MALANG, Tugujatim.id – Pandu, 33, seorang juru parkir (jukir) di sebuah bank milik pemerintah di Tlogomas, Kota Malang, sempat kaget tiba-tiba ditemui Sudi Hartono, 39, pelaku penusukan mantan istrinya, yang bikin gempar warga Kota Malang pada Rabu (02/06/2021).
Pandu yang juga adalah tetangga pelaku ini tiba-tiba didatangi pelaku di lapak parkirnya. Dia menceritakan, pelaku saat itu dalam kondisi linglung dan telanjang kaki meminta air putih.
“Gak pernah ke sini, tiba-tiba ke sini minta air putih. Saya kasih segelas air putih itu langsung habis. Lalu saya kasih rokok dan dia bilang habis ada masalah keluarga,” tuturnya kepada reporter saat ditemui Kamis (03/06/2021).
Posisi saat itu, Pandu belum tahu ikhwal masalah jika pelaku ini sedang kabur usai menusuk mantan istri pertamanya. Pelaku pun berpura-pura meminta tolong Pandu untuk mengambilkan motor dan jaket yang tertinggal di rumahnya.

Bahkan, pelaku dengan polosnya mau meminjam motor milik Pandu barang sebentar. Karena merasa curiga, Pandu menolak permintaan itu. Akhirnya, pelaku pamit akan ke Sukun memesan ojek online. Tak lama kemudian, petugas polisi datang dan bertanya perihal pria yang sedang dicari.
“Dari situlah, saya baru tahu. Saya langsung pulang dan ternyata pelaku ini beneran habis menusuk istri pertamanya. Padahal, baru saja ketemu sama saya, kampung sudah ramai saat itu,” terangnya.
Rupanya, usai dari parkiran itu, pelaku kembali menuju rumahnya dengan berjalan kaki. Namun, tak dinyana, saat dia akan berbelok masuk gang menuju rumahnya, dia tepergok warga. Dan terjadilah aksi kejar-kejaran warga dengan pelaku.
”Dia akhirnya tertangkap warga di daerah Merjosari. Saya lihat sudah babak belur diamuk massa,” lanjutnya.
Pandu menyayangkan perihal masalah hak asuh anak ini bisa sampai berujung pada kekerasan fisik. Pada dasarnya, kekerasan memang tidak dibenarkan.
”Sayangnya lagi, keluarga ini juga jarang bergaul. Gak srawung. Tahu-tahu kok minta tolong,” katanya.