SURABAYA, Tugujatim.id – Keterbatasan fisik dan ekonomi tidak menghalangi niat Muhammad Tabri Sulaiman untuk mewujudukan impiannya pergi melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci.
Tahun ini, melalui Embarkasi Surabaya, Tabri berhasil terdaftar sebagai jemaah haji dari kloter 68 yang berasal dari Jember.
Cacat fisik sejak lahir tak membuatnya gentar mencari nafkah demi sesuap nasi untuk dirinya dan keluarga. Kaki dan tangannya memang berukuran kecil, sehingga membuat cara jalannya sedikit berbeda dari orang normal. Tapi, tekat kerja kerasnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berjualan kopi mampu menghidupi keluarga dan sedikit demi sedikit tercukupi untuk biaya haji.
Biasanya, ia berjualan tak jauh dari rumahnya. Tepatnya di Pasar Kalisat, lokasinya hanya berjarak 500 meter dari rumahnya. Tabri membuka kedainya dari pukul 01.30-07.30 pagi. Sudah 20 tahun lamanya ia melakoni pekerjaan tersebut. Sebelumnya, pria yang berusia 50 tahun ini juga pernah berjualan sayur di pasar.
“Alhamdulillah untuk jualan di pasar sekarang sudah ada lapak kecil-kecilan. Dulu kalau mau dagang rebutan dulu sama pedagang lain karena nggak punya lapak,” kata Tabri.
Ia mengaku, lapak jualannya saat ini juga merupakan sumbangsih dari salah satu pejabat saat itu. Sehingga sampai saat ini ia tetap konsisten bisa berjualan kopi tanpa harus berebut dengan pedagang lain. Sehari, Tabri bisa mengantongi keuntungan sebesar Rp100-150 ribu.
“Namanya jualan ya kalau ramai bisa dapat Rp200 ribu tapi kalau sepi ya paling Rp50 ribu. Alhamdulillah ada rezeki untuk keluarga,” ucapnya.
Setiap hari, Tabri rajin mengumpulkan hasil dagangnya sedikit demi sedikit. Bukan hanya untuk menabung untuk ibadah haji, tetapi ia juga menabung untuk beli sapi ternak.
“Hasil jualan kopi dikumpulin. Saya juga ambil kredit di bank untuk beli sapi ternak. Terus sapinya saya rawat sampai besar lalu dijual lagi sampai saya bisa tiga kali beli sapi. Nah, dari jualan kopi, ternak, dan ambil kredit bank akhirnya biaya haji saya lunas,” jelasnya.
Ia memutuskan untuk mendaftar haji pada 2011 silam dan dijadwalkan berangkat pada 2022. Tetapi, karena pandemi Covid-19 sehingga harus menunda keberangkatan hingga 2024. Siapa sangka, ternyata jadwalnya justru lebih cepat.
“Tahun ini saya berangkat sendiri. Kalau istri baru daftar 2017 kemarin, karena rezekinya ada di tahun itu,” pungkasnya.