (sukarela). Ya, semoga sekarang bisa bekerja sama dengan banyak pihak,” ucapnya.
Tak Pungut Biaya, Pelatihan Diberikan Gratis
Selain itu, Kang Semut juga tidak pernah memberikan tarif kepada seluruh siswanya yang ingin belajar. Untuk mencukupi kebutuhan siswa dan pelatih, dia menggunakan dana pribadi hasil dari membuka toko kelontong, manggung teater, dan jualan udeng.
“Ya, 100 persen gratis. Saya kasih makan juga. Karena kaya bukan dihitung dari materi, kebahagiaan, kesenangan, ketenteraman, punya banyak saudara itu sudah kaya. Berbagi itu adalah hal yang menyenangkan,” paparnya.
Dalam memberikan pelatihan kepada anak-anak, semangat berkesenian yang fokus dia tularkan. Sejak muda, Kang Semut sendiri sudah aktif di dunia teater dan tari tradisional, terutama tari remo.
“Kami fokus ke tari remo karena saya orang Surabaya, jadi ingin melestarikan kesenian Surabaya. Memang remo tidak lahir di Surabaya, tapi dibesarkan di Surabaya,” terangnya.
Sejarah Pendirian Sanggar Seni Omah Nduwur
Dulu, tidak ada tempat yang tetap untuknya dan para pelatih ketika belajar. Sekarang, dia mendirikan semacam ruang belajar serbaguna yang dibangun di atas tempat tinggalnya, di lantai dua dengan nama Sanggar Seni Omah Nduwur. Sanggar tersebut kali pertama dia deklarasikan pada Minggu (26/02/2023).
Sanggar Seni Omah Nduwur bukan sebatas nama tempat, tapi sebagai komunitas seni yang sebenarnya sudah lahir sejak 2017. Bagi dia, pandemi Covid-19 membuat ruang gerak seni semakin menyempit. Bukan hanya dari faktor ekonomi, tapi juga pola pikir manusia.
“Selama ini ada yang menganggap bahwa kesenian itu musuhnya agama, padahal tidak. Akhirnya saya berpikir bahwa kita harus punya tempat yang independen. Sanggar ini dibuat saat pandemi pertama. Kalau latihan secara diam-diam karena nggak boleh kumpul dan saya harus mempertanggungjawabkan anak dengan orang tuanya,” ungkapnya.
Dengan terbukanya Sanggar Seni Omah Nduwur sebagai tempat belajar bagi anak-anak, pria yang merupakan lulusan jurusan hukum Universitas 17 Agustus Surabaya tersebut berharap akan ada banyak pihak yang membantunya, baik dari segi materiil maupun non-materiil.
“Setelah pandemi, saya berpikiran inilah waktu yang tepat untuk membuka diri, bisa bersinergi dengan seniman lain tapi tetap dengan ideologi masing-masing. Tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan banyak pihak,” ujarnya.