MALANG, Tugujatim.id – Siapa pun tidak ada yang menghendaki gempa bumi terjadi. Namun, warga di Malang Selatan yang menjadi korban bencana gempa 6,1 Magnitudo pada Sabtu lalu (10/04/2021) pasrah dengan peristiwa itu. Mereka harus menerima kenyataan rumahnya hancur, harta bendanya raib, dan beberapa dari mereka harus kehilangan sanak keluarga akibat tertimpa puing-puing bangunan.
Seperti halnya yang dialami Mistiani, warga Desa Majang Tengah, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, yang harus kehilangan rumahnya setelah ambruk akibat dahsyatnya guncangan gempa.
“Dapat bantuan dari Tugu Media Group ini sebenarnya antara senang dan sedih. Senangnya karena bisa dapat bantuan sembako, tapi sedihnya karena tidak punya rumah lagi sekarang,” jelasnya dengan mata berkaca-kaca setelah menerima bantuan sembako dari program Tugu Media Peduli beberapa waktu lalu.
Ibu rumah tangga ini bercerita jika saat kejadian dirinya sedang makan rujak bersama anaknya yang sedang hamil. Bersyukur tidak ada korban jiwa di keluarganya, tapi seluruh harta bendanya ikut tertimbun oleh reruntuhan.
“Jangankan harta benda, baju-baju saya saja habis tertimbun sama puing-puing bangunan,” jelasnya.

Sementara itu, warga Desa Majang Tengah lain, Nur Halima, mengatakan, jika harta bendanya hancur akibat gempa yang berpusat di 90 km sebelah barat daya Kabupaten Malang tersebut.
“Di sini sangat membutuhkan bantuan, harta materi kami banyak yang hancur rata dengan tanah,” jelasnya sambil tersenyum getir.
Belum selesai cobaan, dia mengatakan jika bantuan terhadap korban bencana sangat tidak merata. Dia mengaku belum mendapatkan bantuan sama sekali. Dia mendapat bantuan baru saat relawan Tugu Media Peduli mendatangi rumahnya.
“Kalau untuk bantuan ini terus terang tidak merata, jadi ada sebagian yang menerima, tapi sebagian tidak. Contohnya saya sendiri sebagai korban tidak menerima apa-apa,” ungkapnya.
“Mungkin karena bantuannya masih liar tidak terstruktur, mungkin juga yang mendata kurang jeli akhirnya bantuannya tidak sampai ke korban,” imbuhnya.

Berbeda dengan Mistiani dan Nur Halimah. Pengalaman lebih pahit dialami Said, 59, warga Desa Tamanasri, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, ini harus kehilangan rumah sekaligus kehilangan sang mertua, Misni, 90, yang tertinggal di dalam rumah saat kejadian gempa.
Kepada tugumalang.id, partner tugujatim.id, Said bercerita jika saat kejadian dia dan adiknya ada di rumah. Sedangkan Misni sudah sejak setahun setengah ini sakit dan tidak bisa berjalan sendiri.
“Waktu kejadian itu beliau sedang tidur, soalnya sedang sakit setahun setengah ini dan gak bisa jalan. Yang ada di rumah saya dan adik saya. Saat mau menolong sudah tidak bisa karena kondisi tidak memungkinkan,” terangnya dengan pandangan kosong.
Hingga akhirnya Misni harus meninggal di lokasi kejadian karena tertimpa puing-puing bangunan. Sedangkan anak dan menantunya tidak bisa menyelamatkannya karena tubuhnya dipegangi warga agar tidak masuk lagi ke bangunan yang sudah roboh tersebut.
“Akhirnya tertimpa itu, dan kami bongkar untuk menyelamatkan, sudah gak ada (meninggal),” jelasnya.
Hingga akhirnya pada Jumat lalu (16/04/2021) saat relawan Tugu Media Peduli mengunjungi Said sekeluarga, mereka hanya bisa memperingati 7 hari meninggalnya Misni dari rumah kerabat sekaligus rumah tetangga karena kondisi rumahnya sudah rata dengan tanah. Dia berharap agar segera mendapat bantuan supaya rumahnya segera dibangun.
“Kalau sekarang harapannya rumah segera dibangun, tapi belum ada kejelasan kapan ini akan dibangun,” ujarnya.