MALANG, Tugujatim.id – Kisah Aditya Saiful Anam, bocah kelas VI SD yang rela bersepeda bersama ibunya, Sulastri, 37, sejauh 30 km dari Desa Jenggolo ke venue lomba di Singosari untuk mengikuti lomba karate menginspirasi masyarakat Kabupaten Malang. Ternyata ada alasan tersendiri kenapa bocah yang akrab disapa Ipul ini mengajak sang ibu yang bekerja sebagai pemulung itu untuk ikut menemaninya.
“Khusus untuk lomba kemarin, saya ajak ibu biar lebih semangat untuk menang,” tuturnya saat ditemui di rumahnya di Desa Jenggolo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Rabu (15/09/2021).

Tak sia-sia, Ipul berhasil meraih juara harapan 1 dalam kategori lomba Karate Kata. Dia mengatakan, ini kali pertama dirinya mendapatkan juara.
“Saya baru kali pertama ini juara, dulu waktu kelas dua (SD) saya pernah juga ikut lomba di Bali tapi tidak juara,” bebernya.
Lebih lanjut, bocah yang bercita-cita menjadi polisi ini menceritakan, dia harus berangkat sejak Subuh untuk sampai ke venue lomba di Singosari agar tidak terlambat pada Minggu lalu (05/09/2021).
“Saya berangkat Subuh habis salat Subuh sama ibu dari Kepanjen ke kota. Saya sudah biasa berangkat latihan pakai sepeda, jadi gak masalah kemarin,” tuturnya.

Di tempat yang sama, Sulastri, ibu dari Ipul, mengatakan pada anaknya jika dia hanya bisa mengantarkan lomba karate dengan sepeda angin. Namun, menurut dia, Ipul tidak masalah dan berangkatlah keduanya dengan sepeda angin masing-masing.
“Saya bilang ke Ipul, saya hanya bisa segini (mengantar dengan sepeda), seperti kemarin ibu hanya bisa ngantar pakai sepeda pancal begitu. Meski begitu, anaknya tetep senang dan penurut, gak neko-neko,” ujarnya.
Dia mengatakan, anaknya ingin melihat Stasiun Kota Baru yang baru dibangun sama melihat orang-orang demo di Balai Kota Malang.
“Katanya dia pingin lihat Stasiun Kota Baru yang barusan dibangun, terus mau lihat anak-anak demo di depan Balai Kota Malang. Cuma itu aja, dia sudah senang lihat gedung-gedung itu,” ungkapnya.

Dia juga menceritakan, Ipul sudah kehilangan sang ayah sejak dia lahir. Jadi, dia harus banting tulang menyambung hidup dengan menjadi pemulung. Meski demikian, menurut dia, Ipul tidak malu dengan ibunya.
“Ayahnya meninggal saat saya melahirkan Ipul, dan sejak kecil memang ingin membanggakan saya sama ayahnya yang sudah meninggal,” ucapnya sendu.
Sulastri melanjutkan, dia sehari-hari memang bekerja sebagai pemulung.
“Saya sendiri kerjanya mengumpulkan rongsokan, dan biasanya Ipul ikut membantu saya seperti kemarin pas kejuaraan. Kami pulangnya nyari (rongsokan) di gang-gang Kota Malang sampai Kabupaten Malang. Dia pun gak masalah karena anaknya berbakti sama orang tua,” tandasnya.
Rumah keduanya pun saat ini sudah sangat tidak layak karena hampir ambruk akibat gempa Malang beberapa waktu lalu. Syukurnya berkat video viral di TikTok, jajaran Polres Malang bersama BAZNAS berencana segera merenovasi rumah mereka.