JAKARTA, Tugujatim.id – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia (RI) mendorong agar nantinya pendidikan di sekolah bisa menciptakan suasana yang menyenangkan serta menggembiran bagi siswa. Hal tersebut diyakini bisa tercipta jika profesionalitas seorang guru terbentuk.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur GTK Dikmen Diksus Kemendikbud, H Yaswardi pada kegiatan pelatihan jurnalistik dalam rangka Fellowship Jurnalisme Pendidikan 2021 yang diselenggarakan oleh Gerakan Jurnalis Peduli Pendidikan pimpinan Nurcholis MA Basyari atas dukungan CEO Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat, Kamis (28/1/2021).
Yaswardi dalam salah satu sesi pelatihan jurnalistik tersebut menyatakan bahwa Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak pendidikan yang patut diteladani. Di mana Ki Hadjar Dewantara yang hari lahirnya diperingati menjadi Hari Pendidikan Nasional tersebut mengibaratkan pendidikan merupakan sebuah “taman”.
“Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan. Oleh karena itu pendidikan haruslah menyenangkan dan menggembirakan,” tutur H Yaswardi pada para jurnalis penerima Fellowship Jurnalisme Pendidikan 2021 Batch 1 dalam sesi diskusi via Zoom.
Ia menyatakan bahwa untuk membangun ‘Pelajar Pancasila’ yang kritis dan kreatif harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Termasuk salah satunya yakni guru yang profesional dan memiliki kompetensi.
“Guru harus memiliki standar kompetensi guru profesional. Bisa dilihat dari dari kepribadiannya. Joyfull dan meaningfull (ketika mendidik, red), kompetensi sosial, hingga kemampuan komunikasinya,” paparnya.
Meski demikian, tak hanya guru saja yang nantinya bakal berperan. Sebab, ia menyatakan bahwa ekosistem pendidikan membutuhkan sektor lain seperti dari orang tua.
“Mungkin orang tua terlebih dahulu, karena anak butuh pendampingan. Sistem keluarga juga diperlukan untuk membentuk kecakapan anak. Hingga loving atau sentuhan,” jelas Yaswardi.
Guru Harus Bisa Menjadi Inspirasi Para Siswa
Selain itu, ia berharap bahwa untuk mewujudkan dunia pendidikan sesuai dengan rencana strategis Kemendikbud tahun 2020-2024 tersebut, ia mendorong agar para guru bisa menjadi inspiratif.
Yaswardi menyatakan bahwa beberapa cara untuk menjadi guru insiratif yakni dengan memiliki empati, membangun perilaku, mengembangkan kemampuan verbal, respek, hinnga mengetahui bahwa mengajar merupakan profesi mulia.
“Harus diingat pula bahwa setiap murid adalah individu yang berbeda-beda,” imbuhnya.
Program Guru Penggerak dan Sekolah Penggerak untuk Hadapi Tantangan Zaman
Beberapa langkah konkret yang dilakukan Kemendikbud untuk menciptakan pelajar yang kritis dan kreatif tersebut yakni melalui program besar Merdeka Belajar. Di mana beberapa di antaranya yakni program Guru Penggerak maupun Sekolah Penggerak.
“Guru penggerak adalah program dalam rangka bagaimana mengantarkan ke depan terjadinya, terlaksananya, pembelajaran yang efektif. Guru Penggerak adalah program yang sifatnya transformasi. Guru Penggearak ini adalah guru belajar, guru berbagi, dan guru yang membangun komunitas,” terangnya.
Untuk diketahui Guru Penggerak nantinya akan melewati proses seleksi dan merupakan program kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Di mana guru akan mengikuti pelatihan daring, lokakarya, dan konferensi dan dilakukan selama 9 bulan.
“70 persen belajar di tempat kerja, 20 persen belajar dari rekan atau guru lain, dan 10 persen pelatihan formal,” imbuhnya.
Yaswardi juga menyatakan bahwa untuk tahun ini nantinya terdapat kuota Guru Penggerak sebanyak 2.800 guru.
Selain itu, dalam sesi lain, Koordinator Bidang Tata Kelola Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, Winner Jihad Akbar juga menyinggung terkait program yang bakal segera diluncurkan oleh pemerintah, yakni Sekolah Penggerak.
“Jadi jika Guru Penggerak lebih kepada gurunya, Sekolah Penggerak akan lebih ke institusinya,” terang pria yang akrab disapa Jihad tersebut.
Ia berharap jika dulunya program berawal dari pusat turun ke daerah, sekarang guru dan sekolah harus berada di garda terdepan untuk membentuk karakter siswa,
“Harus ada internalisasi dan perubahan mindset, termasuk bagi guru, sekolah, dan pengawas di daerah,” terang Jihad.
“Sekolah Penggerak adalah katalis untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia,” tegasnya..
Ia menyatakan bahwa program Sekolah Penggerak nantinya terdiri dari 4 tahapan proses. Di mana capaian akhir yakni satu level berada di atas level yang diharapkan. Pada tahap keempat tersebut bahwa sudah tak ada lagi kasus perundungan anak, berpusat pada murid, hingga perencanaan program berbasis dari refleksi diri baik dari guru maupun kepala sekolah.
Sektor dari program Sekolah Penggerak ini yakni adalah program digitalisasi sekolah, perencanaan berbasis data, pembelajaran dengan paradigma baru, penguatan SDM di sekolah, dan pendampingan konsultatif antara Kemendikbud dan pemerintah daerah. (gg)