Tugujatim.id – Wakil Presiden pertama Republik Indonesia, Mohammad Hatta, sangat terkenal dengan gaya hidupnya yang sederhana. Dia sangat berbeda dengan penjabat saat ini. Kesederhanaan tokoh besar itu bisa ditilik dari cerita mesin jahit dan sepatu Bally. Begini ceritanya.
Pada suatu hari di tahun 1950, Bung Hatta pulang ke rumahnya. Baru sampai di rumah, sang istri, Rahmi Rachim, menanyakan tentang kebijakan pemerintah soal pemotongan nilai mata ORI (Oeang Republik Indonesia) dari 100 menjadi 1. Hal ini ditanyakan karena Rahmi sudah menabung untuk membeli mesin jahit yang diidam-idamkannya.
Akibat adanya pemotongan nilai ORI, Rahmi tidak bisa membeli mesin jahit tersebut karena nilai uangnya menurun. Lalu, Bung Hatta menjawab tanya istrinya tersebut “biarlah kita rugi sedikit, demi kepentingan seluruh negara, kita mencoba nabung lagi ya.”
Selain cerita mesin jahit, kisah kesederhaaan Bung Hatta bisa dilihat juga melalui cerita sepatu bermerek Bally. Saat itu, di tahun 1950-an sepatu Bally terkenal di Indonesia karena memiliki kualitas yang bagus. Harga untuk sepasang sepatu itu tidak murah. Bung Hatta saat itu ingin memiliki sepatu keren tersebut.
Tetapi karena harganya yang tidak murah, dia akhirnya menabung untuk bisa memiliki sepatu impiannya. Namung pilunya, uang tabungan tidak pernah bisa mencapai harga sepatu Bally. Karena hasil tabungan selalu dipakai untuk kebutuhannya sehari-hari atau membantu kawan dan kerabatnya ketika mereka membutuhkan pertolongan.
Saking ingin memiliki sepatu tersebut, Bung Hatta menggunting dan menyimpan potongan iklan tentang sepatu Bally yang dilihatnya di koran. Potongan iklan itu lalu disimpan di dompetnya. Dalam buku Untuk Republik: Kisah-kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa, karya Faisal Basri dan Haris Munandar, menjelaskan tentang kesederhanaan Bung Hatta.
Mereka menceritakan bahwa sampai akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah cukup. Tidak lama setelah Bung Hatta wafat, keluarganya menemukan sepotong iklan lama yang telah dilipat di dalam dompet pendiri Republik Indonesia itu.
Kisah-kisa kesederhanaan Bung Hatta ini semoga menjadi teladan bagi para pejabat hari ini yang masih doyan bermewah-mewahan terlebih dengan mengkorupsi uang rakyat.