MALANG, Tugujatim.id – Pandemi virus corona bikin seisi dunia kalang-kabut. Tak sedikit orang yang kena imbasnya, ekonomi surut hingga kehilangan pekerjaan. Di situasi serba sulit membuat seseorang melakukan apa saja, demi bertahan hidup. Seperti jadi Manusia Silver atau Perak alias Silverman yang dilakoni sejumlah orang.
Mengamen dengan cara ‘eksentrik’ ini sebenarnya sudah lazim dilihat di kota-kota besar lain seperti Bandung, Semarang atau Jakarta. Kini, orang-orang dengan sekujur tubuh berlumur cat perak ini mulai terlihat di sudut-sudut lampu merah Kota Malang.
Tubuhnya memang mengkilat, tapi tidak nasibnya. Seperti dialami Erik Nur Harianto (29). Warga Kota Malang ini dulunya adalah supir. Gara-gara pandemi, orderannya pun ikut macet. Akhirnya, kata dia banting setir jadi manusia silver.
”Mau gimana lagi? Cari kerja dimana? Semua kena imbas pandemi. Kalau ada pekerjaan ya saya gak mungkin begini,” ujar Erik, sembari melukis karakter tokoh film Joker tersenyum lebar di wajahnya.

Dalam aksi seni jalanannya itu, Erik tak sendiri. Tapi juga ditemani Erpan Nuripandi (22), mantan kernet angkot yang peminatnya mulai sepi. Ada juga, Riyanto (48) yang dulu hari-hari punya penghasilan jadi tukang bangunan. Ketiganya bisa dibilang adalah Silverman pertama di Kota Malang.
Keterdesakan ekonomi membuat mereka merelakan tubuhnya dicat besi dan menjejak aspal tanpa alas kaki tiap harinya. Pekerjaan ini dilakoni mereka sejak Agustus 2019 silam. Seiring waktu, anggota mereka bertambah 11 orang. Semua punya latar belakang yang sama, kehilangan pekerjaan.
”Sampai ada cerita mas-mas ojol itu minta izin ke kita buat ikut turun jadi Silverman. Katanya sepeda rusak, gak bisa narik lagi. Yang lain juga nasibnya sama, ada yang tukang jahit, penjual asongan sampe buruh pabrik juga ada,” tutur Erik ditemui reporter, Minggu (14/3/2021).
Di sisi lain, mengamen dengan cara ini bukannya tanpa risiko. Kandungan logam dan kimia berbahaya pada cat besi yang mereka gunakan bisa saja mengancam kesehatan paru dan kulitnya.
”Ya sadar kalau ini bahaya, kita juga gak tau nanti efeknya gimana. Ya kembali lagi, Mas. Saya gak ada pilihan, cari kerja juga sudah gak dapat-dapat,” kata Erik, pasrah.

Ditambah lagi, mereka masih harus bermain petak umpet dengan aparat. Kata Erik, mereka sadar keberadaan mereka di jalan itu salah secara aturan. Mungkin juga, sebagian pengguna jalan juga menilai keberadaan Silverman di jalan itu menganggu.
Erik berharap, aparat berwajib bisa memberi sedikit peluang kepada mereka untuk mengais rezeki. Bagaimanapun, kata Erik, mereka juga tidak ingin selamanya menjadi Manusia Perak dengan berbagai risiko dan ancaman kesehatan, juga hukum.
”Saya harap Pak Satpol PP maklum. Toh ini juga sementara, kita juga gak ingin begini terus. Kalau memang kondisi membaik, kita ada pekerjaan juga pasti berhenti,” harapnya.
”Saya juga mohon maaf jika andaikan nanti ada mobil masyarakat yang mungkin kesenggol badan kami yang berlumur cat ini. Saya pastikan itu bisa langsung dihapus, pake tisu. Gak sampai permanen di body mobil, kok,” imbuhnya.




(azm/ben/gg)